Setelah kejadian itu, Bisma benar-benar tak ada niatan untuk meminta maaf kepada Friska.
Pagi-pagi sekali Friska sudah duduk di bangkunya seorang diri.
Sekarang Friska hanya termenung, memikirkan kejadian dimana ia di tampar oleh kekasihnya sendiri.
'Dia bener bener nggak ada niatan buat minta maaf atau gimana gitu?' - batin Friska.
Ia menghela nafas.
:Apa ia benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini?' - batin Friska.
Lagi-lagi Friska menghela nafas.
Ia kembali merenung, sampai-sampai ia tak sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang duduk di sebelahnya, sambil memperhatikan Friska.
"Friska," panggil orang tersebut, sembari memukul bahu Friska.
Friska pun terkejut, dan segera menoleh ke samping.
"Rendra??"
Ya, seseorang yang duduk di sebelahnya adalah Rendra.
"Ngelamun lo? Sampe-sampe lo nggak nyadar gue udah duduk di samping lo."
"Kenapa? Mikirin cowok?" Tebak Rendra.
"Jangan sok tau, deh," ketus Friska.
"Udah keliatan kali dari muka lo."
Friska memalingkan wajahnya ke samping.
"Emangnya lo kenapa sih?"
"Nggak kenapa-kenapa."
"ck.. kebiasaan deh kalo cewek di tanya 'kenapa' pasti jawabnya 'nggak kenapa-kenapa'. Heran gue," kesal Rendra
"Lagian buat apa gue cerita ke lo? Peduli apa lo? " Sinis Friska.
"Ya sempat kan gue bisa bantu lo kan? Kalo mau cerita, cerita aja. Nggak usah di pendam sendiri. Mungkin dengan cara lo cerita ke orang lain, lo jadi sedikit lega."
'Bener juga sih. Tapi masa iya gue harus cerita ke dia?' -batin Friska.
Ia pun berpikir, dan memutuskan untuk bercerita ke Rendra.
"Jadi tuh, gue punya pacar. Tapi tuh dia lebih mentingin sahabat ceweknya dari pada gue. Lo liat kejadian kemarin di kantin kan?"
"Iya, tau kok."
"Gue juga sering di bully karena penampilan gue yang kayak gini" ucap Friska sambil memperlihatkan penampilannya.
"Hm.. Gue boleh kasih saran nggak?"
Friska mengangkat satu alisnya pertanda 'apa?'
"Gue rasa lo harus berubah," saran Rendra.
"Berubah gimana maksud, lo?"
"Cara berpenampilan lo dan sifat lo yang penakut itu."
Friska memikirkan apa yang di katakan Rendra memang benar. Ya, dia harus berubah. Ia tak mau di tindas-tindas lagi.
"Oke, gue harus berubah," ucap Friska bersemangat.
"Kalo lo mau, gue bisa kok bantu lo," tawar Rendra.
"Lo, serius?"
"iya, gue serius."
"Oke, thanks ya," ucap Friska sambil tersenyum manis.
Rendra terpaku melihat senyuman itu.
'Manis'- Batin Rendra.
Setelah itu, satu persatu murid kelas XI ips 2 berdatangan memasuki kelas mereka.
Termasuk Gania. Ia menyapa Friska dan Rendra, kemudian duduk di bangkunya.
Bel tanda pembelajaran akan di mulai pun berbunyi. Dan datanglah Guru Ekonomi, yaitu pak Prapto.
"Selamat pagi semuanya. Silahkan buka buku paket kalian. Hari ini kita akan membahas materi........ "
****
Bel tanda istirahat berbunyi.
"Oke kalian kerjakan tugas halaman 67 di rumah. Minggu depan di kumpul di meja saya. Baik, selamat siang." Usai memberi tugas dan mengucapkan salam, pak Prapto pun keluar kelas.
"Gila! Gila! Pelajaran ekonomi bikin gue mumet tau nggak," keluh Gania sambil menolehkan kepalanya ke belakang, menghadap Friska dan Rendra.
Friska memutar bola mata malas. Rendra pun hanya terkekeh kecil.
"Eh, kantin yuk," ajak Gania.
"kalian duluan aja, ntar gue nyusul," ucap Friska.
"Tapi janji ya, lo nyusul kita," ucap Gania.
"Iya."
"Yaudah kita duluan. Yuk, Ren!"
Rendra pun mengangguk.
Setelah mereka keluar kelas. Friska pun merenung sebentar.
"Pokoknya gue harus bisa berubah," gumam Friska.
Ia berjalan keluar kelas menuju kantin.
Ia melewati taman belakang sekolah, dan tak sengaja ia mendengar seorang pria yang sedang menyatakan cintanya pada seseorang.
"Lo mau kan jadi pacar, gue."
Karena penasaran, ia mulai mengintip dari balik tembok.
Tubuhnya seketika mematung dan matanya mulai berkaca kaca.
Pria yang sedang menyatakan cintanya itu yaitu, Bisma dan ia menyatakannya pada.... Fera??
"Terus Friska gimana?"
"Lo nggak denger kemarin dia ngomong apa? Dia sendiri kan yang mutusin hubungan ini. Jadi buat apa gue harus mikirin dia. Lagian kan lo tau sendiri, gue pacaran sama dia kan terpaksa. Karena waktu itu gue kalah taruhan," ucap Bisma.
Friska membekap mulutnya, kaget. Ia tak menyangka, bahwa selama ini Bisma hanya pura-pura mencintainya.
"Jadi gimana? Lo mau kan, Ra?" Tanya Bisma kepada Fera.
"Iya, gue mau kok," ucap Fera sambil tersenyum manis.
Mereka berdua pun berpelukan.
Friska yang sudah tak bisa membendung air matanya pun, terjatuh. Ia mulai menangis. Dan segera lari meninggalkan tempat itu.
Ia kecewa, sangat.
Ia berlari di koridor sehingga jadi pusat perhatian para siswa yang sedang berada di koridor. Mereka memandangnya dengan bingung.
"Dih dia kenapa sih? Udah gila kali ya?" Ucap salah satu siswi.
"Di putusin Bisma tuh pastinya. Hahahah.."
"Hahaha.. harusnya dia sadar diri. Bisma yang ganteng gitu mana mau sama upik abu. Hahahhaha... "
Semua siswa/i meledek Friska dengan kalimat-kalimat yang membuat hatinya merasa teriris.
Ia memasuki kelas kemudian menyambar tasnya dan segera pulang. Ya, dia memutuskan untuk membolos saja hari ini.
Percuma saja ia mengikuti pelajaran, tapi otaknya hanya ada tentang Bisma.
Ia tak peduli dengan Gania dan Rendra yang pastinya besok akan memarahinya, dan mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
Yang terpenting, ia harus bisa menenangkan pikirannya untuk saat ini.
****
Haii guys...
![](https://img.wattpad.com/cover/256295433-288-k360706.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FRISKA✓ [REVISI]
Fiksi Remaja[WARNING] CERITA INI BERSIFAT PRIVATE. JADI, SEBELUM BACA UTAMAKAN FOLLOW AKUN AUTHORNYA DAN JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, AND SHARE CERITANYA. AGAR KALIAN BISA MEMBACA DAN MENIKMATI SETIAP PART NYA. TERIMAKASIH❤ ______ _______________________ Seorang ga...