Bagas hanya bisa kesal menatap wajah tersenyum dan begitu merendahkan itu. Di umur 17 tahun dan masuk ke perusahaan karena koneksi dari orang tua, akan sangat wajar apabila orang lain meremehkan Bagas, tapi da mencoba menahannya dengan tersenyum seperti itu.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Rehan, pria berusia 35 tahun yang menjabat sebagai ketua divisi creative dan kehumasan.
"Aku mungkin masih sangat muda, tapi aku sangat yakin dapat diandalkan, karena itu apakah aku bisa mengetahui pekerjaan seperti apa yang harus aku lakukan," ucap Bagas dengan yakin, walaupun tujuan utamanya masuk ke perusahaan karena ingin menyelidiki tentang Mandala Grup, akan tetapi ada nama baik keluarganya yang juga dia pertaruhkan di tempat ini.
Rehan terlihat tertawa kecil mendengar ucapan dari Bagas. "Baiklah, kau dapat membuatku berharap banyak. Dengan background model dan bintang iklan, sepertinya kau memang dapat cukup di andalkan," Rehan memberikan sebuah dokumen yang berada di mejanya, setelah Bagas mengambilnya. Rehan terlihat menegakkan badannya dan mulai terlihat serius.
"Itu adalah konsep iklan yang akan kita mulai proses shooting 2 hari lagi, pelajarilah, aku ingin kau lakukan pengecekkan set lapangan, perlengkapan, serta kesiapan brand ambassador kita. Tugasmu adalah memastikan shooting berjalan dengan lancar. Bagaimana? Apakah sanggup?" Itu adalah sebuah tugas berat untuk orang yang baru saja memulai bekerja di perusahaan, ditambah dengan waktu yang sangat singkat, yaitu cuman dua hari saja.
Bagas terlihat mulai menimbang-nimbang, job desk yang diberikan sama saja dengan dia menjadi produser pelaksana, dan itu tanggung jawab yang sangat besar. Walaupun sudah beberapa kali menjalankan proses shooting, menjadi produser pelaksana adalah pekerjaan yang sangat berbeda.
"Persiapan sudah sampai 80 %, kau hanya perlu melakukan pengecekan ulang," ucap Rehan kembali.
Bagas terlihat menghembuskan nafasnya perlahan. "Aku terima, aku akan memastikan proses shooting akan berjalan dengan baik. Terimakasih atas kepercayaannya," ucap Bagas.
Rehan terlihat tersenyum kecil kembali, dia hanya ingin melihat keseriusan Bagas dalam bekerja, dan tetap akan memantau dari belakang apabila ada kendala berat yang harus dilewati. "Baiklah, selamat bekerja," Rehan memberikan sebuah jabatan tangan.
Bagas pun menyambut tangan itu dengan senyuman. Bagas kemudian berjalan meninggalkan ruangan tersebut, menuju beberapa departemen di bawah divisinya. Waktu yang dia miliki hanya dua hari, berarti dia harus melakukan semuanya secepat mungkin.
Sembari menuju departemen produksi, Bagas terus membaca dokumen yang diserahkan oleh Rehan. Data perlengkapan, nama kru, nama brand ambassador serta script pada saat shooting. Saat sampai disana, Bagas hanya dapat bersyukur bahwa yang dikatakan Rehan memang benar, semua proses persiapan sudah berjalan 80%, tapi Bagas tetap harus memastikan bahwa semuanya memang akan tanpa kendala kelak, mengecek semua kondisi peralatan, kondisi logistik, satu persatu Bagas lakukan. Dengan sebuah catatan di tangan kanannya, dia menchecklist satu-persatu untuk kesiapan shooting.
*********
Semua kamera sudah siap, sutradara bahkan sudah duduk di kursinya dan tinggal memberikan aba-aba. Tapi proses shooting belum dapat dimulai, cuaca siang itu sangat terik, membuat siapapun mulai tersulut emosinya. Shooting yang harusnya dimulai 15 menit lalu sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan dimulai.
Bagas mulai mengelap keringatnya karena dari satu jam lalu membantu untuk mempersiapkan shooting, "Apa brand Ambassador kita masih belum datang?" tanya Bagas pada manager produksi.
Bagas terus menerus menelpon manager dari aktor tersebut. Sudah dari tadi dia menelpon tapi sama sekali belum diangkat, dan akhirnya dia benar-benar bersyukur tulisan berdering whatshappnya sudah berubah menjadi timer telepon.
"Halo, ini sudah molor 15 menit, apa kalian masih belum sampai?" tanya Bagas yang mulai terlihat panik.
"Kami sudah di parkiran," sahutnya.
"Baiklah," mendengar hal itu Bagas langsung berlari menuju parkiran untuk menemui aktor tersebut. Dia tidak akan memarahinya karena itu hanya akan menambah waktu lagi, dia hanya ingin mereka segera bergegas menuju lokasi shooting.
Setelah melihat kesana kemari akhirnya Bagas menemukan mobil yang harusnya di tempati oleh aktor tersebut. Disana terlihat seorang menager yang berdiri sambil merokok di depan mobil. Melihat hal itu Bagas benar-benar kesal dan mempercepat larinya.
"Apa kau gila? Kami semua sudah menunggu dari tadi, cepat suruh aktormu bergegas ke lokasi shooting," titah Bagas.
Melihat Bagas yang benar-benar marah, manager tersebut langsung mematikan rokoknya, "tunggu sebentar, Daniel masih memerlukan waktu untuk bersiap di dalam mobil," ucap Manager itu yang terkejut Bagas datang menghampiri mereka.
"Suruh dia melakukan persiapan di lokasi, paling tidak itu akan meringankan sedikit kegelisahan para kru yang sedang menunggu aktor mereka."
"Aktor kami tidak suka melakukan persiapan di tempat yang banyak orang, saya mohon maaf tapi tolong tunggu lah sebentar," pinta manajer tersebut.
"Kau gila!" Tanpa pikir panjang Bagas langsung membuka pintu mobil untuk menyuruh Daniel bergegas.
Bagas hanya dapat terkejut, seorang brand ambassador mereka bisa-bisanya melakukan hal seperti ini, bahkan di lokasi shooting. Bagaimana bisa dia menggunakan narkoba di mobil seperti itu.
Daniel pun sama terkejutnya dengan Bagas. Bagas yang 6 tahun lebih muda darinya, tiba-tiba masuk ke dalam mobil dan melihatnya sedang menggunakan narkoba. Dia tidak tau apabila Bagas yang di berikan tanggung jawab dalam shooting kali ini.
"Apa kau gila! Apa yang dilakukan ini bocah disini!" ucap Daniel. "Manager, bagaimana bisa kau melepaskan bocah seperti ini!"
Manager dari Daniel hanya bisa berdecik, dia tidak menyangka apabila Bagas tiba-tiba membuka pintu mobil.
"Itu narkoba kan?" Bagas benar-benar terkejut, bagaimana bisa brand ambassador perusahaan ayahnya adalah pengguna narkoba aktif.
Tangan Bagas tiba-tiba ditarik oleh seseorang, "Ikut aku," ucap Rehan yang kemudian membawa Bagas ke tempat lain.
"Ini tidak seperti yang aku pikirkan-kan?" tanya Bagas yang benar-benar kecewa ketika Rehan hanya diam saja melihat Daniel dan malah membawanya ketempat lain.
"Benar, kami sudah tau," sahut Rehan.
"Apa kau gila? Apabila ketahuan media, elektabilas perusahaan bisa benar-benar hancur."
"Tapi sayangnya dia tidak akan ketahuan."
"Maksudmu?" tanya Bagas bingung.
"Ya, polisi tidak akan menahannya karena dia membelinya melalui Mandala Group. Kami sudah sejak lama ingin mengakhiri kerjasama dengan mereka, tapi ayahmu terlalu takut hanya karena Daniel adalah kesayangannya pa Raka. Selain konsumsi, dia juga pengedar yang sangat terkenal dikalangan artis."
Bagas hanya dapat mengenggam tangannya keras, dia benar-benar bingung harus kesal atau senang sekarang. Dia benar-benar kesal setelah tau bagaimana sebenarnya kelakuan paman Raka, tapi dibalik itu, dia sangat senang mendapatkan informasi yang sangat bagus untuk membantu Via.
"Jadi kau ingin aku tutup mulut kan?" tanya Raka.
Rehan hanya memberikan sebuah senyuman sebagai jawaban.
"Baiklah, untuk hari ini, aku hanya harus membuat shooting ini berjalan dengan sangat lancar. Seperti yang ku bilang, kau dapat mengandalkan aku,"
Bagas pergi meninggalkan Rehan dan kembali menemui Daniel, dia menjelaskan bahwa ayahnya lah yang memiliki Neo grup dan tidak akan menyebarkan tentang Daniel yang menggunakan narkoba, karena perusahaannya sudah tau sejak lama. Bagas hanya ingin Daniel untuk fokus dalam shooting kali ini, dan Daniel pun menyetujuinya.
Setelah Daniel berjalan bersama Bagas menuju lokasi shooting, Daniel pun segera menemui sutradara dan berbincang sejenak. Shooting akhirnya dilaksanakan walaupun mundur 30 menit dari jadwal seharusnya. Bagas dapat tersenyum lega ketika shooting dapat berjalan dengan lancar. Setelah ini, tugasnya hanya satu, mengungkap penjualan obat-obatan terlarang dan membuat paman Raka ke penjara, agar Via tidak lagi mengalami rasa sakit seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Fiksi RemajaTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...