Bagas duduk di sebuah kursi di tengah ruangan. Lima meja sebagai meja juri tepat dihadapannya. Sembari mengatur nafas dia melihat ke arah lima juri yang melihat kepadanya dengan sangat serius. Ini sudah castingnya yang ke lima untuk mendapatkan sebuah peran dalam film. Walaupun selalu gagal, Bagas tak pantang menyerah. Karena ini mimpinya, dan dia harus mewujudkannya.
"Sudah siap?" tanya seorang juri yang berada di tengah.
"Iya," jawab Bagas sembari tersenyum.
"Kamera rolling action."
Sebelum memulai sesi seleksi, semua peserta audisi sudah diberikan naskah terlebih dahulu, jadi saat mereka dipanggil. Mereka harus melakukan reka adegan seperti yang dijelaskan dalam naskah.
Bagas menunduk dan menarik nafasnya berat. Setelah meyakinkan dirinya beberapa kali dia mengangkat kepalanya dengan yakin. Dengan senyuman kecil dan mata berkaca-kaca, Bagas mulai membacakan dialognya. "Aku menangis bukan karena aku sedih, tapi karena mataku perih terkena angin. Pergilah, kau menyukainya kan? Tak usah pikirkan aku. Kau harus memilih cinta yang membuatmu bahagia." Air mata Bagas terlihat terjatuh ketika dia menutup kelopak matanya. Dengan sebuah senyuman simpul dan air mata di pipi. Bagas berhasil mengakhiri dialognya.
Semua juri tetap terlihat mengeluarkan wajah datar. Sebagai juri professional mereka hanya akan menilai ketika semua peserta sudah melakukan audisi, memperlihatkan mimik berlebihan akan menyebabkan peserta terlalu berharap nantinya.
"Terimakasih, kau melakukannya dengan baik. Silahkan tunggu hasilnya."
Setelah mendengar ucapan itu. Bagas keluar ruangan dengan cukup lega. Walaupun tak sempurna, Bagas merasa casting kali ini adalah upaya terbaik yang dia lakukan selama ini. Paling tidak, dia selalu memberikan peningkatan di setiap audisinya.
*********
"Kata juru kamera kau melakukannya dengan sangat baik," ucap Manager Bagas yang memberikan sebotol air mineral padanya.
"Jangan terlalu berharap, aku tidak ingin hancur seperti audisi pertamaku," sahut Bagas.
Bagas adalah orang yang sangat percaya diri, semenjak kecil dia sudah memenangkan beberapa kali perlombaan modelling. Dengan sebuah ekspektasi berlebihan ketika dia ingin terjun kedua acting. Setelah gagal pada audisi pertama, mentalnya benar-benar hancur. Kepercayaan diri yang di pegangnya selama ini benar-benar hilang. Dia bahkan mengurung diri di kamar selama seminggu. Tetapi dia terlihat lebih dewasa sekarang, dan itu benar-benar dirasakan oleh manajernya, yang melihat mata Bagas terlihat fokus pada rencana kedepan tanpa takut hancur akan kegagalan.
"Gas, kamu inget Abel?" tanya Manajer Bagas.
Bagas memutar tutup botol air mineral, kemudian meminumnya. Garis rahang Bagas benar-benar terlihat ketika dia mengangkat kepalanya untuk meneguk air. Para peserta perempuanpun terlihat begitu antusias memperhatikan Bagas. Seorang model memang terlihat berbeda.
"Make up artis itu? Kenapa?" tanya Bagas.
"Dia udah jadi youtober terkenal sekarang. Aku denger dia nolak permintaan Nature Beauty sebagai salah satu brand ambassador. Kamu tau sendirikan betapa idealisnya dia tentang make up. Dia tidak suka apabila ada seseorang menyuruhnya mempromokan produk apabila dia belum pernah memakainya."
"Perusahaan Via?"
"Iya, sepertinya tim marketing mereka melakukan blunder. Abel tidak mau langsung disuruh promo seperti itu, harusnya mereka memperkenalkan produk mereka, meminta tanggapan, lalu apakah tertarik untuk mempromokan produk mereka, tapi itu harus di garis bawahi dengan produk mereka yang benar-benar bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Teen FictionTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...