Ke-41

243 15 0
                                        

Sebenarnya ini pernikahan seperti apa, sudah 1 minggu disini kami pun tak pernah saling tegur dan menjalani kegidupan masing-masing.

Saat sedang menyapu halaman rumah, ibu Komandan serta Komandan pun menghampiriku.

" Lettu. Altair ".

" Siap ndan ".

" Wah sedang menyapu ya rajin sekali ".

" Siap bu ".

" Ngomong-ngomong mana nyonyanya, jangan di pendem lah ajak sana keliling kompleks ".

" Ada di dalam sedang... ".

Dia pun menghampiri kami, langsung memberikan salam kepada komandan dan ibu.

Kapan dia membeli pakaian seperti itu. Begitu cantik, baju sederhana namun berkelas.

" Izin pak dan ibu sebelumnya saya mohon maaf belum kerumah bapak dan ibu komandan serta tetangga yang lainnya " ucapnya sambil tersenyum.

" Tidak apa-apa nyonya Altair saya mengerti pasti masih beres-beres rumah " ucap komandan.

" Ya nyonya Altair. Oh ya sekedar menginfokan hari jumat besok ada pertemuan jangan sampai lupa dan terlambat ya. Itu hari perkenalan mbak dengan anggota lainnya ".

" Baik bu ".

Setidaknya melihat sisi keramahannya. Kadang bingung yang mana sebenarnya sifat aslinya. Bagaimana mau bingung bicara saja dia tak mau.

Malam harinya, masih juga tak ada makanan. Tak mau ribut akhirnya keluar untuk membeli makanan.

" Eh ada mas Altair " ucap ibu-ibu.

" Selamat malam " sapa ku.

" Loh kok beli, apa gak masak istrinya " ujar seorang ibu persit.

" Ya nih mana istrinya kok belum dikenali ".

" Istri saya lagi tidak enak badan. Kalau sudah sembuh nanti saya kenalkan bu " bohongku.

Dia saja tidak mau beradaptasi dengan ku apalagi beradaptasi dengan lingkungan kami. Melihatnya di sebrang jalan bersama seorang laki-laki.

" Adhara dengan siapa ? ".

Hanya menyodorkan amplop dan Adhara pun kembali lagi. Kalau nanti aku bertanya pasti dia diam saja. Semoga ibu-ibu tak melihatnya.

Keesokan harinya. Setelah pulang dari tugas yang cukup padat terlihat tak ada orang di rumah.

" Assalamualaikum ".

Tak ada yang menjawab, sepi kemana Adhara. Mencoba menghubunginya.

" Aduh lupa hpnya kan rusak, kemana lagi Adhara " keluhku.

Melihatnya di rumah depan, ternyata dia berkunjung ke rumah Bang Rohim.

" Mari mbak saya pamit ".

" Ya mbak Adhara, jangan sungkan-sungkan main kesini ".

" Dadah tante adhara, nanti main sama baim lagi ya ".

" Ya baim nanti tante main lagi kesini ".

Aku pun menyusulnya kesana.

" Wah bapak ajudan sudah pulang " sapa bang Rohim.

" Siap bang ".

" Pinter juga nih mas Altair cari istri ramah, baik, penyayang anak kecil pula. Wah sudah paket lengkat, mana masakannya enak loh jadi ngerepotin " ucap mbak Sinta.

Sejak kapan dia masak, di rumah saja tidak ada bahan masakan dan peralatan dapur pun belum lengkap.

Kami pun pulang, seperti biasa dia langsung masuk ke dalam kamar. Melihat beberapa box yang tersusun langsung aku buka.

Isinya makanan dan beberapa kerajinan tangan.

" Dari kami Keluarga Lettu. Altair dan istri " kartu ucapan.

Assalamualaikum
Ternyata Adhara ada sisi wanitanya juga...
Jangan lupa vote, komen, dan share

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang