Ke-74

239 16 2
                                        

Mengenakan baju yang senada, berjalan bergandeng tangan. Untuk pertama kalinya Adhara berkunjung ke rumah komandan batalyon. Dengan perasaan sedikit gugup terlihat dari gerak-gerik Adhara yang tengah gelisa.

" Santai aja dek, komandannya mas sangat baik dan humbel ".

" Ya mas Altair ".

Menunggu sejenak di ruang tamu.

" Wah Lettu. Altair ".

" Siap ndan ".

Adhara bersamalan dan mengaggukkan sedikit kepalanya.

" Oh ini ya istrinya Lettu. Altair, mari silahkan di minum mbak ".

" Terima kasih bu " ucap Adhara.

Altair pun mengenalkan Adhara kepada beliau. Adhara disambut dengan ramah, percakapan mereka semakin mengalir.

Sekitar 30 menit berkunjung, Adhara dan Altair berpamitan untuk pulang kembali ke hotel. Adhara pun sekalian berpamitan karna akan kembali ke korea lebih awal dari jadwal yang diperkirakan.

" Semoga segera lulus dan lancar ya nyonya Altair. Juga jangan sungkan untuk tanya-tanya ke saya ".

" Terima kasih bu dan mohon maaf bila belum bisa bergabung di berbagai kegiatan persit. Tapi sebisa mungkin saya akan melakukan yang terbaik ".

" Tidak apa-apa mbak, malah saya sangat salut walau jauh dan beda negara mbaknya selalu menyempatkan ikut kegiatan persit ".

Di hotel....

Altair tengah merapikan sajadah, Adhara terlihat tersenyum ke arahnya.

" Ada apa ? " Altair.

" Hemmm, pantes aja Opa sama Kakek yakin banget jodohin adek sama mas ".

" Emang ada apa dek ? ".

" Enggak ada sih mau bilang makasi aja. Sebab mas sabar dan ikhlas banget nerima adek apa adanya ".

" Sudahlah dek itu udah berlalu. Mas itu orang yang beruntung punya istri sholehah, cantik, pintar, akhlaknya baik " sambil mengelus kepala Adhara.

Walau waktu yang sebentar bagi mereka berdua momen inilah sangat berarti setelah melewati panjangnya lika-liku rumah tangga.

Bandara, kembali berpisah setelah beberapa hari bertemu. Dari tadi Altair tak melepaskan genggaman tangannya.

" Mas lepasin lah, malu tau dilihat Firman ".

" Biarin, kan mau di tinggal lagi ".

Tak hanya menggenggam tangn namun Altair pun juga memeluk istrinya itu. Waktu perpisahan tiba raut wajah Altair pun terlihat sedih.

" Mas, baik-baik ya disini. Selalu selamat dalam tugas nanti kalau sampai Jakarta dan Korea aku telpon ya. Jangan lupa jaga kesehatan terus vitaminnya diminum jangan telat ".

Melewati beberapa tahun kemudian....

Waktu semakin berjalan namun tanpa terasa setelah ke pulangannya dari Korea menjalankan studi dan kini tibalah Adhara akan melaksanakan wisuda. Waktu yang cukup dinanti segera mendapatkan gelar sarjana.

Bersama Altair dan kedua orang tua mereka menghadiri acara wisuda. Terlihat raut wajah Adhara yang bersinar saat namanya di panggil.

" Assyifa Nazwa Adhara, S. Fram lulus dengan IPK 4.00 predikat cumlaude ".

Di usia yang terbilang sudah lebih dewasa, Adhara tak menyangka dia bisa melewati semua ini dengan cepat. Tak hanya mendapatkan gelar Sarjana Farmasi namun tinggal 3 bulan lagi dia juga mendapatkan gelar Sarjana Profesi Apoterker.

Baginya ini sebuah rezeki yang melimpah, bayangkan saja di usianya waktu itu yang harusnya melanjutkan kuliah namun dia harus terhenti karana oleh keadaan yang memaksanya.

Bersyukur saat ini Adhara memiliki seorang suami yang begitu mencintai dan menerima Adhara apa adanya. Memang benar cinta itu butuh waktu namun selama waktu itu perlunya memahami.

Setelah seharian bergembira merayakan wisuda, Adhara dan lainnya kembali ke hotel.

" Opa dan oma istirahat duluan ya " ucap Opa.

" Ya opa, kalau perlu apa-apa bilang Adhara ya ".

Adhara dan Altair memamsuki kamar mereka.

" Mas, mau mandi sekarang ? ".

" Ya dek ".

" Tunggu bentar ya biar adek siapin dulu ".

Sambil menunggu, Altair membaringkan badannya dengan posisi tengkurap. Sesaat Adhara kembali dari kamar mandi melihat Altair tertidur pulas.

" Bangun mas, ayo mandi " rayu Adhara.

Tak ada jawaban dari Altair yang terus tertidur pulas. Adhara membiarkan sebentar Altair tidur. Dirasa ini terlalu lama, Adhara terus berusaha lagi membangunkan tidur Altair.

Sebuah kecupan manis di Dahi. Serasa itu mengisi baterai Altair.

" Ihhh mas ini ya baru bangun ".

" Hehehe, dek ayo mandi ".

" Ya udah mas aja mandi dulu ".

Entah alis Altair terus di naik turunkan membuat Adhara kebingungan dengan sikap suaminya itu.

" Mas cepat mandi gak, aku habis ini aja. Masih keringatan ".

Dengan cemberut Altair masuk kamar mandi secara kesal.

Malam harinya Adhara terlihat fokus handphonenya.

" Dek dari tadi main hp aja " ucpa Altair.

" Ah ya mas maaf. Apa mas perlu sesuatu? ".

" Oh ya dek, lusa kan mas udah balik kamu mau ikut mas langsung kesana atau belakangan ".

" Bareng mas Altair aja. Tapi mas kan masih tinggal di barak jadi gimana? ".

" Kita udah dapat tempat dek, tinggal isi-isi perabotan aja ".

Adhara sedikit melamun.

" Dek tadi dengar mas bicara apa kan ".

" Dengar mas, maaf adek ngelamun ".

" Kenapa? cerita aja ".

" Mas, adek boleh kerja gak ? ".

" Hah ".

" Kalau boleh sih, enggak boleh juga gak papa ".

" Udah dapat tempat kerjanya ? " tanya Altair.

" Belum mas, kalau mas izinkan adek kerja ya mungkin nanti cari di dekat tempat dinas mas ".

" Emm mas pikirin lagi ya dek, sementara waktu kamu gak usah kerja dulu " mengusap wajah Adhara.

" Ya mas ".

Altair pun sudah tidur terlebih dahulu. Adhara terus memandang wajah Altair sesekali memberikan sebuah kecupan pada pipi Altair.

" Kok bisa ganteng sih suamiku " celetuk Adhara.

Tiba-tiba Altair pun menyaut ucapan Adhara.

" Istriku juga cantik ".

Entah, posisi wajah Altair kini sudah berada di depan wajah Adhara yang begitu dekat.

" Ehmmm dek, mau gak .....ehmmm gimana ya ngomongnya " gugup Altair yang sekarang wajahnya sudah seperti udang rebus.

" Adek ngerti, bismillah mas ".

Hari yang begitu bahagia bagi sejoli ini. Melaksanakan kewajiban sebagai seorang pasangan. Sebelum itu mereka berdua melaksanakan sholat 2 rokaat.

Dalam hati mereka berdua saling berdoa.

" Ya allah jadikanlah kami berdua keluarga yang selalu dalam rahmatmu".

Assalamualaikum....
Gimana nih kabar para pembaca ?...
Masih minat kah dengan cerita ini...
Maaf banget lama menunggu...penulis lagi kesibukan kuliah yang gak bisa di tinggalkan...
Habis ini sebisa mungkin akan update teratur lagi...
Makasi yang setia menunggu dan supportnya...

Jangan lupa vote, komen, dan share ya..

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang