BAB 8 : RESIKO

695 201 17
                                    

-----Komen-komenlah, sepi amat ini cerita ._.

-----1 vote 1 support :)

"Apa lo yakin dia nggak bocor?" tanya Noah, sembari memakan ayam KFC nya.

"Keknya Bagas bukan orang kek gitu," jawab Via ragu-ragu.

Mereka sedang berada di meja makan sekarang, menu malam ini, fastfood dari KFC yang Noah pesan melaui Gofood.

"Lo tau sendirikan, apa yang akan terjadi kalo kita ketauan?"

Via mulai membayangkan apa yang akan terjadi. Agnes akan marah besar apabila Via tidak cerita mengenai ini. Yang lebih parah adalah Devi, dia mungkin akan bilang untuk menemaniku tidur agar menjagaku dari Noah. Tapi respond sekolah akan sangat luar biasa. Gosip akan meraja rela dengan cepat. Mungkin Via akan dicap bukan sebagai cewek baik-baik lagi. Serumah dengan lelaki dan dia belum menikah.

Via memegang kepalanya karena sangat pusing dengan khayalannya.

"Tapi bukannya ini salah lo? Lo yang nggak hati-hati saat ingin keluar rumah!" kesal Via dengan alis menekuk.

Noah hanya menatapnya dengan wajah datar, "Mana gue tau teman lo mau datang kerumah, gue hanya ingin mengambil pesanan gofood," ucapnya tak merasa bersalah.

"Elo kan bisa mengintipnya dulu melalui jendela. Lagian kamar lo di lantai 2, lo bisa melihat area pintu depan dengan jelas."

"Iya, iya," jawab Noah malas.

"Apa dia nggak pernah ngeluarin kata maaf melalui mulutnya?"  batin Via kesal.

Mereka pun kembali makan dengan sangat canggung, walaupun ini hari keempat mereka, rasa canggung itu masih belum hilang.

"Malam ini kerja lagi?" tanya Via memecah keheningan.

"Iya," jawab Noah datar.

"Kenapa lo harus kerja seperti itu-sih?" tanya Via penasaran. Baru kali ini dia melihat anak SMA bekerja sebagai agen rahasia kecuali di film.

"Gue butuh uang," sahut Noah singkat.

"Bukannya lo masih punya orang tua?" tanya Via karena melihat seorang pria paruh baya mengambil rapot Noah pada semester lalu, "Lalu, gimana mereka bisa menginjinkan lo untuk tinggal dengan gue? Orang tua lo agen rahasia juga? karena itulah lo harus bekerja seperti itu?" tanya Via dengan mata penasaran. Karena harus serumah dengan pria itu, dia berpikir harus benar-benar tau tentang pria itu.

Noah hanya menatap Via dan menghela napasnya malas, "Kenapa lo jadi sekepo itu?"

"Gue harus tau tentang orang yang serumah dengan gue , bukankah itu nggak aneh?"

Noah hanya menatap Via malas, "Gue akan menjawabnya kali ini, tapi ini adalah pertanyaan terakhir yang akan gue jawab. Orang tua gue meninggal 10 tahun lalu, gue tinggal bersama paman gue sampai 2 tahun lalu. Karena paman udah menikah dan gue nggak mau menganggu mereka, gue memilih untuk hidup sendiri. Paman adalah mantan anggota pasukan khusus dan harus berhenti karena cacat pada kaki. Untuk memenuhi hidup kami. Gue bekerja sebagai orang lapangan dan paman sebagai pengatur rencana dan hacker dari rumah," tutur Noah.

Via mengalihkan pandangannya ke arah lain, membuat Noah mengatakan orang tuanya telah meninggal membuat kesan bersalah pada pikiran Via.

"Maaf," ucap Via bersalah, "Tapi apa pekerjaan ini nggak terlalu berbahaya, lo masih SMA kan?"

"Elo nggak berhak untuk khawatir, bukannya gue udah bilang itu pertanyaan terakhir," ucap Noah yang mengangkat piringnya dan berjalan menuju wastafel. Dia mencuci piringnya dan kemudian berjalan menuju kamar.

"Sikapnya benar-benar mengesalkan, lagipula kita teman sekelaskan. Apa terlalu berlebihan untuk khawatir seperti itu?", batin Via.

********

"Apa pekerjaan malam ini?" tanya Noah melalui earphonenya, Noah sedang berbaring di kasur kamarnya sekarang.

"Klien bilang ingin menemuimu secara langsung dan menjelaskannya," jawab Paman.

"Bukankah itu terlalu memakan waktu?"

"Aku juga sudah bilang seperti itu. Tapi dia tetap memaksa untuk bertemu langsung denganmu."

Setelah memikirkan tentang pertanyaan yang dilontarkan Via, ada sesuatu yang sedikit mengganggu pikiran Noah. "Paman, kau tidak mengenal ayah Via kan?"

"Aku baru mengenalnya saat dia ingin menjadi klien kita."

"Ah ... aku benar-benar frustasi dibuatnya. Kenapa dia ingin aku serumah dengan Via, menjaga Via adalah alasan yang aneh kan? Menjaganya dari apa? Sudah 4 hari ini aku disini dan tidak ada hal aneh apapun."

"Aku juga tidak mengerti, sabarlah dulu. Seorang ayah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan kan?" Paman mencoba menenangkan Noah.

Noah hanya meniup poninya kesal, "Jam berapa aku akan menemuinya?"tanya Noah.

"Jam sepuluh malam ini, lokasinya akan kukirim ke handphonemu."

Noah melihat kearah jam tangannya, sudah pukul 21.30 sekarang. "Aku ingin bersiap lalu pergi ketempat itu,"

"Baiklah, hati-hati,"

*******

Noah memarkirkan motornya dan melepas helmnya. Seperti biasa dia mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan lensa mata. Dia melihat lokasi melalui handphonenya sekali lagi. Lokasinya benar, gudang besar itu menjadi tempat pertemuan mereka.

Noah berjalan memasuki gedung yang pintu besinya terbuka, gedung itu terlihat kosong. Ukurannya lumayan besar, sekitar 20x20 meter.

"Tidak ada siapapun disini," ucap Noah melalui earphonenya.

Suara pintu besi bergeser menggema diseluruh gudang itu. Satu orang mulai keluar dari tumpukan barang bekas di sisi belakang gedung.

"Lo masih ingat gue?" tanyanya. Pria itu berkepala botak dan memakai jas serba hitam.

"Gue nggak perlu mengingat orang seperti lo," jawab Noah yang mulai memasang kuda-kuda bertarungnya karena orang itu terlihat berbahaya.

Pria berkepala plontos itu hanya tersenyum mendengar jawaban Noah. Noahlah yang telah merusak bisnis narkobanya karena bukti-bukti yang dia kumpulkan. Tetapi karena kekuatan orang dalam dia dapat keluar penjara dalam waktu 2 tahun.

Suara gesekan kayu di lantai beton terdengar, empat orang berjalan sambil menyeret kayu berdiri di samping pria berkepala botak itu. Empat lainnya membawa potongan besi yang dipangku oleh bahu mereka.

"Sepertinya ini jebakan," ucap Noah melalui earphone.

"Cepat pergi dari ruangan itu!" perintah Paman panik.

Noah mencoba berbalik dan ingin berlari menuju pintu, tapi niatnya terhentikan oleh enam orang yang sudah berada didepan pintu. Ada dua puluh empat orang yang siap menyerang Noah sekarang.

"Aku telah dikepung, ada sekitar 24 orang di gudang ini," ucap Noah.

"Sial," Paman memukul mejanya kesal, "Aku akan segera kesana. Tunggulah, tahan mereka selama mungkin," Paman melepas earphonenya dan bergegas menuju garasi dengan jalan terpincang.

Noah melihat para musuhnya dengan seksama, empat orang dengan balok kayu, empat orang dengan potongan besi, dan sisanya tangan kosong. Noah hanya menghela napasnya dalam. "Seberapa lama aku dapat menahan mereka," batin Noah.

"Dasar pengecut, kalo berani 1 lawan 1," ejek Noah.

"Hey, hey. Lo pikir memanggil lo kesini untuk mengajak lo berkelahi? Gue mau ngepukulin lo sampai puas."

Noah berdecik mendengar jawabannya. Sepertinya malam ini akan sangat sulit.

Pria berkepala botak itu kemudian memberikan kode agar pesuruhnya mulai menyerang Noah. Empat orang dengan kayu dan empat lainnya dengan potongan besi mulai berjalan mendekati Noah. Mereka terlihat tersenyum, pekerjaan mereka kali ini terlihat mudah dan menyenangkan. Memukuli satu orang dengan jumlah mereka yang jauh lebih banyak, membuat mereka terlihat sangat percaya diri.

Noah terlihat fokus memasang kuda-kuda bertarungnya. 

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang