Ke-19

270 19 0
                                        

Duduk disamping Kyai dia hanya terdiam sifat yang ditampakkan tak seperti sifatnya waktu pertama kali bertemu.

Berubah dan lebih anggun serta pendiam etikanya saja berubah tidak bruntal seperti dulu.

" Nak Altair ayo dimakan ".

" Ya Kyai ".

" Memang gagah sekali nak Altair ini dan saya bangga. Sholeh, penurut, agamanya kuat dan mau mengambil tugas yang berat, menjadi Tentara. Insyaaallah dapat istri yang sholeha dan nanti disayang mertua " puji Kyai Komar.

Semua orang pun tertawa dan aku tersipu malu tapi tak dengan Adhara yang fokus akan makanannya. Dia memang wanita yang berbeda.

" Kapan nih Ustadz diundang gak sabar mau lihat pedang pora " goda ustadz Ferri.

Tetawa kecil hanya ku tampakkan sampai sekarang pun aku belum tau dimana dan siapa jodohku, perjalananku masih panjang dan masing fokus terhadap karir di TNI.

" Adhara, tau gak nama belakangmu yang kasih nama itu ibunya Altair. Adhara yang menunjukkan bintang terindah " Ucap Kyai.

Pov Adhara

Keadaan di meja makan membosankan, bergeges menghabiskan makanan.

" Adhara udah selesai makannya " tanya abah.

" Sudah bah ".

Ternyata didapur pun sama, memuji terus laki-laki itu. Mengambil obat dan air menuju teras belakang.

" Ya allah kapan obat ini habis " keluhku.

" Kalau mau habis mangkanya cepat sembuh " jawab laki-laki itu.

Senarnya kesal tapi tak mungkin marah dengannya apalagi dia telah menolongku.

" Kamu masih kerja dipasar ? " tanyanya.

Heran akan pertanyaannya.

" Maksudnya apa kamu ngejek aku ".

" Buka gitu maksudku ".

Entah mnegapa terpancing begitu saja.

" Ya aku preman dan ya aku ketua preman naga memang kenapa kalau aku preman ".

" Maksudku gak gitu " terlihat panik.

" Gak semua preman itu buruk, paham kok maksudmu namanya preman pasti buat onar, tukang palak membuat keresahan masyarakat, ngerti kok kamu kan Tentara jadi wajarlah curiga sama namanya preman " ketus.

" Semua orang pasti memandang seperti jahat asal kamu tau gak semua preman itu jahat. Pasti kamu lihat aku bentak penjual ikan waktu itu kan  jangan pernah lihat sesorang dari luarnya saja. Apa yang kamu lihat itu buka hal yang sebenarnya, waktu kamu beli ikan, kamu sudah dicurangin timbangnnya dibuat tidak sesuai standar, kamu lihat aku bentak kakek itu kan ya dia memang salah kalau dia jualan disitu menggangu pengguna jalan dia gak sabar akan lapaknya yang kami masih persiapkan. Aku nagih hutang dengan cara keras seperti tidak manusiawi kan tapi dia salah dia mengambil harta orang tuanya dan menggelapkan dana perusahaan asal kamu tau itu ".

Suara yang keras membuat semua keluar menghampiri.

" Kita bukan sembarang preman, aku mempertahankan kekuasaan bang Bohar dari tangan adiknya itu bukan hal yang salah karna apa aku gak mau semua pengikut bang Bohar jual barang haram, jadi tukang palak, bikin onar itu yang kamu perlu tau ".

" Satu hal lagi jangan pernah akrab denganku dan jangan cari-cari kebenaran tentang ku. Aku tau tujuan mu baik tapi aku gak mau ada hutang budi kesiapapun semakin kamu mencari tau kebenaran tentang itu hanya membuatmu melakukan hal yang sia-sia (sebelum meninggalkannya aku sempat mengatakan) terima kasih atas pertolongan mu dan teman-temanmu, aku tak mau ada hutang budi jadi apapun kalau butuh bantu aku akan membantumu ".

Pov Altair

Meninggalkanku. Terima kasih kamu sudah mengatakan yang sebenarnya, ini rencanaku. Walau hanya sedikit setidaknya ada kebenaran tentang mu.

Assalamualaikum
Tunggu kisah selanjutnya
Jangan lupa vote, share, komen, dan follow ya. Terima kasih

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang