Part 52 [END]

739 64 68
                                    

Haii semuanya..
Mungkin kalian bingung di part 52 ini.

Jadi aku nggak jadi END di part 51. Aku keliru di sana.

Jadinya aku END nya di part 52 ini.

Maafin kekeliruan ku ini, gengs..

***

Seusai melakukan upacara pemakaman, Rendra berjalan menuju kediaman Friska sambil membawa surat yang di titipkan Friska kepadanya dengan masih mengenakan baju serba hitam.

Tok.. Tok.. Tok..

Rendra mengetuk pintu rumahnya. Tak lama Ira membuka pintu dan menampilkan senyum keibuannya.

"Heh, Rendra!" Sapa Ira.

"Sore, Tante," ucap Rendra sopan.

"Kamu mau cari Fi-"

"Ohh.. Enggak Tante, saya cari Tante. Ini surat titipan dari Friska buat Tante." Rendra menyerahkan surat itu pada Ira. Dan di terima ogah-ogahan oleh Ira.

"Terus anak itu dimana sekarang?" Tanya Ira dingin.

"Dia pergi, Tante."

"Pergi kemana dia? Suka sekali kelayap-"

"Pergi untuk bertemu yang di atas, Tante."

Deg.

"A-apa-apaan kamu, Ren. Bercanda aja." Ira terkekeh kecil menganggap bahwa Rendra hanya bercanda.

"Saya serius, Tante. Dia meninggal sekitar jam 10. Dan sebelumnya ia menitipkan itu kepada saya untuk di serahkan ke Tante," jelas Rendra.

Ira diam mematung.

"Pesan saya, jangan menyia-nyiakan anak seperti Friska, Tante. Dia gadis yang kuat, dia tetap menyayangi kalian walau ia selalu di perlakukan kasar oleh kalian dan tahu kalau kalian bukan orang tua kandungnya," ucap Rendra.

Ira diam tak menjawab.

"Kalau begitu saya permisi, Tante. Assalamualaikum." Kemudian Rendra pergi dari sana sambil tersenyum lega karena sudah menuruti permintaan terakhir dari Friska.

Ira masuk kedalam kemudian berjalan dan masuk ke kamar Friska.

Ia memperhatikan isi ruangan kamar Friska.

Ia duduk di tepi kasur. Ia membuka surat dari Friska dan mulai membacanya.

Haii, Ma.
Aku harap Mama baca surat terakhir aku buat Mama.

Jika surat ini sudah ada di tangan Mama, berarti aku sudah pergi bertemu ibu kandung ku, Ma.

Sebelumnya maaf ya, Ma, aku selama ini udah nyusahin Mama, udah buat Mama sedih karena ngerawat anak haram seperti aku.

Jujur kalau di suruh pilih, aku tak mau lahir dengan julukan anak haram. Tapi mau gimana lagi? Ini sudah terjadi.

Setiap hari aku berdoa supaya Mama bisa ngelus rambut aku dan Ayah bisa tersenyum bangga sama aku. Tapi doa aku nggak pernah di kabulin sama tuhan, Ma.

FRISKA✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang