Bab 38

366 58 10
                                    

BAB 38

Paman Noah harus pergi ke sekolah karena tindakan Noah pada Bagas. Paman Noah hanya dapat meminta maaf beberapa kali atas tindakan keponakannya itu, biar bagaimanapun dia tidak menyangka apabila Noah dapat mengambil tindakan sejauh itu. Noah pun mendapatkan skorsing selama seminggu karena perbuatannya.

Mereka berada di dalam mobil sekarang, Noah hanya dapat melihat ke arah jendela di sampingnya. Mereka tidak mengeluarkan satu katapun semenjak di sekolah. Noah sangat yakin bahwa pamannya benar-benar marah sekarang. Mereka sudah dekat dengan rumah Via. Tetapi, mobil yang seharusnya mengambil jalan untuk berbelok ke arah kiri, paman Noah tetap mengambil jalan lurus.

Melihat hal itu, Noah hanya dapat menarik nafasnya dalam. Sepertinya dia benar-benar akan habis kali ini.

"Udah makan?" tanya Paman Noah tiba-tiba.

Noah benar-benar terkejut, nada bicara itu benar-benar tidak terdengar marah sedikitpun. Dia pun memalingkan wajahnya untuk memastikan mimik dari pamannya.

"Belum," jawab Noah yang melihat wajah pamannya tidak marah sama sekali.

"Kita makan dulu ya, ada yang mau aku ceritain."

"iya."

Paman Noah pun membawa mereka ke sebuah tempat makan, suasana menjadi hening kembali, tapi entah bagaimana Noah sangat yakin pamannya tidak marah. Mereka pun memakan makanan mereka dengan tenang, setelah Noah menyelesaikan makanannya pamannya mulai bercerita, mendengar hal itu Noah pun dengan seksama mendengarkannya. Awalnya paman Noah berencana akan menceritakan semuanya ketika Noah sudah selesai sekolah, karena apabila tau, dia tidak akan fokus lagi bersekolah, dan hanya akan mengejar Raka. Tapi keadaannya sudah menjadi seperti ini, biar bagaimanapun tujuan Noah tetap akan ke Raka karena ingin membantu Via.

Sebuah cerita yang dimulai ketika ayah Noah pertama kali memintanya untuk menyelidiki Central Kontruksi, sampai dengan cerita pertemuan paman Noah dengan Alan. Noah terlihat mengepal tangannya sampai bergetar, dia terlihat sangat marah sekarang. Kematian orang tuanya, kematian ayah Via, dan orang yang menyebabkan Via sampai harus menangis seperti itu. Mereka adalah orang yang sama, Raka Setiawan.

"Menghajarnya tidak akan menghasilkan apa-apakan?" tanya Noah.

"Skill mata-matamu, dilatih bukan untuk melakukan hal itu. Mari kita tangkap mereka semua!"

Mata Noah benar-benar menunjukkan tekat yang bulat. Bagaimanapun caranya, dia akan membawa Raka dan orang yang terkait ke penjara!

********

Dengan beberapa perban pada pipinya, Bagas pulang menuju rumah atas arahan kepala sekolah. Dia tiba di rumahnya, seperti biasa rumahnya begitu sunyi ketika jam kerja, semua orang terlalu sibuk dengan urusan mereka, bahkan ketika malam, mereka hanya bertemu di meja makan, dan tak jarang itu tidak terjadi karena agenda perusahaan.

Untuk menuju kamarnya dia harus melewati kamar orang tuanya. Entah kenapa dia mendengar suara ayahnya dari kamar tersebut. Wajahnya masih terlihat mengeluarkan darah karena itu Bagas mencoba sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara pada langkahnya. Ayahnya benar-benar akan marah apabila melihat wajahnya seperti itu.

Dia mendengar nama Via disebutkan beberapa kali, karena begitu penasaran dia pun memutar arah dan mencoba menguping dari balik pintu.

"Raka, benar-benar gila, bagaimana bisa dia menempatkan keponakannya ke tempat seperti itu."

Bagas hanya dapat menggengam tangannya kesal, ayahnya bahkan setengah tertawa mengucapkan kalimat tersebut. Bukannya ingin membantu Via, tapi dia malah menganggap hal seperti itu sebagai hal biasa. Apakah para orang tua benar-benar sudah gila.

Sebenarnya nanti malam, Bagas berencana untuk meminta saran kepada Ayahnya tentang bagaimana cara membantu Via untuk keluar dari masalah ini. Tapi melihat respond ayahnya yang seperti itu. Dia benar-benar kecewa, harusnya dia berpikir untuk segera membantu Via. Tapi sepertinya dia tidak akan melakukan apapun.

"Sepertinya memang tidak ada yang boleh menganggu Mandala Grup, kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang," ucapnya lagi.

Bagas benar-benar terpengarah sekarang, dia memang tidak dapat mengharapkan apapun dari orang lain. Dengan langkah kesal dia kembali menuju kamar.

*********

Bagas berjalan menuju meja makan dengan wajah penuh luka, melihat hal itu ibunya langsung berdiri dan melihat wajah Bagas dari dekat.

"Apa yang terjadi? Kenapa wajah anakku bisa menjadi seperti ini?" tanyanya panik.

"Biasa anak muda, perkelahian sedikit," jawab Bagas.

Mendengar hal itu wajah ibu Bagas benar-benar terlihat marah. "Mamah akan ke sekolah besok, siapa yang berani memukul wajah anak kesayangan mamah sampai seperti ini,"

"Mah ... mamah mau aku dipanggil anak mamah di sekolah, lagi pula aku juga memukul wajahnya beberapa kali. Jadi ini sebuah perkelahian yang imbang. Ayo kembali makan, aku udah lapar," ucap Bagas.

Ibu Bagas kembali ke kursinya dengan wajah yang masih terlihat sangat khawatir.

"Besok pergi kerumah sakit bersama ibumu, wajahmu itu sangat penting kan?" walaupun ayahnya tidak suka Bagas bekerja sebagai model, tapi melihat wajah anaknya seperti itu, dia cukup kesal dan khawatir.

Bagas terlihat tersenyum kecil melihat wajah khawatir ayahnya.

"Yah, aku mau meminta sesuatu," ucap Bagas dengan wajah yakin kepada ayahnya.

"Apa itu?" tanya Ayahnya.

"Berikan aku jabatan di Neo Grup!" ucap Bagas yakin.

Hanya ada satu cara untuk membantu Via. Bagas harus mengetahui permasalahan ini dengan sangat detail, untuk mencapai hal itu. Dia harus menjadi bagian dalam perusahaan, dan membantu Via dari dalam.

Noah dan Bagas sudah membulatkan tekat mereka, sekarang saatnya untuk membantu Via. Noah akan melakukan penyelidikan dari luar, sementara Bagas akan melakukan penyelidikan dari dalam. Dengan pandangan mata tajam, mereka sangat yakin akan dapat membantu Via dengan cara mereka masing-masing!

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang