Part 25

406 55 21
                                    

Tandai typo nya ya..

Happy Reading!

***

Rendra berjalan menuju apartemennya yang berada di nomor 205 sambil menenteng dua plastik berisi cemilan di tangan kanan dan kirinya. Setelah menekan kode dan masuk ke dalam ia di kejutkan dengan ruang tamunya yang berantakan.

Sofa yang terletak tak sesuai dengan tempatnya yang sebenarnya, Bantal sofa terlempar di mana-mana, dan TV yang tak di matikan.

"Astaga.. berantakan banget nih apartemen, pasti kerjaan si kunyuk satu ini! Siapa lagi kalo bukan si Jasjus," Ucap Rendra sambil mengelus dadanya sabar.

"Justin!" Teriak Rendra memanggil Justin. Namun tak ada sahutan dari sang empu.

"Kemana lagi nih bocah!" Kesal Rendra menyimpan cemilannya di meja kemudian berjalan menuju kamarnya.

Saat membuka pintu kamarnya terlihat pemandangan dimana Justin yang tidur tengkurap di atas king zise milik Rendra dengan Seprainya yang berantakan dan bantal  serta bantal gulingnya terlempar di dimana-mana.

"JUSTIN!!!"

Justin tersentak, hingga membuatnya terjatuh dengan posisi yang sangat memprihatinkan. Kepalanya di bawah dan kaki kanannya yang masih berada di atas kasur.

"Aduhh...!!"

***

Hari sudah semakin larut.

Friska melangkahkan kakinya di atas sebuah beton aspal dengan pelan, seperti menikmati setiap langkahnya. Semilir angin malam menerpa tubuhnya hingga membuat anak rambutnya yang tak bisa ikut terkuncir beterbangan.

Ia memeluk tubuhnya sendiri dan di temani dengan hoodie merah yang ia kenakan.

Ia ingin pergi ke minimarket terdekat, bertujuan membeli mie instan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi meronta-ronta meminta untuk segera di isi.

Saat makan malam keluarganya tadi, ia tak ikut. Sebab tak di perbolehkan oleh ibunya dengan alasan ini adalah hukuman karena membuat Fiyra di bully di sekolahnya. Padahal sebenarnya bukan ia yang melakukannya. Tapi ia bisa apa? Ia hanya bisa menurut dan mengangguk patuh.

Saat melangkahkan kakinya kembali, ia merasa seperti ada yang mengikutinya dari arah belakang. Saat menoleh ke belakang, sepi. Tak ada orang lain selain dia di jalanan ini.

Tetapi saat matanya menatap ke salah satu pohon rindang yang ada di sana, seperti ada sesosok bayangan hitam yang tengah bersembunyi di balik pohon itu.

Ia kembali melangkahkan kakinya. Kali ini langkahnya sedikit di percepat.

Perasaannya tidak enak. Seperti ada seseorang yang mengintainya dan mengikutinya.

"Nah, itu di depan udah keliatan minimarketnya," ucapnya kemudian semakin mempercepat langkahnya sambil terus menoleh ke belakang, memastikan  bahwa tak ada yang mengikutinya lagi.

Ia berhenti di depan minimarket dengan napas tersenggal-senggal. Ia menoleh lagi ke belakang, kemudian memutar kepalanya menghadap kembali ke depan, dan..

"AAAAAAA.........!!"

Friska berteriak saat Lia yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya.

"Sakit kuping gue, njirr!" Kesal Lia.

Friska mengatur napasnya.

"Lagian siapa suruh tiba-tiba udah ada di depan gue, kayak setan aja," gumamnya.

FRISKA✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang