POV Adhara
Acara resepsi sekaligus prosesi pedang pora telah selesai. Sepanjang perjalanan menuju rumah tak sedikitpun menegur Altair.
" Sayang, kalian istirahat ya " ucap ami.
" Ami, kok dia juga di kamar Adhara ? " tanya ku.
" Kalian kan sudah sah suami istri, aduh anak ami ini yah. Sudah sana kalian istirahat ".
Langsung ke dalam kamar. Kamar pun sudah di ubah seperti kamar pengantin.
" Aduh pakai bunga segala, ngotor-ngotorin tempat tidur udah tau gak suka bunga " ocehku.
Dia terlihat diam di pojok pintu.
" Kenapa kamu diam gitu, jangan mesum. Ingat perjanjiannya, itu gak bakal terjadi " ucapku.
Masih tidak menyangka sekarang kami pun sudah menjadi suami istri. Terdengar suara bisik-bisik dari balik pintu dan jendela.
" Ini pasti... aku tau ya kalian ada di luar " teriak.
Terdengar suara orang lari entahlah menabrak apa. Apa yang dipikir mereka.
Langsung mengambil handuk dan bersih-bersih badan yang sudah dari tadi gerah. Setelah selesai mandi duduk diam melihat diri sendiri di kaca. Altair kini tengah di kamar mandi.
" Ah sial. Kenapa harus gini sih, kenapa gak sesuai dengan bayanganku tadi. Lagi sedikit batal pernikahan ini " ucapku geram sambil meremat botol kaleng.
Menundukkan wajah, kesal hingga ingin sekali memukulnya. Membuka mataku.
" Aaaaaaa " terikku.
Dengan cepat dia menutup mulutku sambil mendorong ke tembok. Tubuh yang masih basah dan tak mengenakan baju terlihat sekali tubuh kekarnya.
" Bisa gak teriak, nanti di dengar lainnya. Pasti mereka berpikiran yang tidak-tidak " ucapnya.
Tinggi tubuhku dengannya tak terlalu jauh, merasakan hembusan nafas dan detak jantung ku begitu kencang. Jarak tak aman bibirku dan bibirnya.
Mata kami saling berpandangan. Tak mau terlalu dalam hingga aku mendorongnya.
" Gak bisa kayak gini " ucapku.
" Kalau habis mandi langsung gitu pakai baju buat orang kaget aja " omelku.
Berbalik badan. Dia mengatakan sesuatu dari belakang.
" Maaf, jugaan kalau kamu yang lihat kan gak papa sudah halal " bisiknya.
Kenapa dengan diriku, ketika dia berbisik jantungku berdebar dengan kencang. Mengambilkan selimut dan bantal.
" Kamu tidur di sofa, pokoknya jangan sampai kita satu ranjang ".
" Yang buat perjanjian itu kamu jadi kamu yang ngelaksanain ".
" Gak bisa gitu, kan aku sudah tulis pesan ya jadi kamu harus juga ikut perjanjian itu ".
" Untuk hari ini saya gak mau kalau kamu mau kamu aja yang tidur di sofa " ucapnya.
" Gak bisa gitu " Sambil menariknya yang kini sudah tidur di kasur.
Badan besarnya membuat aku harus sekuat tenaga menariknya tapi saat menarik malah tubuhku yang terjatuh.
" Tau ah, ambil tu kasur " ucapku sambil mencari posisi tidur di sofa.
Dari dulu paling gak bisa tidur di sofa malah bisa-bisa gak tidur.
" Istriku sini tidur di kasur yang empuk " godanya.
Semakin melunjak saja ini orang.
Pov Al
Dini hari,terbangun dari tidur melihat jam dinding menunjukkan pukul 03.00. Keadaan kamar yang begitu gelap menuju ke arah kamar mandi.Melaksanakan sholat tahajud.
" Ya allah hambamu berserah diri kepadamu atas pernikahan ini bila memang dia sudah engkau takdirkan untuk hambamu ini hamba memohon selalu jaga pernikahan kami. Am

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatuan Takdir Tuhan
RomanceDua insan yang bertemu tak sengaja diawali dengan kebencian akankah mereka dapat mempertahankan cinta mereka ? Altair beprofesi sebagai seorang tentara Angkatan Darat. Sholeh, pintar, bijak, berparas rupawan membuat kaum hawa tertarik dengannya. " A...