"Gimana? Apakah memungkinkan untuk keluar rumah tanpa diketahui wartawan?"
"Sepertinya aku bisa keluar dengan melompati pagar belakang rumah," jawab Noah memalui earphonenya.
Noah terlihat bersiap-siap dengan menggunakan pakaian serba hitam yang biasa dia gunakan ketika melakukan aksinya. Kondisi Via sudah cukup membaik, dia sudah dapat berjalan sendiri untuk mengambil makanan yang sudah dimasak oleh Noah.
Sekarang pukul delapan malam, waktu yang cukup tepat untuk menyelinap di tengah kegelapan malam. Sudah dua hari paman Noah mencoba untuk menyelidiki bagaimana cara mereka dapat menangkap Raka. Di tengah sudah lihainya perusahaan tersebut untuk menutupi kebusukan mereka, ada satu hal yang sepertinya dapat mereka telisik lebih jauh. Bisnis narkoba yang melibatkan banyak sekali pelanggan. Dengan basic perusahaan yang bergerak dalam bidang obat-obatan dan peralatan medis, menjual beberapa narkoba cukup mudah bagi mereka.
"Mereka akan memulai transaksi pukul 9 malam, aku akan segera mengirim lokasinya," ucap paman Noah.
Noah mulai memasang topi hitam untuk menyelesaikan pakaian serba hitamnya. "Bagaimanapun caranya, kita harus membuat Raka membusuk di penjara. Langkah ini hanya awal, paling tidak kita akan semakin dekat untuk membuka semua kebusukan Mandala Grup,"
Paman Noah hanya tertawa kecil di balik layar komputernya, "Kita tidak akan menuntutnya hanya untuk sebuah kasus pengedaran narkoba, tapi juga dengan korupsi, penyuapan, dan juga pembunuhan. Berhati-hatilah, kau tetap harus berkepala dingin," pinta paman.
Noah mulai memakai ransel hitamnya dan pergi ke dapur untuk keluar melalui pintu belakang rumah, dia mencoba mengintip, dan benar, semua wartawan hanya fokus ke depan pintu gerbang rumah. Noah melemparkan tali sampai tali itu tersangkut ke ujung pagar rumah. Dia menariknya beberapa kali untuk mengetes kekuatan tali tersebut. Setelah dia rasa cukup kuat, dia pun memanjat bagian belakang rumah dan kemudian melompat ke jalan.
Noah kemudian berjalan menjauhi rumah dan memesan mobil untuk mengantarnya mengambil motor dirumah pamannya.
*********
Dengan kameranya Noah mengambil beberapa foto dengan kamera melalui sudut hotel. Lokasi yang diberikan pamannya adalah lokasi hotel dan sepertinya mereka akan membagikan narkoba melalui ruangan khusus di bar hotel tersebut.
Ada seseorang yang sangat dia kenal berjalan memasuki hotel. Pria berkepala botak yang menghajar dia habis-habisan karena Noah telah mendapakan bukti bahwa dia adalah seorang pengedar narkoba.
"Kau ingat dengan Bakhtiar?" tanya Noah melalui handphonenya.
"Pengedar narkoba berkepala botak itu,"
"Dia berada di hotel ini, sepertinya mereka satu komplotan. Apa aku perlu menghajarnya agar dia memberikan sedikit informasi?" tanya Noah yang masih memiliki dendam karena dia telah di hajar habis-habisan.
"Tenanglah, kita baru mulai. Saat ini kita hanya perlu untuk menyelidiki dari kejauhan terlebih dahulu. Sepertinya acara akan dimulai sebentar lagi. Ikuti mereka, dan carilah informasi sebanyak mungkin."
Noah mulai memasukkan kameranya kembali ke dalam tas, dia kemudian berjalan perlahan mengikuti Bakhtiar, dan perkiraan mereka tepat. Bakhtiar dan komplotannya sedang menuju bar.
**********
Bagas melihat wajahnya melalui cermin wastafel. Dia terlihat baru saja mencuci wajahnya untuk menenangkan diri. Menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan, entah sudah berapa kali dia lakukan, akan tetapi jantungnya terus berdegup sangat kencang.
Suara bising bar semakin membuat pikirannya kalut. Dia sangat yakin dengan rencananya ketika dirumah, tapi ketika sampai di bar entah kenapa nyalinya seolah ciut.
"Ini kesempatan terbaik yang gue punya. Paman Raka akan membagikan narkobanya malam ini. Entah kenapa menurut Daniel, dia sangat ingin berpesta akhir-akhir ini. Gue hanya perlu masuk sebentar, merekam pembicaraan mereka dan kabur dengan alasan sakit perut."
Bagas terlihat mencengkram sisi wastafel dengan sangat keras. Dia benar-benar harus membulatkan tekat sekarang.
"Gas, lo harus ingat rasa sakit yang dialami Via karena paman Raka. Karena itu, lo harus mampu ngelakuin ini. Masa depan Via ada ditangan lo sekarang!"
Setelah menghembuskan nafas kencang. Bagas berjalan menuju tempat VIP. Sebuah ruangan khusus yang biasanya digunakan Mandala Grup untuk melancarkan aksi mereka. Terlihat dua orang penjaga ruangan itu. Seperti yang Daniel bilang, tidak boleh ada satupun barang elektronik yang masuk kedalam. Karena itu kedua penjaga akan memeriksa bawaan kita sebelum di perbolahkan masuk.
"Pelanggan baru?" tanya seorang penjaga yang tampak asing dengan wajah Bagas.
"Iya," sahut Bagas yang terus menerus meyakinkan dirinya untuk tetap tenang.
"Sepertinya kau masih sangat muda, dunia sekarang memang beda. Kau tau persyaratan sebelum masuk ke dalam kan?"
Bagas menyerahkan handphone dan jam tangannya kepada penjaga. Bagas telah membeli sebuah alat perekam yang sangat kecil, dia sudah mengaktifkannya dan menyembunyikannya di tapak sepatunya. Dia sangat yakin tidak akan ada yang menyadari hal itu.
Penjaga tersebut mengambil handphone Bagas dan menaruhnya kedalam sebuah box. Penjaga yang lain mulai menggeledah satu-persatu kantong dan setiap jengkal tubuh Bagas. Walaupun sangat yakin telah menyembunyikannya di tempat yang aman, tapi tubuh Bagas tak henti-hentinya berkeringat. Dia benar-benar sangat gugup sekarang. Hal itu membuat seorang penjaga benar-benar curiga terhadapnya.
"Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?" tanya seorang pengawal.
"Tentu saja, kalian sudah memeriksa tubuhku kan," sahut Raka sembari menelan ludah.
"Tubuhnya aman," ucap seorang penjaga."Aku boleh masukkan?" tanya Bagas.
Seorang penjaga terlihat masih sangat mencurigai Bagas. "Alat itu sudah sampai kan?" tanya penjaga tersebut ke rekannya.
"Sudah sampai."
"Bawakan aku alat pelacak logam itu," setelah ayah Via berhasil menemukan bukti ketika Raka menyuap BPOM, Raka meminta semua keamanan semakin ditingkatkan. Untuk menunjang hal itu, para penjaga mulai di berikan peralatan canggih, contohnya seperti alat pelacak logam yang baru datang hari ini.
Bagas tidak mendapatkan info tentang alat pelacak logam tersebut. Yang dia tau hanyalah pengecekan manual. Apabila dia dilacak oleh alat tersebut. Maka alat perekam yang dia simpan akan ketahuan.
"Pergi di kondisi seperti ini akan membuat siapapun curiga. Tapi apabila gue diperiksa oleh alat itu. Besar kemungkinan akan tertangkap. Sial harus bagaimana sekarang?"
"Sepertinya alat ini berfungsi dengan baik," ucap penjaga tersebut, alat itu berbunyi ketika dia dekatkan dengan jam tangan yang ia kenakan.
"Apakah aku harus lari?"
Alat itu mulai di dekatkan ke arah Bagas. Dari ujung rambut, terus turun ke bawah, dan kemudian mengecek seluruh tubuh bagian atasnya.
"Sial!"
"Aku harus bagaimana? !"
Tubuh Bagas mulai mengeluarkan begitu banyak keringat. Matanya terus mengikuti pergerakan dari alat itu. Alat itu sudah mulai mengecek saku celananya. Apabila dia mengecek sampai kaki, maka tamatlah sudah riwayat Bagas. Dengan gemetar Bagas hanya dapat terus berdoa agar alat tersebut tidak sampai berbunyi ketika berada di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Teen FictionTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...