BAB 6 : BAGAS ADIPUTRA

722 210 32
                                    

"Lihat kesamping lalu bergaya kasual," ucap photographer pada Bagas. Bagas sedang melalukan photoshoot sekarang. Dia adalah seorang model professional walaupun masih kelas dua SMA.

"Baik, pertahankan ekpresimu. Nice."

"Bisa kau senyum seceria mungkin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa kau senyum seceria mungkin?"

Bagas mencoba tersenyum sambil setengah tertawa.

"Baik, tahan, pertahankan ekspresi itu," sang fotografer mulai mencari Angle yang pas untuk Fotonya.

"Nice."

"Sekarang saatnya menonjolkan rahang indahmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang saatnya menonjolkan rahang indahmu. Ambil posisi duduk, lalu agak menunduk kebawah."

Bagas mencoba melakukan intruksi yang diberikan photographer padanya.

"Ya, benar seperti itu," ucap Fotographer itu dan mulai mengambil bebera foto.

"Ya, benar seperti itu," ucap Fotographer itu dan mulai mengambil bebera foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terakhir, senyum. Tapi lakukan selovelable mungkin."

Bagas memasukkan tangannya ke kantong dan tersenyum semanis mungkin.

Bagas memasukkan tangannya ke kantong dan tersenyum semanis mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nice, terimakasih atas kerja samanya. Kau benar-benar hebat,"sanjung photographer itu.

Bagas meninggalkan lokasi pemotreran dan duduk di kursi istirahatnya. Sembari mengelap keringat dan meminum air, pikirannya mulai realihkan pada Via. Sudah seminggu ebih dia tidak bertemu Via karena harus bekerja di luar kota. Dia hanya hadir pada saat pemakaman ayahnya dan harus menyiapkan diri untuk pemotreran di luar kota.

"Hari ini selesai kan?" tanya Bagas pada manajernya.

"Iya, ini pemotreran terakhirmu."

"Aku dapat pergi sekarang kan?" tanya Bagas.

"Ada yang nggak sabar ketemu pacarnya nih," goda manajer Bagas.

Wajah Bagas terlihat merah merona mendengar ucapan manajernya. "Kami hanya teman," ucap Bagas malu-malu.

"Tapi kau mengharap lebihkan? Hati-hati loh, jaman sekarang kalo lambat bergerak bisa di tikung siapapun. Pergilah kerumahnya, lalu bawakan sesuatu."

"Sebaiknya aku membawa apa? Bunga?"

Manajernya hanya tertawa kecil melihat pertanyaan dari Bagas. "Bagaimana kalo boneka? Dia akan mengingatmu ketika melihat boneka itu," saran manajer.

********

Noah terbaring di kasurnya, tubuhnya terasa berat karena harus berlari banyak kemarin. Sudah pukul 20:00, dia memutuskan membeli go food untuk makan malam mereka kali ini.

"Mas, saya udah di depan," sebuah pesan masuk dari gojek.

Membaca hal itu Noah segera turun ke lantai satu, berjalan dan membuka pintu rumah.

Noah sedikit bingung ketika seorang laki-laki dengan boneka besar berada di depan pintu.

Bagas yang melihat lelaki asing berada di rumah Via malam-malam, benar-benar terkejut dibuatnya. Wajah tersenyumnya tersulut emosi sekarang, boneka beruang yang sangat besar terjatuh ke lantai. Dengan emosi yang memuncak, Bagas mengampiri Noah dan menarik kerah bajunya.

"APA YANG LO LAKUIN DISINI?" tanya Bagas

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang