Kembali seperti dulu

10.9K 1.2K 632
                                    

Suara itu ??? lagi lagi suara lembut itu terdengar, senyum kecut langsung menyeruak di bibir Dirga. Bukan dua atau tiga kali dia mendengar suara Alin di sekitarnya, bahkan pernah dia melihat sosok Alin tersenyum merentangkan kedua tangan ingin di peluk. Tapi nyatanya, semua itu hanya halusinasi belaka, yang berakhir membuat Dirga semakin frustasi.

"kak Dirga !"

Dirga menutup telinga rapat-rapat ketika suara itu kembali terdengar, dia berharap dengan begitu suara Alin menghilang. Bukan, dia bukan nya tidak ingin mendengar suara lembut itu, dia bahkan sangat merindukan suara itu memanggil namanya. Tapi situasi seperti itu hanya akan membuat nya merasa sedih.

"Pergilan Queen, jangan ganggu kakak. Kakak memang merindukan mu, tapi kalau kamu datang hanya sebagai halusinasi lebih baik pergi Queen !" ujar Dirga frustasi. Di masih menutup mata dan terus menggelengkan kepala seakan mengusir suara itu dari telinga dan otak nya.

Alin yang menyaksikan itu tidak kuasa menahan air mata, isakan kecil seketika menggema dalam ruangan sunyi tersebut. Seluruh organ terasa lemas melihat kondisi Dirga yang jauh dari kata baik-baik saja, mungkin tadi jika Dirga tidak mengeluarkan suara Alin tidak akan menyangka siapa lelaki kurus itu memperihatikan itu.

Ribuan pertanyaan bersarang di otak Alin, kenapa Dirga di tempat ini ? kenapa kondisinya begini ? pekerjaan yang menjadi alasan itu benar adanya atau hanya bualan mereka setiap Alin bertanya keberadaan Dirga. Dan apa yang terjadi setelah Alin pingsan di kantor Dirga satu bulan lalu, semua menyeruak menginginkan sebuah penjelasan.

Langkah kecil Alin mendekat, menatap miris Dirga yang terus menutup mata.

"Ini aku kak,, Queena" ujar Alin serak, tangan nya menarik tangan Dirga yang menutup telinga

"hiks,,a-aku kangen kakak" isak Alin kembali menangis tersedu-sedu, dia tidak kuasa melihat kondisi Dirga "ke-kenapa kakak disini, hikss,,"

perlahan, meski ragu menutupi hati serta pikiran Dirga memberanikan diri untuk membuka mata. Mengangkat kepalanya untuk memastikan apa yang dia dengar ini halusinasi atau memang Alin benar-benar ada di depan nya. Jika ini halusinasi Dirga pastikan detik itu juga dia akan mengamuk pada dirinya sendiri

namun wujud itu nyata, Dirga menatap lekat tubuh kecil yang kini menangis di hadapan nya. Nafas Dirga bergemuruh panas, badan nya langsung gemetar kecil. Dia tertegun beberapa saat masih tidak percaya menyaksikan pemandangan yang sudah dia rindukan selama ini. Kedua mata nya perlahan memanas lalu genangan air secara cepat menempatkan diri untuk meluncur, hingga pada akhirnya satu tetes air mata pertama Dirga turun dari mata kanan nya.

"Queena,,," iya, itu nama yang selalu dia sebutkan dalam hati

"hiks,, iya ini Queena kak !" sahut Alin mengangguk tegas, rasanya hancur melihat tatapan sayu dari mata panda Dirga. Alin tidak pernah merasa se sakit ini dalam hidupnya dan tidak ingin merasakan nya lagi. Melihat mereka yang Alin sayangi mengalami hal buruk membuat nya merasa sedih yang tiada tara.

Masih tidak percaya, Dirga memutuskan untuk menyentuh pipi kanan Alin. Kulit putih itu terasa lembut di telapak tangan nya, hangat dan gembul seperti dulu. Dirga mengelusnya lembut dan kini dia langsung menangis terisak-isak setelah yakin bahwa apa yang dia lihat bukan halusinasi. Yang dia pegang memang benar pipi Alin, adik kesayangan nya dan juga adik yang sudah dia sakiti.

Tanpa aba-aba apapun Dirga langsung menarik Alin dalam pelukan kerinduan nya, mendekap erat tubuh mungil itu di balik tubuhnya yang kurus. Aroma shampoo Alin dia hirup sebanyak mungkin, dia sangat merindukan aroma ini. Tubuh nya, aroma rambut, pipi gembulnya, senyuman nya, suara lucu nya ketika menyebut nama Dirga, dan masih banyak lagi yang Dirga rindukan. Sudah tidak ada lagi kata yang bisa mengungkapkan bagaimana Dirga sangat tersiksa tidak bertemu Alin selama ini.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang