Ke- 53

280 19 6
                                        

Malam tiba, Altair menyiapkan untuk makan malam.

" Sini biar saya saja " ucap Adhara.

" Biar saya saja Adhara, kamu istirahat aja ".

" Bukannya istri yang harus menyiapkan ini semua, mungkin sapa tau bisa membuat ingatan saya kembali".

Mendengar itu Altair teringat dan mengatakan dalam hatinya.

" Kamu tak punya ingatan tentang pernikahan kita ".

Makan malam, pertama kalinya Adhara dan Altair makan berdua di waktu bersamaan, sebelumnya tak pernah seperti ini.

" Altair, kita menikah tanggal berapa. Terus awal bertemu dimana ? ".

" Kita menikah tgl 6 Januari 2019, bertemu di pasar ".

" Pasar, emang pas aku lagi apa disana ? ".

Bingung menjelaskannya.

" Sudah makan dulu, habis ini harus minum obat dan langsung istirahat ya " Ucap Altair.

Setelah minum obat Adhara pun diantarnya Altair kekamarnya.

" Loh kamu mau kemana ? " tanya Adhara.

" Saya mau ke kamar sebelah, kan biasanya ".

" Biasanya kenapa ? ".

" Ini sudah malam selamat tidur " tepis Altair.

Adhara pun memejamkan matanya. Di kamar sebelah Altair mengerjakan beberapa tugas yang sempat terbengkalai. Altair pun menglist beberapa hal yang membuat Adhara kembali ingatannya.

" Mungkin 20 hal ini bisa membuat Adhara kembali ingatannya ".

Malam semakin larut dengan 2 kamar yang berbeda, Altair yang sudah tertidur lelap namun tak dengar Adhara yang terbangun.

" Altair mana ya, apa dia belum selesai kerjanya. Kok gak kesini ? " ucap Adhara.

Adhara pun mencari Altair, melihat Altair yang tidur dengan beberapa berkas berantakan di kasur.

" Berantakan sekali, mana posisi tidurnya gak benar. Nanti malah sakit badan ".

Merapikan beberapa berkas dan posisi tidur Altair.

" Berat banget ".

Sesudah itu Adhara duduk di meja dan melihat foto masa taruna Altair.

" Ih mana ya Altair kok semuanya mirip, ihhh gundul semua, hahaha ".

Adhara pun menemukan foto Altair.

" Ganteng juga, eh ini dia kok botak, hahaha item banget tapi kok bisa beda".

Sambil membandingkan wajah Altair yang sekarang.

" Hihihi bisa beda ya, dulu hitam sekarang putih sih hahaha. Tapi kenapa wajahnya gak ada diingatanku ya ".

Suara tertawa Adhara membuat Altair terbangun.

" Loh kamu kok bangun ".

" Aku cari kamu, eh ternyata tidur. Aku nungguin ".

" Nungguin, emang kenapa ? ".

" Loh kok balik tanya, ya nungguin lah kan kamu suamiku. Masak aku enggak nungguin kamu tidur dikamar. Tapi maaf tadi sempat ketiduran sih eh tapi kamu juga ketidur kan ".

" Aduh kenapa sifatnya berubah " batin Altair.

" Eh Adhara tidur aja dikamar sebelah gak usah nungguin saya, saya ... saya lagi ada kerjaan banyak dan Adhara butuh istirahat juga kan biar sembuhnya cepat ".

Mengerutkan wajah.

" Ya udah kalau memang ini buat kesehatanku, aku janji akan cepat sembuh biar kita tidur bareng. Aku tidur dulu ya, selamat malam ".

Ucapan Adhara membuat jantung Altair berdetak kencang.

" Ya allah kenapa dengan perasaanku ini ".

Pagi harinya, tak seperti biasa masakan sudah ada di meja makan rumah pun bersih dan wangi.

" Selamat pagi Altair ".

" Adhara " sambil tersenyum

" Udah Sholat, aku barusan mau bangunin kamu tapi gak ada di kamar".

" Sudah, tadi saya sholat di masjid ".

" Ohh, kalau gitu sarapan dulu. Itu seragamnya sudah saya siapkan ".

" Kenapa repot-repot, saya bisa sendiri".

" Kenapa sih dari kemarin selalu bilang ngelakuin sendiri, aku kan istrimu " jawab tegas Adhara.

" Bukan gitu maksudku ".

Adhara yang kesal pun langsung memalingkan wajahnya sambil cemberut. Melihat tingkah laku seperti itu membuat Altair yang awalnya merasa tak enak namun berakhir dengan senyum tipis.

" Kok malah senyum, orang kamu yang salah " ucap Adhara.

Altair pun langsung memegang tangan Adhara secara reflek.

" Iya, maaf.... hehehe dulu kamu gak pernah marah kayak gini. Dulu kalau kamu marah itu lebih menyeramkan kalau sekarang malah kayak lucu ".

" Ihhh apaan sih orang lagi kesel, tau ah. Oh ya nanti aku kerumah orang tuamu dan orang tuaku ya tapi alamatnya dimana, terus nama beliau siapa aja. Maaf aku masih lupa ".

" Adhra kamu kan baru sembuh, jangan sekarang ya gimana sabtu ini kita berdua kesana. Saya gak mau terjadi apa-apa sama kamu ".

Adhara pun menatap Altair dengan perasaan sedih dan bahagian, dan langsung memeluk Altair.

" Maaf mungkin kemarin saya belum percaya kalau kamu suamiku, tapi kini saya yakin walau didalam ingatan saya masih belum kembali ".

Assalamualaikum, gimana nih puasanya lancarkan. Terima kasih sudah senantiasa membaca kisah mereka berdua jangan lupa vote, komen dan share ya...

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang