Penantian selama 3 bulan akhirnya terjadi, Adhara kini merasa bingung dan bimbang untuk mengatakan sejujurnya kepada keluarga besar. Namun hari ini semua sudah terbongkar.
" Kenapa kamu buat perjanjian itu, kenapa " tanya ami.
Adhara menunduk dan tak mau menatap semua wajah keluarganya, dilain sisi Altair hanya bisa terdiam. Namun, dihati kecil Altair sangat-sangat teriris melihat keluarga yang ia cintai merasa dibohongi oleh mereka berdua.
" Cukup " ucap Opa.
Semua pun berhenti memojokkan mereka berdua.
" Adhara, Altair ikut dengan Opa ".
Di atas ketegangan pun terjadi. Tanpa sadar Opa meneteskan air mata.
" Ini salah Opa yang terlalu memaksa kalian berdua ".
" Opa " ucap Altair.
Berimpul lutut Opa meminta maaf kepada Altair dan Adhara. Mereka berdua pun langsung memeluk Opa.
" Opa, maafkan Adhara, maaf ".
" Altair, sampai kapanpun kau tetap cucuku. Mungkin Opa lancang memutuskan ini, akhiri pernikahan ini Opa tak ingin kalian tersiksa. Maafkan sikap Adhara, tolong maafkan...tolong maafkan ".
" Tapi, Opa... " Altair.
" Nak, Opa tak mau kau merasa bahagia padahal hatimu terluka. Ini pernikahan yang salah. Tak ada namanya pernikahan itu didalamnya ada perjanjian, opa tak ingin nak Altair tersakiti ".
" Opa, opa Adhara mohon maaf ".
" Adhara, Opa mengerti bahwa kamu memang tak suka dengan Altair tapi kenapa nak sampai membuat perjanjian didalam pernikahanmu...kenapa, Opa benar-benar kecewa ".
Opa pun jatuh pinsan, Altair dan Adhara sangat panik mengenai kondisi Opa. Dirumah sakit semua orang kini menyalahkan Adhara. Altair yang berusaha tetap membela Adhara pun,
" Sudahlah nak Altair dia tak mungkin akan pernah berubah " ucap abah.
Adhara yang menahan tangisnya pun pergi. Altair pun mengejarnya.
" Puas loh " ucap Adhara.
" Adhara tolong dengarkan semua penjelasanku ".
" Loh lebih licik ".
" Jujur, saya gak pernah bicara sama orang tua saya. Saya juga gak tau kenapa surat perjanjian itu diketauhi keluarga besar. Tolong percaya dengan saya ".
" Sudahlah, gak usah munafik jadi orang. Gue juga sadar sampai kapanpun gue gak akan berubah, gue tetap jadi orang jahat, gue tatap dianggap preman. Gue sadar diri kok kalau gue gak pantas buat loh, toh juga gue gak suka sama loh. Tapi setidaknya gue bukan seperti loh yang bawa orang masuk ke rumah seenaknya ".
" Cukup Adhara, ya memang waktu itu Hanifah masuk ke dalam rumah tapi asal kamu tau dia tak sendirian disitu ada ibu dan ayah ".
" Gue ngerti kok, bukan hanya gue aja yang ingin pernikahan ini tak lama tapi loh juga. Semoga kalian bahagia ".
Adhara yang penuh amarah kini pergi meninggalkan Altair. Apa mereka benar-benar berpisah.
Seminggu pun berlalu di lain tempat Altair yang kini sering diam dan sedikit mengganggu pekerjaannya.
" Lettu. Altair ".
" Siap ndan ".
" Pulang kita ke cafe depan ".
Di cafe Komandan dan Altair pun berbincang-bincang.
" Mungkin saya sebagai Komandan tak harus ikut campur masalah yang sedang terjadi padamu. Tapi terlepas itu kini saya bisa kamu katakan sebagai ayah. Saya mengerti pernikahan yang dijodohkan itu tidaklah mudah, karna belum saling kenal, ada sedikit dipikiran tentang keterpaksaan. Tapi terlepas dari itu semua kini kamu sudah menjadi seorang suami dan imam bagi istrimu, mungkin di keluarga saat ini lebih memutuskan untuk kalian berpisah kamu tau sendiri perjuangan kalian saat pengjuan coba lebih diingat lagi, pisah itu hal yang diperbolehkan dalam agama namun saat dibenci oleh tuhan. Yakinkan pada keluarga bahwa dia pantas menjadi istrimu ".
Assalamualaikum....
Terima kasih sudah menunggu kelanjutan cerita ini. Mohon maaf buat semuanya atas keterlambatan update cerita. Makasi yang sudah setia menunggu. Semoga dimana pun kalian berada sehat selalu dan Selamat menunaikan ibadah puasa.Jangan lupa vote, komen, dan share.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatuan Takdir Tuhan
RomantikDua insan yang bertemu tak sengaja diawali dengan kebencian akankah mereka dapat mempertahankan cinta mereka ? Altair beprofesi sebagai seorang tentara Angkatan Darat. Sholeh, pintar, bijak, berparas rupawan membuat kaum hawa tertarik dengannya. " A...