BAB 24 : Yang Terbaik

372 87 22
                                    

Noah hanya bisa tersenyum melihat Via yang begitu semangat di depan laptopnya. Noah yang baru saja datang setelah menyelesaikan sebuah misi. Menghentikan langkahnya ketika melihat pintu kamar Via yang masih terbuka. Sekarang sudah pukul 2 malam. Melihat Via yang masih terlihat bersemangat, Noah melangkah sepelan yang dia bisa agar Via tidak terganggu.

Noah mencoba meraba kearah jam weker yang berbunyi keras itu. Rasa pusing benar-benar menghantam kepalanya pagi ini. Dia butuh tidur yang lebih lama lagi. Tapi ... ingatannya ketika berada di depan kamar Via membuatnya untuk meraih kesadaran sekuat mungkin.

Via sedang bekerja keras sekarang. Noah mengangkat selimutnya dan pergi ke kamar mandi. Sembari memikirkan masakan apa yang di sukai Via. Beberapa kali kepalanya menyusun ingatan bagaimana wajah Via saat makan bersamanya. Noah melihat wajahnya ke arah kaca wastafel setelah mencuci mukanya.

Noah langsung memegang kedua pipinya karena terlihat begitu merah.

"Apa gue demam?"

Pikirannya terbersit bagaimana senyum Via ketika manyantap ayam goreng tepung.

"Wajah gue makin merah."

Noah menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Gue nggak sakit kan?"

Setelah memukul wajahnya beberapa kali. Noah bergegas menuju kamar mandi.

*******

Via menyantap ayam goreng tepungnya dengan malas. Dia bahkan terlihat menguap beberapa kali.

"Tidur jam berapa tadi malam?" tanya Noah.

"Jam 4 subuh keknya." Via kembali menutup mulutnya karena menguap.

"Lo punya vitamin?"

"Enggak."

"Entar beli."

"Iya," jawab Via singkat.

Noah hanya dapat menghela nafasnya. Via terlihat seperti zombie sekarang. Kantung matanya begitu terlihat dan dia terlihat begitu lemas.

"Tunggu disini," Noah berdiri dari kursinya dan kemudian menuju kamar. Setelah mengambil satu botol vitamin, dia segera kembali ke meja makan.

"Ini," ucap Noah sembari memberikan sebotol vitamin.

"Makasih," ucap Via lemah.

"Abis makan, di minum vitaminnya,"

"Iya."

Noah hanya dapat menggigit bibirnya setelah mendengar renpond pendek dari Via pagi ini.

Melihat wajah Noah yang sangat kesal, Via hanya dapat tertawa kecil.

"Emang enak di cuekkin, lo pikir gimana rasanya jadi gue selama ini?" ucap Via yang kemudian menjulurkan lidahnya untuk mengejek Noah.

Noah hanya bisa mengeluarkan nafas panjang untuk menahan kekesalannya.

"Pokoknya lo harus minum vitamin abis makan, kalo lo sakit entar gue kena denda!" ucap Noah kesal dan kemudian mengangkut piringnya menuju wastafel.

Via hanya dapat tertawa kecicikan melihat respond Noah. Paling tidak wajah kesal Noah membuatnya terhibur di tengah mata yang sangat mengantuk.

**********

Hawa panas membangunkan Noah dari tidurnya, kursinya tepat berada di samping jendela. Pukul sebelas adalah saat dimana sinar matahari masuk melewati kaca jendelanya. Jam yang paling dia benci dari semua jam. Setelah mengucek mata beberapa kali, sesuatu mengalihkan perhatiannya. Via terlihat tertidur sangat pulas di meja sampingnya. Wajah Via terlihat sangat polos.

Via terlihat menggunakan lengannya, ketika matahari menyorot wajahnya secara langsung. Dengan reflek Noah meneggakan duduknya agar matahari tidak mengenai Via.

Noah hanya dapat tersenyum ketika wajah polos terlihat tenang kembali. Dia terlihat sangat kelelahan, sebuah jabatan CEO benar-benar telah menekan pikiran dan mentalnya.

Noah sekuat tenaga mempertahankan posturnya agar tidak ada sinar matahari yang mengenai wajah Via.

Dalam beberapa tahun, baru kali ini Noah terlihat terbangun sepanjang pelajaran.

*********

Hari demi hari berlalu, Agnes dan Devi selalu menemani Via untuk mempersiapkan bahan rapat perusahaan. Sepulang sekolah mereka bergegas menuju rumah Devi untuk minta bantuan adiknya mendesain packaging produk. Mulai dari liptint, bedak, eyeshadow, eyeliner, dan produk skincare, semuanya mereka desain ulang kembali. Perdebatan terkadang muncul, tapi senyum mereka keluar dengan bangga ketika desain yang mereka buat terlihat bagus.

Agnes berhasil mendapatkan 2 juta kuesioner untuk data persentasi. Malam demi malam, Via lalui dengan begadang untuk membuat persentasi, karenanya dia selalu ketiduran dalam kelas.

Beberapa kali Via melakukan Wattshap Massage kepada ibu Nova terkait keadaan keuangan perusahaan. Karena sebuah Re-branding tidak hanya memerlukan ide baru. Akan tetapi, juga memerlukan dana yang tidak sedikit. Dengan menggunakan headset, sembari di depan laptop, Via juga beberapa kali berdiskusi dengan Ninda bagian marketing. Apakah langkah Re-branding yang dilakukan Via sudah tepat, karena Ninda sudah sangat berpengalaman dalam pemasaran di dunia make up.

Agnes dan Devi fokus melihat ke arah Via yang sedang berlatih melakukan persentasi. Beberapa kali mereka akan memberikan saran, karena kalimat yang digunakan Via kurang tepat. Agnes juga beberapa kali harus berdiri untuk memberikan gesture badan yang cocok untuk seorang CEO.

Semuanya memang sangat melelahkan. Tapi, Via tidak sendiri sekarang. Ada orang berpengalaman yang dapat membantunya. Dan kedua teman setianya yang selalu berjalan bersamanya. Walaupun harus mengeluh beberapa kali, tapi senyum tak terlewatkan dari wajah Via sehari pun. Dia benar-benar menikmati pengalaman yang sangat berharga ini.

Hari – H

Via menarik nafasnya panjang. Dengan blazer coklat dia berdiri di depan layar proyektor sekarang. Semua mata para ketua divisi mengarah kepadanya. Semuanya sudah Via persiapkan dengan matang. Dengan bantuan semuanya, dia akan melakukan yang terbaik untuk PT. Nature Beauty.

"Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua ..."

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang