Ke-12

299 19 0
                                    

Pov Altair

Melihat kebersamaan komandan dan keluarganya membuat terkadang iri tapi ini sudah resiko sebagai tentara jauh dari keluarga. Malam ini keluarga besar komandan sedang mengadakan makan bersama walau aku serta Sertu. Aji anak buah tetapi selalu diajak.

" Wah makin gagah aja kamu " puji mertua komanda. Beliau purnawirawan angkatan darat.

" Siap terima kasih " ucapku.

" Gun udah ini aja jadi menantu buat cucuku " sambil merangkulku.

Tidak enak selalu dijodohkan terus dengan Niken. Sertu. Aji yang tertawa kecil .

" Izin komandan mau ke mobil dulu ada barang yang tertinggal " ucapku.

" Pasti malu nih bang Altair " ejek Sertu. Aji.

Tanpa menggubris, pergi ke parkiran ternyata Niken mengikutiku dari belakang.

" Emm Altair " dengan suara ragu.

" Ya ada apa Niken ?".

" Maaf ya kalau perkataan kakek membuatmu risih tau sendirikan kakek " bahasnya.

" Gak papa Niken saya mengerti ".

Inilah yang membuat canggung bila berbicara dengan Niken. Terjadi  sebuah keributan.

" Anda sudah salah malah ngotot, bayar sekarang hutang anda jika tidak besok anda tidak melihat matahari terbit " ucap wanita dingin itu.

Keributan itu memancingku untuk kesana aku pun langsung bertindak.

" Maaf ini ada apa ? " tanyaku.

" Altair udah ayo kita masuk aja " tarik Niken.

" Niken kamu masuk aja dulu aku gak akan kenapa-kenapa ".

Dia pun memberi kode kepada anak buahnya.

" Kamu tau perbuatan mu ini salah, saya memang tidak ada urusan terkait anda menagih hutang kepada bapak ini tapi apa begini cara kalian " bentakku.

Tetap diam hanya menatapku penuh tajam.

" Heh mbak bawak nih orang yang dihadapan saya kalau mau calon suami atau siapalah dia kalau gak mau celaka " ancamnya.

Niken yang ketakutan lalu menyurahnya untuk kembali kedalam restoran.

" Jangan mengancam dia " ucapku.

" Wih sok jadi pahlawan rupanya ".

Tendangaan, aku pun terjatuh. Niken pun juga terjatuh sambil memegang perut aku pun bangung dan membantu Niken untuk bangkit.

" Adhara kenapa kamu kayak gini ini aku Niken sahabatmu " teriak Niken.

" Gua gak kenal namanya Adhara, dia sudah mati dan aku gak punya sahabat hanya musuh yang aku punya " ucapnya.

Mungkin keributan ini membuat perhatian sejumlah orang yang akhirnya menjadi pusat perhatian.

" Niken " panggil kakek.

Kakek pun langsung memeluk Niken yang kini tengah menangis.

" Kamu gak ada sadar-sadarnya sekeji itu sampai anda bentak sahabat sendiri asal kamu tau Niken terus memikirkan kamu " ucapku.

" Woy gua gak perlu perhatian dari lo semua karna lo semua tu munafik " ucapnya dengan lancang.

Karna keadaan semakin tidak kondusif anak buah dari Adhara pun mengajaknya pergi dari tempat. Ketika akan pergi salah satu warga menyorakinya.

" Emang preman beraninya gerombolan " ejek orang sekitar.

Matanya pun memerah warga itu pun lalu dicekik dan menempelkan di pohon hingga terangkat aku pun dengan sigap melepaskan tanganya hingga terjatuh.

Amarahnya mulai terlihat tatapan yang tajam ia tampakkan anak buahnya pun membantunya untuk bangkit kini kami pun diselimuti kebencian satu sama lain.

Sesampainya di Batalyon_

Komandan mengintrogasiku akan kejadian tadi terlihat ada rasa cemas diwajah beliau.

" Jadi dia itu memang sahabatnya Niken ".

" Siap ndan memang betul ".

Niken pun bangun dan ia pun menjelaskan apa yang terjadi pada sahabatnya.

" Niken kamu jangan pernah ketemu dia lagi dia gak baik untukmu " perintah kakeknya.

" Maaf kakek Niken gak bisa bagaimana pun dia sahabat Niken dan seharunya Niken membantu dia. Adhara itu baik tapi ada suatu hal yang membuatnya seperti itu ".

Assalamualaikum
Selamat Membaca
Vote, komen, dan Share

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang