Ke-72

292 23 2
                                        

Tak hentinya Altair memandangi istri tercinta yang kini tengah berada disampingnya. Berjalan menuju barak mengambil beberapa pakaian dan kebetulan besok hari minggu jadi Altair merencanakan berlibur bersama Adhara.

" Kenapa ngeliatin sampai begitu ? " tanya Adhara.

" Cantik " senyum berseri-seri.

" Ehmm masa? Cantikan siapa aku atau fans-fans nya mas " goda Adhara.

" Ya cantikan adek lah. Kan istrinya mas, istri dari Lettu. Altair Ardhana Bimantara ".

" Ohhhh, beneran nih ? " memainkan alis.

" Ihhh iya lah. Plusnya adek itu bukan cantik aja tapi pemberani. Kalau dibuatin film judulnya Premanku Pemikat Hati Tentara " sambil terawa.

" Hahaha kebanyakan nonton sinetron. Kok tangannya kapalan gini, gak diolesin pakai saleb ? " melihat tangan Altair.

" Oh ya salebnya udah habis. Pas itu ada junior sama kapalan juga terus mas kasih ke dia ".

" Ya nanti cari di apotek. Oh ya mas adek ada oleh-oleh buat rekan atau siapa aja sih yang mau mas kasih. Tapi adek udah siapin buat komandannya mas ".

" Dek, gimana hari senin ke tempatnya komandan. Kebetulan juga mas mau ke rumahnya ada beberapa berkas mau mas serahkan, sekalian juga adek kenalan sama ibu komandan " usul Altair.

" Boleh juga sih. Ini mas nginep di hotel kan ? ".

" Ya sayangku. Udah jauh-jauh istriku ke sini masa gak di temani ".

" Ih apaan sih, udah sana ambil baju adek tunggu disini ".

Rasanya Altair begitu bahagia sekali. Banyak junior yang mengenal Altair itu kalau senyum seperlunya saja melihat Altair berjalan semringah bahagia terlihat aneh.

Menunggu Altair yang tengah mengambil perlengkapan. Beberapa fans Altair melewati Adhara seakan tak terima Alrair sudah menikah. Menggeleng-geleng kepala dan menahan tawa. Turunlah Altair dari lantai 2 kamarnya sambil berlari seperti anak kecil.

Melihat semua itu Adhara hanya bisa menepuk jidat dengan tingkah suaminya yang membuatnya malu.

" Gak usah lari kenapa sih kan adek gak bakal hilang. Gak malu sama rekannya mas ? " sedikit melotot.

" Ngapain malu mereka semua junior ku. Hehehe gak bakal apa di ejek mana berani. Kalau disini pada gak berani sama mas, kalau sama adek baru mas gak berani. Hahahaha adek kan wanita super, ibu persit dan mantan preman " cerocos Altair.

" Oh gitu ya sama adek. Ya udah adek balik ke Korea aja nih " ngambul Adhara.

" Hehehe bercanda dek ".

Asik sedang mengobrol sambil bergandeng tangan menuju ke depan, Firman pun datang.

" Sore bang " memberi hormat kepada Altair.

" Sore " balas Altair.

" Oh ya Firman makasi ya udah bantu aku. Hehehe sorry mas beberapa waktu kemarin selalu gak akngkat telpon. Dan aku suruh Firman mata-matain mas takutnya pas kasih kejutan mas gak ada " ucap Adhara.

" Pantesan aja ni anak selalu cari-cari aku. Ya tumben aja dia kalau sore ke kamar ku ".

" Siap salah ndan ".

" Untung hari ini aku baik jadi kau tak kena hukum. Tapi makasi ya udah bantu istriku ".

" Siap sama-sama ndan ".

Altair tak melepaskan gandengan itu. Begitu mesra hingga para ibu-ibu dan orang-orang sekitar melihat dan menjadikan pusat perhatian. Senyum manis dan ramah Adhara menyapa orang sekitar yang melihat pasangan sejoli ini.

Bak sedang pacaran, melihat kemesraan Adhara dan Altair para wanita yang mengincar Altair melihat tak percaya bahkan ada yang berteriak.

" Ya tuhan potek hati ku " sorak wanita itu.

" Baru aja berharap yah di patahkan kenayataan ".

Keriburan itu tak membuat Adhara cemburu ataupun kesal. Sebaliknya Adhara kini tak bisa lagi menahan tawa. Wajah Altair terlihat menjadi dingin seolah-olah dirinya risih dan tak mau melukai hati wanita yang sekarang ia cintai.

" Kok dingin gitu mukanya. Santai aja bro " ucap Adhara.

" Dek, jujur selama mas disini gak ada sedikitpun melirik mereka " menatap Adhara.

Dengan ke jahilan Adhara, jawaban yang diberikan membuat Altair semakin bingung.

" Kalau gak ngelirik gimana jalannya mas. Nanti ke tabrak, hahahaha " tertawa puas.

Seharusnya Adhara yang kesal malah sebaliknya Altair kesal, langsung begitu saja jalan duluan di depan Adhara. Begitu puas mengerjai suaminya yang kini tengah merajuk.

" Loh kok aku yang ditinggal sih " mengejar Altair.

Tak menggubris Altair membuat tingkah merajuk namun lucu hingga Adhara tertawa puas telah menggoda suaminya.

Malam harinya, Altair dan Adhara tengah memasan lalapan ke sukaan Adhara. Beberapa menu di pesan dan akan makan di hotel. Malam ini karna Adhara masih capek jadi tak jalan-jalan. Makan begitu lahab karna bagi Adhara makanan Indonesia itu paling berharga.

" Dek, kayak gak pernah makan aja. Kamu udah habis 1 lele dan 1 ayam loh. Nanti sakit perutnya ini lagi sambelnya banyak banget. Udah ah besok aja lagi atau gak kasih jeda dulu lah perutnya " oceh Altair.

" Ah mas ini, mana piringku lagi dikit lah " rengek Adhara.

Merebut kembali piring yang sempat dirampas Altair. Kembali menikmati lalapan walau bukan di tempat langganan Adhara namun ini bisa mengobati rasa rindu masakan lalapan.

Menjalankan sholat isya berjamaah. Tak sengaja Altair matanya berkaca-kaca penuh rasa bahagia. Bisa di hitung baru bisa melaksanakan sholat berjamaah. Mencium tangan Altair bagi Adhara suatu momen yang mengingatkan bahwa dulu dia pernah mengatakan tak akan pernah mencium tangan Altair.

Begitu penuh perjuangan kisah cinta dua sejoli ini. Bisa di bilang umur pernikahan yang masih awal namun terpaan ombak besar sejak awal mereka rasakan. Kapal yang hampir saja karam kini kembali bangkit berjaya.

Di kasur king size, Altair tengah menunggu Adhara yang berganti baju tidur. Suara pintu kamar mandi terbuka, tersenyum lebar melihat istrinya begitu cantik.

" Mau mas sisirkan ? ".

" Boleh kalau gak ngerepotin ".

Menyisir rambut Adhara yang kini kembali ia panjangkan setelah sekian lama. Adhara menceritakan momen-momen pertama kali ia masuk kampus. Canda dan tawa menyelimuti hati mereka penuh dengan kebahagian.

Keadaanya kini duduk di kasur menyandar. Adhara menyandarkan kepalanya di dada Altair yang berotot.

" Dek, kalau di pikir-pikir walau perjalan pernikahan kita masih awal baru 2 tahun kenapa ya saat itu terasa dunia setiap harinya membuat mas merasa hancur " ucap Altair.

" Ya juga mas. Entahlah adek juga merasakan hal itu. Tapi sekarang adek bersyukur bisa mencintai mas tanpa ada dendam, rasa takut kalau mas gak bisa menerima adek dengan segudang masa lalu yang gelap itu. Makasi ya mas dan maaf dulu sempat membencimu " menatap Altair.

" Mas minta maaf juga karna mas sadar waktu itu hanya berucap saja dengan menerima semua masa lalu adek tapi ternyata mas belum sepenuhnya melakukan itu. Saat semua momen yang terjadi pada kita itu akan mas selalu jadikan pondasi untuk rumah tangga kita. Makasi ya dek udah hadir dalam hidup mas dan mau menerima mas " ucap Altair.

Memeluk Adhara begitu erat. Semoga peenikahan ini akan membawa kebahagian sampai maut memisahkan.

Assalamualaikum Wr.Wb
Gimana nih ceritanya ? Masih lanjut gak ? Tunggu terus ya cerita selanjutnya...
Jangan lupa vote, komen dan share ya

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang