Ke-68

232 25 0
                                    

Setahun berpisah hari ini tibalah Altair di tanah air. Semua ibu persit dan keluarga sudah menunggu kedatangan para prajurit kontingen Garuda. Terlihat Altair turun dari pesawat senyumnya ditunjukkan untuk Adhara. Mengenakan baju putih dengan rok coksu kotak-kotak serta jilbab berwana coksu.

Adhara sudah kembali memutuskan untuk mengenakan hijab lagi. Apel pun dilaksanakan dan semua prajurit dipersilahkan bertemu keluarga. Rasa haru penuh ke rinduan terlihat begitu jelas. Adhara yang berdiam diri saja melihat tingkah laku Altair yang berlari sambil lompat-lompat seperti anak kecil.

" Ya Allah itu kenapa anakku " ucap Ayah.

Bukannya bersalaman dengan orang tuanya terlebih dahulu, sangkin rindu dengan istri tercinta Altair langsung memeluk erat Adhara hingga mengangkatnya.

" Ehhh turunin " ucap Adhara.

Orang tua Altair begitu terheran-heran dengan putranya yang dulu super cuek kini telah menjadi gemoy. Didalam mobil duduk berdua dibelakang tak hentinya Altair memandangi Adhara.

" Cantik " ceplos Altair.

" Apapan sih ada bunda sama ayah, malu " Adhara.

Ayah dan bunda tertawa melihat Adhara yang tak hentinya ditatap Altair. Sesampainya di rumah, mereka berdua langsung naik ke lantai atas.

" Mandi dulu gih ini bajunya udah tak siapkan. Adhara ke bawah dulu mau bantu bunda ".

Melihat istrinya yang dari tadi biasa saja membuat Altair cemberut dan langsung menghalangi istrinya yang hendak keluar.

" Ih lepasin ah, kamu tuh dari luar jadi mandi dulu sana " keluh Adhara.

" Aku tuh kangen...kangen banget. Masa suami pulang dari Lebanon kayak biasa aja, gak kangen ? ".

" Enggak " ejek Adhara.

Adhara membentu menyiapkan makanan. Diikuti oleh Altair lalu memeluk Adhara yang tengah mencuci piring.

" Apaan sih mas malu kalau dilihat ayah sama bunda, lepasin ".

" Kan kangen ".

" Mandi sana mu, sana cepat mandi ".

" Ih kan lagi kangen, setahun loh gak ketemu " rengek Altair.

Dengan tegas Adhara menyuru Altair untuk mandi. Makan malam pun selesia, Altair yang diluar rumah.

" Loh kamu ngerokok ? " kaget Adhara.

" Ya memang kenapa ? " canda Altair.

" Kenapa kamu ngerokok sih kan gak baik untuk kesehatan. Tau ah aku ke dalam aja " ngambul Adhara.

Altair hanya menggeleng-geleng kepala. Seorang anak muda datang.

" Ini bang permennya ".

" Ambil aja, jangan ngerokok lagi gak baik buat kesehatan. Hilangin pakai cara emut permen ini dan jangan sering-sering juga makan permennya. Udah sana pulang awas ada ribut lagi depan rumahku. Kalian gak tau kan kalau istriku ngamuk, sana pulang " suruh Altair.

Didalam kamar Adhara tak melihatkan wajahnya ke Altair tengah buang muka.

" Kenapa marah ? ".

" Sapa juga yang marah. Hidup-hidupmu kan " sindir.

" Dek lihat mas, apa kamu percaya mas ini ngerokok. Enggak mungkin lah selain dari dulu aku berkomitmen untuk tidak merokok atau lainnya dan juga mas tau kamu paling gak suka kan sama orang yang ngerokok ".

Yang tadinya Adhara cemberut langsung tersenyum manis.

" Ya allah, makasi sudah kasih wanita terbaik untukku ini. Manis banget sih kamu dek ".

" Halah gombal lagi gak bosen apa ".

Adhara tengah mengerjakan tugas.

" Aduh apaan nih gak paham mas. Oh ya bayar uang kuliahnya kapan ? ".

" Masa sih gak paham, ujian semester belum mas udah mau bayar aja. Terlalu cepat ".

" Dari pada telat nanti biar enak menyisihkan ".

" Oh ya mas ini ada surat dari fakultas. Adhara terpilih pertukaran mahasiswa di korea. Ehmm kalau mas boleh izinkan sih kalau enggak juga gak papa".

" Berapa lama ? ".

" mungkin sekitar 2 tahun soalnya harus belajar bahasa korea. Tapi karna Adhara bisa bahasa korea jadi kemungkinan langsung ikut tes kalau itupun lolos ujian bahasanya. Jadi kuliahnya 1 tahun aja disana ".

" Kapan berangkatnya ? ".

" Awal semester 4 nanti, tapi gak papa kok mas gak mengizinkan jugaan jauh. Mana 1 tahun kemarin kita berpisah ".

" Adhara kesempatan gak datang 2 kali tapi terkadang orang yang berusaha pasti ada kesempatan. Mas izinkan kamu ke Korea, belajar yang benar dan kasih yang terbaik buat orang tua ".

Adhara begitu tak menyangka kalau dia diizinkan untuk kuliah di Korea. Begitu senang hingga memeluk dan mencium kening suaminya. Biasanya sih Alatir yang duluan seperti itu.

" Tapi mas, izin ke keluarga gimana ? ".

" Izin dari ku juga sudah cupuk. Selebihnya biar mas yang akan bicarakan, insyaallah mereka akan mengerti ".

Altair begitu senang melihat istrinya yang tengah berbunga-bunga. Meloncat-loncat diatas kasur seperti anak kecil.

" Kamu berhak dapatkan semua ini. Mimpi yang pernah tertunda. Aku senang saat kamu pun senang " Altair.

Menikah bukanlah hal penyebab menjadikan pasangan berhenti untuk bermimpi. Terlebih seorang wanita selalu dianggap koadratnya didapur yang mana padahal dalam membangun rumah tangga dan mengurus anak perlunya sebuah pendidikan. Gapailah cita-cita setinggi mungkin.

Assalamualaikum
Gimana kabarnya pada sehat kan
Semoga cita-cita para pembaca segera tercapai
Jangan lupa vote, komen, share.
Terima kasih

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang