Pov Altair - Lapangan Tembak
" lihat didepan kalian mungkin itu sebuah papan biasa tapi itu musuh kalian, sisahkan 2 peluru pada senjata kalian mengerti " perintahku.
" Siap mengerti " balas beberapa prajurit penembak.
Suara peluru sudah lumrah ditelinga, tiap hari melatih para prajurit disini. Dinas di kota ini hampir 5 bulan.
Malam hari_
Menyusuri malamnya kota merasakan akan kenyamanan kota ini namun sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi yang hampir saja menabrakku. Mengejar motor hitam yang melaju kencang.
" Cepat sekali menghilangnya " ucapku.
Kehilangan jejak, melanjutkan perjalanan. Sesampainya di rumah Ustadz Ferri.
" Assalamualaikum ". Seorang wanita muslimah membukakan gerbang, menanyakan tujuan ku.
" Waalaikumsalam, maaf ada keperluan dengan siapa dan mas ini siapa ya? " tanyanya.
" Saya Altair, tujuan saya kemari untuk bertemu Kyai Komar dan Ustadz Ferri " mengutarakan tujuan.
" Baik silahkan masuk " tawarya.
Melihat sekeliling rumah yang kini sudah berubah, pesantren milik Kyai Komar tak jauh dari rumah yang masih dalam lingkup pesantren.
Kyai dan Ustadz Ferri pun datang, menyapa dan memeluk beliau.
Santri dan Santriwati lebih sering memanggil dengan sebutan kyai untuk pendiri pesantren.
" Masyaallah sekarang sudah dewasa " Ustadz Ferri.
Kami pun berbincang - bincang serta Ustadz Ferri mengenalkanku dengan beberapa keponakan yang kebanyakan seorang perempuan!.
" Dulu Altair selalu bangun paling awal dan murid yang teladan suara mengaji dan sholawatan sangat bagus " puji Kyai Komar.
" Tidak Kyai itu semua hanyalah titipan Allah " jawabku.
Suara motor terparkir didepan gerbang. Tanpa ada salam, orang itu masuk seperti mengabaikan yang ada disini. Ustadz Adi pun menegurnya.
" Kayak tidak punya adab " tegur Ustadz Adi.
Membuka helmnya dan berkata :
" Oh ada orang ".
Begitu angkuh wanita ini, memang tak mempunyai adab.
" Sudah biarakan saja " lerai Kyai Komar.
Tanpa menggubris, wanita itu langsung masuk kedalam rumah.
" Maaf ya nak Altair " ujar Kyai Komar.
" Tidak apa-apa Kyai ".
Terlintas di ingatan, preman pasar dan melihat motornya ternyata benar dia yang hampir menabrakku.
Di ruang makan tak melihat wajahnya lagi. Pintu kamar itu pun terbuka dan dia membawa beberapa tas. Heran tak seorang pun menegurnya.
Kyai Komar pun memanggilnya untuk ikut makan bersama. Wanita itu tepat berada dihadapanku.
Hanya dia yang duduk disitu seorang wanita diri, entah mengapa?
Kaki diatas kursi walaupun sedang makan serasa dia yang berkuasa. Kodrat perempuan tak ada dalam dirinya, prilaku layaknya seorang tak mempunyai adab untuk memposisikan kepada yang lebih tua.
" Ayo nak silahkan makan " tawar Ustadz Ferri.
" Ya Ustadz " ucapku.
Terus menatap tanpa takut, entah mengapa semenjak keberadaannya keluarga ini menganggap seperti orang asing.
" Maaf, bukannya mbak yang tadi hampir nabrak saya. Hanya mengingatkan saja kalau berkendara dengan kecepatan seperti itu membahayakan nyawa orang lain " ucapku.
" Masih hidup kan ? " tanyanya.
Mengerutkan dahi.
" Yang penting masih hidup, kalau mati baru aku tanggu jawab " ucapnya.
Assalamualaikum
Jangan lupa vote, share, komen
Sehat dan bahagia selalu 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatuan Takdir Tuhan
عاطفيةDua insan yang bertemu tak sengaja diawali dengan kebencian akankah mereka dapat mempertahankan cinta mereka ? Altair beprofesi sebagai seorang tentara Angkatan Darat. Sholeh, pintar, bijak, berparas rupawan membuat kaum hawa tertarik dengannya. " A...