20 Februari 2011
20:00
Terlihat sebuah foto dimana Evan, Raka, Alan dan Riska menggunakan toga saat hari wisuda mereka, dengan senyum merekah, akhirnya mereka sudah menyelesaikan bangku kuliah mereka. Dibagian bawah album tersebut terdapat sebuah foto dimana Evan, Alan dan Riska berada di depan gedung DPR dan menggunakan ikat kepala merah. Setelah insiden berdarah 12 mei 1998 pada tanggal 19 mei 1998 semua mahasiswa dari seluruh universitas dan para warga bersatu. Dengan jumlah yang sangat banyak akhirnya mereka dapat menduduki kantor DPR dan membuat presiden mundur pada tanggal 21 mei 1998. Pada hari itu, Raka tidak dapat ikut karena kakinya yang belum sembuh karena tembakan.
"Itu moment terkeren dalam hidup gue selama ini," ucap Alan yang melihat Evan dan Riska yang fokus melihat album foto di rumahnya.
Evan dan Riska mendapat undangan untuk menghadiri ulang tahun anak dari Alan, Via Wulan Cahya, saat itu ulang tahun ke-tujuh, setelah lama tidak bertemu karena Evan harus bekerja di luar kota, akhirnya mereka kembali bertemu ketika Evan kembali dipindah tugaskan.
"Btw, Raka dimana? Dia nggak ikut?" tanya Riska yang tidak melihat Raka, Raka adalah sepupu dari Alan sudah seharusnya dia hadir dari pagi untuk acara ulang tahun keponakannya itu.
"Dia lagi sibuk cari investor, Mandala Grup sedang berada di ujung tanduk sekarang," wajah Alan terlihat cukup sedih ketika sedang membicarakan tentang perusahaan.
Melihat hal itu, Evan pun mencoba mengalihkan topik, "Via mana? Gue udah lama nggak liat dia," tanya Evan.
"Lagi bantu ibunya di dapur," fokus Alan kemudian berpindah kepada anak laki-laki yang terlalu asik memainkan rubiknya, "Sepertinya Noah lebih mirip Ayahnya dari pada ibunya," ucap Alan yang mengingat bagaimana fokusnya Evan apabila sedang melakukan sesuatu.
"Anak laki-laki emang harus mirip ayahnya, kan," sahut Evan.
"Matanya mirip gue kok," timpal Riska yang tidak setuju apabila Noah hanya mirip dengan ayahnya.
"Yah, makanannya udah siap," ucap Wulan, istri dari Alan. Di balik tubuh Wulan terlihat bagaimana Via yang memeluk kaki ibunya dan mengintip dengan malu-malu.
"Syukurlah Via mengikuti sifat ibunya, repot kalo dia nggak punya malu kek ayahnya," ucap Riska untuk membalas dendam pada Alan.
Alan hanya dapat tertawa kecil mendengar itu dari Riska, "Ayo kita makan dulu," ajak Alan.
Mereka pun akhirnya menuju ruang makan, menyantap makan malam sambil beberapa kali berbicara tentang masa lalu mereka. Beberapa kali senyum dan tertawa keluar dari wajah mereka. Para sahabat yang sudah lama tidak bertemu akhirnya dapat bertemu kembali dalam sebuah meja makan.
"Btw, keren juga ya nama anak lo, Noah Pratama, siapa yang kasih nama?" tanya Alan.
"Ayahnya yang kasih nama, Noah Pratama, semoga dia dapat menjadi 'penyelamat pertama' bagi orang lain," ucap Riska sembari mengelus rambut Noah. "Via Wulan Cahya, Wulan dari ibunya, dan Cahya dari ayahnya, Noor Alan, namanya secantik orangnya,"
"Semoga anak kita dapat berteman dengan baik, walaupun satunya sangat cuek dan satunya benar-benar pemalu," ucap Alan sembari tertawa.
********
Supaya Noah dan Via dapat berteman, Alan menyarankan Via untuk mengajak Noah membuka kado untuk acara ulang tahunnya tadi siang. Tapi sepertinya itu jadi percuma, Noah hanya duduk dan tetap fokus pada rubiknya, sementara Via terlalu malu untuk memulai topik pembicaraan, jadi dia hanya membuka kado ulang tahunnya satu demi satu.
Sebuah kado boneka barbie membuat Via berhenti membuka kadonya, dia hanya terlihat fokus memainkannya. Boneka itu layaknya princess, dengan wajah cantik dan dress berwarna biru, Via benar-benar menyukainya.
Sudah hampir sepuluh menit dia memainkannya, mencoba menyisir rambutnya dan mengganti bajunya beberapa kali, tapi saat dia mencoba membuatnya untuk duduk. Tanpa sengaja kaki dari boneka itu terlepas, Via mengambil kaki tersebut dan mencoba memasangnya beberapa kali, tapi dia tidak bisa melakukannya. Dengan mata berkaca-kaca, dia benar-benar ingin menangis sekarang. Boneka kesukaannya malah rusak karena kecerobohannya.
"Biar aku yang benerin," ucap Noah singkat, yang kemudian mengambil boneka tersebut. Noah mencoba melihat dengan seksama bagaimana agar kaki dari boneka tersebut dapat terpasang. Via hanya bisa melihat Noah dengan mata berkaca-kaca. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya kaki boneka itu terpasang.
Noah pun memberikan bonekanya kembali pada Via.
"Makasih," ucap Via dengan nada bergetar karena sudah mau menangis.
"Em ... selamat ulang tahun," ucap Noah yang kembali fokus pada rubiknya.
"Iya," Via menganggukan kepalanya dan sebuah senyuman merekah sekarang.
*********
Riska melihat ke arah jam dinding, terlalu banyak mengobrol, mereka jadinya sampai lupa akan waktu. Sudah jam sebelas malam sekarang. Setelah memberi tahu Evan, mereka pun berpamitan dan berjalan menuju ruang keluarga untuk mencari Noah.
Ternyata Noah sudah terlelap di lantai sekarang, disampingnya terlihat Via yang juga sudah terlelap sembari memeluk boneka barbie dengan tangan kanannya, entah itu sebuah kesengajaan atau tidak, tapi kedua tangan mereka berpegangan dengan wajah polos mereka karena tertidur.
"Bentar, gue mau ambil kamera dulu," ucap Alan berbisik pada Evan yang sudah mau mengangkat tubuh Noah ke mobil.
Alan bergegas menuju kamarnya dan mengambil sebuah kamera, dia kemudian kembali ke ruang keluarga. Dengan sebuah senyuman dia mengambil beberapa foto Noah dan Via yang sedang terlelap.
"Sepertinya kita bisa menjadi besan," ucap Alan pada Evan sembari tersenyum.
"Kalo mereka akhirnya sama-sama suka, kenapa nggak," sahut Evan.
"Berarti lo harus sering-sering bawa Noah kesini, memperbanyak pertemuan akan membuat mereka bisa saling suka," saran Alan.
Mendengar hal itu, Wulan hanya dapat mencubit pinggang Alan, "Mereka masih kecil yah ..." ucap Wulan.
"Ya siapa tau kan," sahut Alan.
"Entar kalo fotonya udah jadi, gue minta ya," ucap Riska, "Yah, udah saatnya kita pulang," ucap Riska pada Evan.
Evan pun mendekati Noah dan mencoba menggendongnya perlahan. "Kami pulang dulu ya," ucap Evan dan Riska yang berjalan keluar rumah. Alan dan Wulan pun hanya dapat memberikan lambaian tangan dari pintu rumah.
*********
"Alan benar-benar nggak berubah," ucap Riska di samping Evan yang sedang mengendarai mobil. Noah masih terlihat sangat pulas di kursi belakang.
"Kita juga nggak berubah kok, cuman umur aja yang bertambah," sahut Evan.
"Tapi, entah kenapa aku benar-benar senang Noah mendapatkan teman baru," ucap Riska, karena cueknya Noah, sampai sekarang sangat sulit untuk dia dapat menemukan teman.
"Entar kalo udah dewasa, dia akan menjadi terkenal dan punya banyak kenalan kek ayahnya," ucap Evan menyombongkan dirinya. Evan juga sangat cuek pada orang yang baru dia temui dan kesulitan mencari teman ketika kecil. Tapi sekarang, dia mempunyai banyak teman, dan beberapa sahabat seperti Alan dan Raka.
Malam itu, tak ada yang menduga, apabila akan menjadi pertemuan terakhir mereka bersama Alan. Ketika berada di sebuah simpang empat. Sebuah truk tiba-tiba menghantam mobil yang dikendarai Evan dan Riska. Mereka pun akhirnya meninggal di tempat. Pelipis Noah terlihat berdarah, tapi entah bagaimana dia masih selamat. Dia terus menangis dan menangis melihat kedua orang tuanya yang tak sadarkan diri. Saat itu sudah terlalu malam, jadinya sangat sedikit kemungkinan orang akan melewati jalan yang sama. Sampai akhirnya sebuah ambulan datang untuk menjemput mereka.
---Flashbacknya nambah satu part lagi keknya heheheh, mungkin malam bakal diupload
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Agent (END)
Fiksi RemajaTentang Noah Pratama, seorang siswa SMA yang super cuek dan suka tidur di kelas, memiliki pekerjaan sebagai agent rahasia dan karena sebuah kontrak harus serumah dengan Via Wulan Cahya. Teman sekelasnya sendiri, orang yang super nggak enakan dan har...