Ke-15

296 20 0
                                        

Pov Altair

Satu minggu full dengan dinas luar jadi belum tau kabar tentang keadaan Adhara. Ini hari terakhir berdinas diluar menyempatkan menelpon kedua orang tua.

" Assalamualaikum pak, bu ".

" Waalaikumsalam nak ".

" Bagaimana kabar? Mas kangen sama bapak dan ibu ".

" Sehat nak ibu juga kangen, mas masih dinas diluar? " .

" Masih bu insyaallah hari ini pulang bu. Ini ibu dimana? ".

" Ibu sama bapak ada di rumah kyai tapi ini menuju rumah sakit nak, soalnya Kyai dan keluarganya ada disana ".

Pangilan telpon ku akhiri dikarenakan upacara penutupan akan segera dimulai.

Pov Adhara

Sudah berapa lama mata ini terpejam hanya melihat kegelapan, hanya suara yang terdengar tapi entah dari mana asal suara itu.

Berlari terus berlari mencari suara itu ketakutan mulai datang saat kegelapan semakin pekat berusahan untuk keluar. Suara itu semakin jauh hingga hampir tak terdengar lagi tapi tetap mencoba berlari.

Kini suara itu semakin kencang terdengar sebuah cahaya putih mulai terlihat dalam kegelapan ini terus berlari dan berlari.

Nafas mulai tak teratur kini suara itu hilang hanya saja aku bisa keluar dari kegelapan tapi entah ini dimana. Mengis dan berteriak meminta pertolongan serasa waktu pun diperlambat tapi...

" Adhara " bang Bohar.

Dia... bisa melihatnya lagi, dia sudah tidak marah denganku, kini dia berbicara dengan ku hanya saja aku bisa melihatnya tapi mulut ini tak bisa berbicara.

" Kamu wanita yang baik, kamu wanita yang bisa merubahku menjadi lebih baik. Terima kasih. Lupakan semuanya, buat ini sebagai kenangan kembalilah seperti dirimu semula seperti wanita yang aku temui ".

Bibir ini tak bisa bicara tapi hatiku mengatakan ingin bersamanya.

" Aku sudah tenang disini doakan saja aku, jalani hidup yang lebih baik. Jadilah wanita sholehah ".

Bayangannya semakin hilang semakin hilang hingga bibir ini dapat berbicara lagi dan berteriak menyebut namanya. Apakah ini kesempatan yang diberikan tuhan kepadaku?

Terbangun dari tidurku yang panjang nafas yang kini dapat kurasakan penglihatan yang masih kabur tapi nampak jelas dari suara yang ada disekitarku.

Suara yang indah dan merdu lantunan ayat suci al-quran yang menghiasi ruangan ini. Mereka yang sudah aku lukai hatinya tapi selalu ada disampingku.

" Alhamdulillah Adhara sudah sadar " ami.

" Ya allah ya rabbana lakal hamdu " kakek.

Meraka menangis akan kesadaranku, air mata yang suci bagiku dimana air mata yang dulu selalu ku lihat bukanlah air mata untuk ku.

Air mataku menetes beliau langsung mengusap dan membelai rambutku

" Menangislah nak sudah cukup kamu menahan tangis mu selama ini... (hening) akhirnya waktu ini tiba Adhara kecilku telah kembali " ucapnya sambil meneteskan air mata.

Kasih sayang begitu besar yang kakek berikan hingga aku tak sanggup mengucapkan kata maaf apakah aku dapat dimaafkan, apakah pantas aku menerima di maafkan ?.

Ya allah ampunilah semua dosa hamba yang telah bangkang kepada mereka berilah pengampunan kepadaku enggakulah maha pengampun lagi serta maha penyayang.

Assalamualaikum
Selamat membaca, sehat selalu...
Jangan lupa vote, share, komen...
Terima kasih

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang