Pov Adhara
Sudah diperbolehkan pulang menjalani rawat jalan, tubuh yang masih belum kokoh hingga harus menggunakan kursi roda.
Kehidupan pesantren memanglah menentramkan hati apalagi dikelilingi oleh pemandangan sawah yang hijau pepohonan yang rindang.
Semua santri tertuju kepadaku mungkin mereka heran siapa aku.
" Nak nanti kalau udah sembuh kamu boleh main kesitu " sambil menunjuk sebuah lumbung padi.
Teringat masa kecilku yang selalu bermain disana saat libur sekolah.
" Kakek ".
" Ya sayangku, permataku ".
" Terima kasih " sambil memeluknya.
Rasanya nyaman seperti ini, kembali pada kehidupan tanpa harus memikirkan dendam dan musuh. Kakek pun tersenyum lalu ia pun bilang akan membawakan makanan kesukaanku.
" Oh ini toh cucu Kyai yang preman itu ih baru kayak gini sadar paling kalau sembuh jadi preman lagi " sindir dari salah satu pengajar disini.
Pasti terjadi tapi tak mau mendengarkan sekali mendengarkan bakal kembali kelubang hitam.
" Ustadzah lihat itu penampilannya berandalan sekali pantas saja ustadz Ja'far mengusir saat itu ".
Diam dan tak perlu mendengarkan perkataan mereka sembari dari tadi ia mengejekku sampai ia tak menyadari kehadiran paman ku yang meraka bilang tadi.
" Assalamualaikum " pamanku.
Mereka pun terkejut akan kehadiran paman lalu beliau menatapku dan sembari menegur orang yang telah membicarakan ku.
" Ustadzah apa yang anda lakukan salah ... ".
Belum selesai berbicara, langsung memotong pembicaraan paman agar meraka tak dimarihi, tau ujungnya beranggapan cucu Kyai pastinya akan dibela.
" Paman " memanggilnya.
" Ya anak ku ".
" Sini temani kakak, kakak kangen dengan paman ". Entah mengapa beliau meneteskan air mata.
Terlihat paman belum bisa menghentikan air mata.
" Paman kenapa sedih ? ".
" Paman tidak sedih nak " jawabnya yang sekarang mensejajarkan tubuhnya denganku.
" Paman gak usah sedih dan gak usah dengarkan perkataan orang lain mereka tidak salah memang seharusnya Adhara mendapatkan hukuman itu semua. Adhara sudah terbiasa jadi jangan sedih lagi ".
" Maaf kan paman, seharusnya tidak melakukan itu kepada putri paman " sembari meneteskan air mata.
" Paman tidak salah dengan itu paman menunjukkan bahwa paman itu sayang sama Adhara cuma Adhara aja yang gak ngerti kasih sayang paman ke Adhara dan seharusnya yang minta maaf Adhara karana sudah mengecewakan paman dan keluarga ".
" Tapi nak mereka tak sepantasnya berbicara seperti itu ".
" Biarkan mereka bicara paman tentang segelanya yang menyangkut Adhara asalkan mereka tidak berbicara hal yang buruk kepada keluarga. Adhara menerima semua itu mungkin ini sebagai wujud permintaan maaf Adhara atas semua perlakuan walaupun ini belum cukup ".
Tuhan terima kasih engkau memberi kesempatan lagi untuk hidup, perjalanan yang gelap itu merupakan pembelajaran terbesar dalam hidup ini memang semua orang memiliki jalannya yang berbeda dimana ada yang lurus dan ada yang berbelok-belok tapi pada akhirnya engkau menunjukkan jalan yang lurus.
Assalamualaikum
Tunggu selanjutnya, selamat membaca
Jangan lupa vote, share, komen. Terima kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatuan Takdir Tuhan
RomanceDua insan yang bertemu tak sengaja diawali dengan kebencian akankah mereka dapat mempertahankan cinta mereka ? Altair beprofesi sebagai seorang tentara Angkatan Darat. Sholeh, pintar, bijak, berparas rupawan membuat kaum hawa tertarik dengannya. " A...