9 bulan

10.5K 1K 738
                                    


Haii ,,, ada yang kangen ?

aku mau tau dong usia kalian berapa aja yang baca YAM ? balas disini ya.

Otak ku lagi lancar jadi part ini langsung nulis tanpa jeda, semoga feel nya dapet yaa.

Jangan lupa vote and komen ☺

Happy reading.....

Sekali lagi semua harapan pupus hanya karena satu garis negatif di sebuah benda panjang pipih. Sudah banyak benda itu terbuang ke tempat sampah dengan hasil yang sama, untuk saat ini benda itu adalah harapan ke sembilan di sembilan bulan usia pernikahan Al-khadafi dan Queena.

Queena belum juga hamil, padahal dia tidak memakai penunda hamil jenis apapun. Semenjak menikah Dafi dan Alin memang sudah mantap untuk tidak menunda memiliki anak, Dafi putra satu-satu nya di keluarga Dominic sehingga keturunan dia yang sangat di nantikan. Tapi sepertinya tuhan lah yang menunda harapan mereka untuk memiliki momongan.

Alin mengelus pelan perut rata di bawah kaos yang dia pakai, dia berusaha kuat, berusaha baik-baik saja dengan hasil sama selama sembilan bulan ini. Tidak hanya Alin saja tapi semua keluarga sudah menantikan kehamilan nya, apalagi diluar sana sekarang Dafi sedang menunggu dengan penuh do'a kalau tes kali ini akan menampilkan dua garis positif tapi sekali lagi, bukan lebih tepat nya sembilan kali Dafi harus menghela nafas kecewa.

"Sayang ??" suara Dafi sedikit mengejutkan Alin, Alin segera menghapus buliran air mata dan berusaha merubah raut wajah sebaik mungkin

"gimana hasil nya ?" tanya Dafi cepat setelah Alin membuka pintu toilet, raut wajah lelaki itu berbinar penuh harap.

Melihat ekspresi Dafi mencubit hati Alin, dia merasa belum sepenuh nya menjadi isteri yang bisa membahagiakan Dafi. Alin tidak kuasa untuk mengatakan kalau hasil nya masih negatif, dia tidak bisa melihat wajah berbinar itu berubah menjadi kecewa.

Alin terdiam cukup lama, menatap Dafi dengan mata yang mulai memanas. Dia gigit bibir bawah yang sedikit berkedut itu agar tangis nya tidak pecah. Jangan kira Dafi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, melihat tatapan waktu pertama kali membuka pintu saja Dafi bisa menebak kalau bulan ini dia harus bersabar tentang hasil yang tidak sesuai keinginan.

Secepat kilat Dafi menarik tubuh gemetar Alin masuk dalam dekapan hangat nya, di sanalah tangis Alin pecah. Tangis kecewa sama seperti bulan-bulan sebelum nya

"ssssttt,,,,kenapa nangis ?" tanya Dafi lembut

"a-aku,, aku belum hamil kak" isak Alin di depan dada Dafi "hiks,,aku belum bisa bahagiain kakak" imbuh nya semakin terisak kuat

Dafi tersenyum kecil, sebelum menjawab dia menghela nafas berat nya beberapa kali.
"Kamu ngomong apa sayang, aku bisa memiliki kamu aja udah bahagia banget. Jangan ngomong kayak gitu lagi" jawab Dafi terdengar tidak suka

"ta-tapi.."

"udah udah" sela Dafi tidak ingin Alin terus menyalahkan diri sendiri

Alin tidak membalas lagi, dia hanya bisa menangis sembari meremas kaos yang Dafi kenakan. Dia tahu Dafi kecewa, hanya saja lelaki itu berusaha menutupi nya dan memilih untuk menghibur Alin. Tetapi sikap seperti itu malah membuat Alin sedih.

Kini Dafi membawa Alin duduk di bibir ranjang, dia melepas pelukan hangat itu dan menatap wajah sembab isterinya. Tangan kanan Dafi terangkat untuk merapikan rambut Alin yang berantakan, kening serta pipi Alin juga Dafi usap karena ada keringat di sana.

"Tatap aku" tutur Dafi pelan, dia tidak suka Alin menunduk tanpa membalas tatapan nya

"sayang tatap aku" pinta Dafi sekali lagi, namun kali ini terdengar sedikit lebih tegas. Alin perlahan mengangkat kepala, membalas tatapan Dafi yang masih sama, yaitu sangat lembut ketika menatap Alin.

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang