"Bagaimana dengan keadaan angin?" tanya Noah melalui earphonenya.
Noah saat ini berada di atap gedung yang memiliki 50 lantai. Lampu perkotaan Jakarta terlihat sangat indah malam itu, angin yang sedikit kencang beberapa kali meniup poninya. Dengan masker , jaket dan celana serba hitam dia mencoba memasang lensa matanya.
"Angin malam ini cukup kencang, berhati-hatilah," ucap seseorang melalui earphone.
Noah berjalan pada tiang yang mencuat pada atap itu, dia mengikat tali sekencang yang dia bisa. Pekerjaan malam ini mengharuskan dia menuruni gedung dengan tali dan mengambil foto di kamar 402 pada lantai 35. Gedung ini memiliki keadaan elektro magnetik yang membuat drone tidak bisa terbang, karena itu dia harus mengambil foto itu secara langsung. Pekerjaan yang cukup berat untuk laki-laki berumur 17 tahun itu.
Memasang peralatan panjat tebing ke pinggangnya, Noah mulai melihat ke arah tepi bangunan. Noah menghela nafasnya dalam. "Aku akan turun," ucap Noah. Noah membalikkan badan, berdiri di tepi gedung, dia kemudian turun perlahan dengan peralatan panjat tebingnya.
Lantai demi lantai dia turuni, beberapa kali tubuh bagian bawahnya harus menahan tubuhnya ke dinding karena angin yang cukup kencang malam ini. Suara angin bahkan terdengar melalui earphone.
"Apa kau tidak apa-apa?"
"Tenanglah, aku sudah terbiasa melakukan hal seperti ini," setelah angin kencang itu mulai reda Noah kembali menuruni gedung.
Perlahan demi perlahan dia menuruni gedung itu. Nasibnya hanya bergantung pada tali yang dia pegang sekarang, lantai 35 berarti dia berada di ketinggian 105 meter untuk mengambil sebuah foto.
Mencengkram tali dengan tangan kiri dia mencoba mengambil handphonenya dengan tangan kanan. Menarik tali beberapa kali untuk mengecek kekuatannya, setelah dirasa cukup, kakinya berpijak di dinding kaca bangunan untuk mengambil posisi. Di ruangan itu terdapat seorang jaksa yang menerima suap dari tersangka. Dengan kedua tangan Noah mengambil foto-foto itu berapa kali. Handphonenya langsung terkoneksi ke dalam komputer.
"Apakah fotonya cukup?" tanya Noah.
"Anglenya sudah bagus, kedua wajah bajingan itu tertangkap kamera dengan baik,"
Para pengawal yang berada di ruangan menyadari keadaan Noah di balik dinding kaca, merekapun segera menghampiri Noah dengan wajah panik.
Noah hanya memberikan lambaian tangan beberapa kali karena para pengawal itu tidak akan menjangkaunya. Setelah pengawal melihat tali dan memastikan Noah akan pergi ke atap gedung mereka pun berlarian mengejarnya. Noah yang menyadari itu kemudian mencoba memanjat gedung secepat yang bisa dia lakukan.
"Aku ketahuan, aku akan segera pergi meninggalkan gedung," ucap Noah.
"Aku telah melakukan hacking pada lift, untuk saat ini lift tidak bisa digunakan. Mereka harus menaiki tangga darurat. Setelah kau di atap gedung aku akan mengembalikannya seperti semula. Kau dapat turun dengan lift, sementara mereka akan terlanjur menaiki tangga darurat."
"Baiklah, kau dapat mentransfer uangnya nanti. Aku harus pulang dulu, ada PR yang belum aku kerjakan."
Noah sudah berada di atap bangunan, berlari dan menuju lift. Seperti yang orang itu katakan, lift dapat berfungsi ketika dia sudah berada di depan lift. Terdengar langkah kaki para pengawal yang berlarian menuju atap. Sementara itu, pintu lift yang Noah tempati sudah tertutup, lift itu kemudian meluncur menuju baseman. Noah berjalan menuju motor sport hitamnya dan berkendara menuju rumah dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Teen FictionTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...