Ke-43

253 16 0
                                        

Pov Altair

Melihatnya melamun di depan pintu sembari melihat rumah depan.

" Kangen banget sama motorku " ucapnya.

Kasihan melihatnya seperti itu, awalnya tak bermaksud untuk sampai menyuruh menjual motornya tapi karna sampai sekarang kami belum bicara satu sama lain secara terbuka dia tak memberi tahu alasan menjual motor.

" Adhara " panggilku.

Setiap berusaha mengajak bicara selalu menghindar.

" Ini saya belikan hp ".

" Gak usah " ucapnya.

" Gak papa, ini saya sudah belikan untuk kamu ".

" Sesuai perjanjian " ingatnya.

" Bisa tidak sekali gak usah bilang perjanjian, bosen saya dengarnya. Apalagi ini di luar " ucapku.

Diam tak mengambil handphone. Ingin sekali lebih jauh mengenalnya serta mendengar langsung permasalahan yang pernah menimpanya.

Adhara ini sangat tertutup dan pintar sekali menutupi apapun yang ada pada dirinya. Padahal aku tau beberapa ibu-ibu persit sempat membicarakannya tapi dia tak pernah membahasnya. Anehnya dia bisa menahan amarahnya yang jelas aku tahu sendiri sekali ada yang membicarakannya waktu itu apapun bisa terjadi.

Rumah komandan.

" Niken, bisa bantu saya untuk kasih hp ini ke Adhara ".

" Pasti di tolak ya, emang gitu Adhara dia selalu teguh pendirian kalau gak mau ya sulit untuk membujuknya. Tapi nanti aku coba berikan ".

" Makasi ya, maaf merepotkan ".

" Santuy aja ".

Di rumah terlihat sepi, memang kami belum sempat membeli telivisi mau mengajaknya belum saja bersuara lihat wajahku aja dia tak sudi. Bingung mau di bawa kemana pernikahan kami ini sebenarnya.

Melakukan beberapa saran yang di berikan Niken. Kata Niken, Adhara paling suka sama mie ayam mencoba membelikannya.

Tiba-tiba dia keluar dengan mengenakan jaket hitam.

" Kamu mau kemana ? " tanyaku.

" Bukan urusanmu " ucapnya.

Mulai sifat arogan Naganya keluar.

" Adhara, ini bukan sifatmu. Dan saya gak mau berdebat, mari saya antar ".

Mengantar Adhara ke gudang tempat waktu ia berkelahi dengan Bahar. Ternyata dia menemui Bahar yang kini telah bebas.

Memanggil nama Bahar dengan keras hingga menggema.

" Bahar..., keluar".

" Maksud mu apa nyebarin berita itu " ucapnya.

" He bawa suami rupanya udah takut ya " ejek Bahar.

" Dia gak ada urusannya dengan mu ".

" Cuma mau bilang hati-hati malah nanti lo yang akan di bunuh sama dia " ucap bahar kepada ku.

Melihat wajahnya kini penuh amarah. Yakin bahwa masih ada dendam di dalam hatinya. Sempat ia mau menyerang Bahar namun aku tahan emosinya itu. Kami pun pulang, ternyata sudah ada Komandan dan pejabat militer lainnya.

Memberi hormat kepada Komandan.

" Izin ndan, maaf ini ada apa ? ".

" Apa kami bisa masuk, bicarakan di dalam saja ".

" Siap ndan " bertanya-tanya.

Tak tahu mengapa komandan sampai menghampiri rumah. Pejabat dan pejabat persit pun ada.

" Sebelumnya maaf ini berita yang sangat mengejutkan dan bagi kesatuan pun ini sangat memalukan. Apa benar mbak Adhara mantan preman ? " tanya Komandan.

Ternyata itu beritanya. Apa ini yang tadi dibicarakan, Adhara mengepalkan tangannya saat Komandan berbicara.

" Izin ndan, biar saya menjelaskan " ucapanku lalu di potong oleh Adhara.

" Mohon izin bapak serta ibu mungkin biar saya saja yang menjelaskan. Benar saya mantan preman lebih tepatnya Ketua Preman Naga di daerah ini. Hampir 4 tahun saya memegang kekuasaan di daerah ini dan saya tahu siapa yang menyebarkan berita ini. Dia adalah musuh saya " jelasnya.

Penjelasannya tadi membuat semua orang terkejut, terlihat semuanya kaget. Keadaan diluar pun menjadi ramai dan membicarakan yang tidak-tidak.

" Karna ini sudah malam, saya putuskan intrograsi di lanjut besok pagi. Kalian berdua menghadap langsung ke ruangan saya ".

Mengapa keadaannya menjadi begini.

Assalamualaikum
Memang sulit ditebak sifat Adhara
Jangan lupa vote, komen, dan share

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang