Ke- 47

242 13 1
                                    

Pov Adhara

Sejak Altair mengatakan cintanya kepadaku membuat setiap malam tak bisa tertidur. Maafkan saya mungkin itu terlalu dalam walau kini tak benci lagi denganmu namun aku bukan wanita yang baik untukmu dan kamu terlalu baik untuk menjadi imam saya.

Laki-laki seperti mu memang sangat sulit didapat. Mungkin tak semua laki-laki mau menerima semua masa lalu yang saya punya mungkin hingga saat ini. Mungkin tak semua laki-laki mau mengambil resiko untuk menikah dan mencintai tapi kamu sangat berani.

Namun aku tersadar yang berhak atas cintamu itu wanita yang baik tapi sayangnya bukanlah aku.

" Adhara kamu harus cepat-cepat menghindar darinya, ya Allah berikanlah kesembuhan kepada Opa agar aku tak bertemunya lagi " ucap Adhara.

Pasti hancur saat ini hatinya. Memang itu sudah kewajiban ku sebagai istri untuk menyerahkan semuanya kepada suamiku. Tapi lebih baik engkau tak melakukan denganku, sudah terlalu hina diriku ini.

Menangis dikamar sesekali menahan suara tangis. Pintu terbuka dengan sendirinya.

" Adhara " ucap Altair.

Dia pun memegang pundak ku dari belakang.

" Saya tau ini sudah melewati batas perjanjian, maaf. Jujur saya mencintai kamu dengan tulus tapi bila kamu masih belum mencintai saya tidak apa-apa ".

Lalu memegang tanganku. Mata kami pun saling pandang.

" Bila nanti waktunya sudah tiba izinkan saya melepasmu dengan kebahagian ".

Mengapa rasanya sesak dada ini bukannya itu yang aku mau. Air mataku pun dihapus olehnya lalu dia meminta izin untuk memelukku.

" Apa saya boleh memeluk kamu agar saya bisa merasakan semua kesedihanmu ".

Mengizinkan dia untuk memelukku jujur merasakan ketentraman ada pada dirinya. Dia pun lalu menyelimuti serta mengelus kepalaku.

" Selamat tidur, mimpi indah " ucapnya dengan halus.

Pagi hari, menyiapkan sarapan untuk Altair.

Makin lama hatiku yang keras dan kaku mulai terkikis oleh sifatnya yang halus dan penuh perhatian. Tak terasa pernikahan kami sudah berjalan 3 bulan.

Mana mungkin ada perayaan kita saja menikah dengan dasar perjanjian. Sampai saat ini keluarga kami tak tau tentang perjanjian itu.

" Altair, aku hari jumat ke Jogja ya. Opa harus chek-up apa boleh ? ".

" Boleh, Adhara apa mau saya antar ? ".

" Gak usah saya bisa sendiri kok, kamu kan ada kegiatan ".

" Emmm, selamat ulang bulan pernikahan ya " ucap Altair.

Jiwa Adhara merasakan ke anehan, matanya pun ia bulatkan, terlihat merinding.

" Kenapa ? " tanya Altair.

" Hahahha ada-ada aja ulang bulan pernikahan " Adhara yang tertawa mendengar ucapan Altair.

" Apanya yang aneh ? ".

" Udahlah lupakan aja ".

" Adhara, ini buat naik kereta. Hati-hati ya".

" Gak usah aku ada uang kok ".

" Bagaimana pun saya suami kamu, ambil aja. ".

" Makasi, oh ya baju dinas mu sudah saya setrika dan cuci nanti saya masukkan ke lemarimu ya ".

" Makasi, maaf jadi ngerepotin ".

Jumat pun tiba, pagi-pagi sekali menuju ke stasiun. Kereta pun mulai jalan perjalanan akan memakan waktu yang cukup lama.

Melihat hamparan sawah yang hijau.

" Hati-hati ya kalau sudah sampai kabarin saya " pesan Altair.

Walau dia seorang tentara hatinya begitu lembut. Dulu selalu mengira bahwa kalau tentara pasti akan kesar dan mungkin tak punya hati tapi itu semua salah. Ternyata aku yang tak punya hati yang tulus untuknya.

" Ya, nanti saya kabarin " pesan Adhara.

Stasiun Jogjakarta. Opa dan Oma terlihat dari ke jauhan, Sambil berlari menuju mereka.

" Adhara kangen banget sama Opa dan Oma " ucap Adhara.

" Sama sayang, kamu makin gemuk aja. Pasti bahagia kan " ucap opa dengan senyum.

Terpancar dengan begitu kegembiraan, bila mereka tau tentang perjanjian itu apa yang akan terjadi.

Sesampainya di rumah.

" Mbak Adhara sini duduk sebelah Opa".

Menuju ke tempat Opa. Paling senang duduk di teras belakang rumah karna disuguhkan pemandangan sawah yang hijau.

" Opa bahagia sekali mbak Adhara sekarang ada mas Altair pasti kamu sangat dijaga ya, Opa hampir gak pernah khawatir ".

Adhara hanya tersenyum saja.

" Opa, besok cek-up ya. Tadi Adhara udah telpon dokternya ".

" Ya sayangku, emang cucuku ini ya. Opa juga udah sembuh kok, gak pernah lagi kambuh. Opa yakin sudah sembuh total ".

" Opa harus sembuh " ucap Adhara.

" Opa harus sembuh, Adhara gak mau buat Altair tertekan dengan semua perjanjian yang Adhara buat " batin Adhara.

Assalamualaikum
Maaf nih sebelumnya baru update lagi. Kemarin ada kesibukan. Semoga suka dengan ceritanya. Jangan lupa vote, komen dan share. Terima Kasih.

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang