#Maaf baru update, 2 minggu ini sibuk terus. Semoga masih ada yang ngikutin cerita ini hehehehe. Makasih untuk kalian yang udah mau baca, sekali lagi terimakasih (menunduk)
Via yang sedari tadi fokus melihat luka pada pipi Noah mulai melihat ke arah matanya ketika membalas perkataan Noah. Mata Noah terlihat sangat indah karena menggunakan soflens dengan aksen coklat muda, bulu matanya terlihat sangat lentik dengan garis mata yang terlihat tajam. Baru kali ini dia sadar, kalo sebenarnya Noah terlihat sangat tampan dengan soflens.
Via memandang Noah dengan begitu lekat. Pikirannya terasa buyar sekarang. "Apa laki-laki ini yang serumah dengan gue selama seminggu ini?"
"Lo sedang apa?" tanya Noah datar yang sedari tadi menunduk. Dia bertanya karena kapas Via tidak mengenai lukanya yang sudah dia coba persiapkan diri sedari tadi.
Via dengan replek menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk mencapai kesadarannya kembali. "Via, ini sudah larut malam, karena itulah pikiran lo jadi aneh. Tetap fokus, obati dia, dan segera kembali kekamar.' Via kembali menaruh kapas penuh betadine itu ke luka Noah.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Via.
"Resiko pekerjaan," sahut Noah singkat.
"Kenapa nggak pergi kerumah sakit aja?"
Noah kembali meringis ketika lukanya mendapat tekanan berlebih. "Liat, ternyata lo juga nggak bisa menahan sakit dari luka yang terkena bethadine," kekeh Via yang selama ini melihat kepribadian Noah yang terlihat sok kuat.
"Semua manusia juga akan meringis kalo lukanya kena bethadine," jawab Noah kesal.
"Bukannya lo bukan manusia?" ejek Via yang teringat perkataan Noah kalo dia bukan manusia karena tidak punya sosmed.
Noah hanya dapat memandang Via kesal. Noah yang selama ini menunduk kebawah untuk menghindari kontak. Sekarang melihat wajah Via yang sangat dekat untuk mengobati lukanya. Wajah bareface Via terlihat sangat murni, kulit putih dengan mata hitam lembutnya. Dia terlihat sangat berhati-hati ketika mengobati Noah. Via bahkan meniup lukanya beberapa kali agar Noah tidak terlalu merasakan perih.
"Selesai," ucap Via yang kemudian menarik tangannya dari luka Noah. Seluruh luka yang berada di muka Noah sudah diberi bethadine dan antiseptic oleh Via. "Ganti baju lo, lalu segera tidur," Via mulai merapikan peralatannya di dalam ember dan mulai keluar dari kamar Noah.
"Vi-via," ucap Noah pelan yang menghentikan langkah Via di depan pintu.
"Ada apa? Kalo perlu sesuatu bilang aja?" tanya Via.
Noah hanya menunduk tak dapat melihat wajah Via. Dengan pipi yang terlihat merona, Noah mencoba mengumpulkan niatnya. "Te-ri-ma kasih...," ucapnya sembari menunduk. Sebenarnya Noah benar-benar tau mengucapkan itu hanya akan membuatnya canggung. Tapi ... tak ada alasan untuk tidak berterima-kasih.
Via hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Noah. Baru kali ini dia melihat Noah dengan wajah malu seperti itu. Lagipula ini bukan hal yang terlalu besar menurutnya. "Cepat sembuh ya...," ucap Via dengan senyuman yang kemudian meninggalkan kamar Noah.
"Noah, nggak perlu segugup itu. Ini bukanlah hal besar, lo hanya ngucapin terimakasih. Itu bukan sesuatu yang sulit sampe lo segugup itukan?" batin Noah yang kemudian menuju pintu, menutupnya, berganti pakaian dan bersiap untuk tidur.
*******
Noah terbangun dengan sekujur badan yang sangat sakit. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat jam weker di samping kanan tempat tidurnya.
06:00
Kenapa waktu begitu cepat berlalu, dengan tubuh berat dia coba meninggalkan kasurnya. Beberapa kali menutup mulutnya karena menguap, dia kemudian membuka pintu dan bergegas pergi kekamar mandi. Dia memang memutuskan untuk tidak sekolah hari ini. Tapi tuan putri tidak akan bangun apabila tidak dia bangunkan.
Noah berada di kamar mandi sekarang, mencuci matanya sedikit kemudian menggosok gigi. Beberapa kali mendekatkan wajahnya pada cermin untuk melihat berapa banyak luka yang dia terima malam tadi. "Alasan apa yang harus gue buat untuk nutupin semua ini. Orang yang jatuh dari motor nggak akan memiliki luka sebanyak ini kan? Bilang aja nggak pake helm karena deket doang. Kalo ada yang nanya jawab itu aja. Tapi paling nggak ada yang nanya juga."
Noah berjalan kedapur dan mencoba memulai rutinitasnya seperti biasa. "Roti bakar dengan selai stoberi mungkin sudah cukup untuk kali ini," pikir Noah yang kemudian terhenti ketika berada di depan dapur. "Gue nggak lagi mimpi kan?" tanya Noah.
"Lo udah bangun, duduklah. Buburnya bentar lagi mateng," ucap Via di depan kompor, dengan celemek berwana merah muda dia sedang memasak bubur ayam lengkap dengan potongan wortel, kentang dan beberapa daun bawang.
Noah berjalan menuju meja makan dengan setengah tak percaya.
"Lo suka bubur kan?" tanya Via.
"Sebenarnya gue dapat memakan semua jenis makanan, tapi semuanya kembali lagi dengan siapa yang masak," jawab Noah ragu.
Via hanya bisa mengeluarkan wajah kesalnya. "Gue itu bisa masak ya, cuman kadang malas aja. Karena itu, gue jadi jarang masak di rumah," ucap Via yang mulai menaruh bubur pada mangkuk putih di tangan kanannya.
"Bangunlah lebih pagi seperti ini, kalo emang bisa masak. Dasar kebo,"
Via meletakkan mangkuk penuh bubur itu dengan kasar di depan Noah. "Gue manusia! Bukan kebo! Dasar Alien!"
Noah tak sengaja tersenyum kecil melihat kekesalan Via. Via kemudian duduk di depan Noah, "Cepet makan, gue pengen tau penilaian lo kek gimana," desak Via.
Noah mengambil sendok dengan tangan kanannya, dia mulai mengambil satu sendokan kecil dan mulai menyantapnya. Noah mulai mengecap bubur itu dan melihat ke arah Via yang sedari tadi menunggu komentar darinya.
"Not bad," ucap Noah.
"Satu sampai sepuluh," timpal Via cepat.
Noah mengambil satu sendok lagi dan mulai memikirkan berapa nilai yang tepat untuk bubur di depannya ini.
"Tujuh koma lima?" ucap Noah sembari berpikir.
"Paling nggak, udah lulus KKM," syukur Via. "Btw, lo nggak masuk sekolah kan hari ini?"
"Keknya nggak dulu hari ini, gue pengen tidur."
"Bukannya di sekolah kerjaan lo juga hanya tidur?"
Noah hanya terdiam mendengar pertanyaan Via. Sebenarnya dia terlalu malas untuk menjelaskan, tapi entah kenapa dia ingin memberitahunya. "Lo pengen tau kenapa gue hanya tidur dan selalu ngalahin nilai lo?"
Wajah Via langsung berubah, sebuah pertanyaannya yang selalu berada di benakknya selama dua tahun ini akan segera terjawab, "Pengen!" jawab Via dengan mata berbinar.
"Lo tau sendirikan, kerjaan gue gimana waktu malam hari. Sebenarnya dari SD kelas lima gue udah di persiapin untuk pekerjaan ini. Bela diri selalu gue pelajarin tiap hari. Tapi bukan hanya itu. Untuk menghindari nilai sekolah gue bakal anjlok karena pekerjaan malam yang berat. Gue selalu belajar sesuatu lebih awal dari anak-anak lain. Ketika SD gue belajar pelajaran SMP dan ketika SMP gue belajar pelajaran SMA. Karena sudah mempelajari semuanya, gue hanya perlu tidur di kelas. Untuk mempersiapkan diri untuk pekerjaan malam gue."
Via hanya melongo mendengar penjelasan Noah. Bukan hanya karena apa yang membuat Noah menjadi sepintar itu, tapi tentang Noah yang berbicara sepanjang itu. Dia, baru kali ini melihat pria itu berbicara panjang kepada orang lain. Dan wajahnya terlihat antusias ketika memberikan penjelasan. Dia, dia terlihat berbeda hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Roman pour AdolescentsTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...