BAB 39

342 60 5
                                    

----Maaf lama update, cerita ini mungkin akan berakhir sekitar 10 BAB lagi, karena takut endingnya kurang memuaskan jadinya author memilih untuk mengambil waktu lebih lama dalam berpikir. Terimakasih untuk para penyemangat yang selalu hadir dan baca ...

Lagi, tangan itu terhenti lagi. Noah benar-benar tak mampu hanya untk mengetuk pintu kamar Via. Sudah sekitar 10 menit dia berdiri di depan sana, dengan perasaan kalut dan benar-benar khawatir. Noah benar-benar tau bahwa Via butuh waktu untuk sendiri, tapi hatinya benar-benar ingin tau bagaimana keadaan Via. 

Setelah air mata di depan kelas yang terasa menyesakkan itu, apakah Via dapat menghadapi masalah ini kedepannya. Dengan kepalan tangan dan mengigit bibirnya, akhirnya Noah memutuskan untuk membiarkan Via sendiri dulu untuk saat ini. Dengan langkah berat, dia menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Noah memendamkan tubuhnya di kasur, dengan punggung tangannya dia mencoba menutup matanya dan menjernihkan pikiran sejenak. Cerita pamannya benar-benar membuat kepalanya berputar beberapa kali, moment dimana dia menguburkan kedua orang tuanya tiba-tiba muncul begitu saja. Tangisan kerasnya ketika berumur tujuh tahun benar-benar membuat dadanya sesak. Apapun yang terjadi, Raka Setiawan harus mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Malam ini Noah ada janji untuk pergi ke rumah pamannya, mereka akan menyusun rencana tentang bagaimana membuat Raka membusuk di penjara selamanya. Walaupun keadaannya sedang tidak baik, tapi dia mencoba untuk memejamkan mata agar dapat tertidur. Tubuhnya harus benar-benar beristirahat sekarang.

Suara berisik dari luar membangunkan Noah dalam tidurnya. Hari sudah gelap, ketika dia mencoba membuka matanya. Mencoba berjalan mencari saklar lampu dan dengan kesal menuju jendela. "Siapa yang membuat keributan malam-malam kek gini." Noah benar-benar terkejut ketika memelihat beberapa wartawan berada di depan gerbang rumah Via. Perusahaan besar memang beda, setelah video pelemparan telur itu viral, sepertinya masalah ini benar-benar telah menjadi konsumsi publik. Beban Via memperbaiki perusahaan benar-benar sangat berat sekarang.

Suara keroncongan dari perut membuat Noah mengalihkan perhatiannya dari jendela. Hari sudah malam, Noah sangat yakin Via belum memakan apapun hari ini. Setelah membulatkan tekatnya diapun bergegas menuju kamar Via, dan berhenti tepat di depan pintunya sekarang. Noah mengetuk pintu beberapa kali, tapi Via tidak menyahut sama sekali.

"Via ... lo harus makan dulu," ucap Noah sembari mengetuk pintu.

"Kalo lo sakit, entar siapa yang benerin perusahaan? Makan dulu, nanti kita cari cara buat benerin perusahaan."

Wajah Noah terlihat sangat khawatir sekarang, dia bahkan mendekatkan telinganya ke daun pintu untuk mendengar suara dari dalam. Tapi tak ada suara apapun.

"Ini bukan permasalahan pertama kan, lo pasti bisa kek biasanya. Ayo makan dulu," Noah terus menerus mengetuk pintu, "Kalo lo nggak nyaut, gue bakal buka pintunya nih ...,"

Bahkan sebuah ancaman kecil itu tidak mendapatkan respond apapun, "Lo nggak papa kan? Via, lo nggak papa kan?" tanya Noah yang mulai terlihat panik.

"Gue  buka pintunya ya."

Noah menunggu beberapa saat sebelum mengambil gagang pintu dan kemudian membukanya. Mata Noah langsung tertuju ke arah kasur yang mana Via terbaring dengan wajah yang sangat pucat. Noah bergegas menghampiri Via, Via benar-benar terlihat lemas sekarang. Noah pun memegang dahi Via untuk mengecek suhunya. Tubuh Via benar-benar panas.

"Ya, gue bawa lo ke rumah sakit ya," setelah mengucapkan itu Noah baru sadar apabila banyak wartawan yang menunggu diluar, apabila dia memanggil ambulance atau hanya sekedar mengantar Via dengan mobil. Sebuah skandal benar-benar akan menghancurkan Via. 

Nafas Via benar-benar terlihat berat sekarang, Noah hanya dapat mengepalkan tangannya melihat wajah Via yang terlihat kesakitan. "Gue kompresin ya," Noah pergi menuju dapur, mencari sebuah kain baru, dan memanaskan air dengan teko elektrik. Setelah airnya hangat, diapun menaruhnya di ember dan bergegas menuju kamar Via.

Noah memeras kain yang berada di ember, setelah melipatnya beberapa kali Noah meletakkan kain itu pada dahi Via. Noah kemudian mencari thermometer untuk memastikan suhu tubuh Via dan beberapa obat-obatan, setelah menemukannya dia kembali menuju dapur untuk mengambil kursi agar bisa duduk di samping kasur Via. 

"Empat puluh derajat," Noah hanya dapat menghela nafasnya, "Noah merapikan rambut di dahi Via yang basah karena berkeringat. Noah berkali-kali mengganti kompres Via ketika kain yang dia gunakan sudah cukup dingin. Wajah kesakitan Via sudah mulai terlihat tenang, sudah hampir dua jam Noah mengkompres dahi Via. Dia mengecek suhu Via dan benar-benar bersyukur ketika suhu tubuh Via sudah mulai turun. 

Noah sebenarnya benar-benar merasa sangat bersalah karena tidak bisa membawa Via kerumah sakit, tapi syukurlah kompres yang dia lakukan dapat menurunkan suhu tubuh Via. Dia pun terus menerus mengganti kompress dengan harapan Via dapat sadar.

*********

08:00

Via membuka matanya yang terasa sangat berat, dia dapat melihat langit-langit dengan cukup jelas sekarang. Tubuhnya masih terasa sangat berat, ingatan terakhirnya hanya berisi bagaimana tubuhnya tiba-tiba terasa sangat panas, dan dia akhirnya tidak sadarkan diri di kasurnya. 

Via melihat ke arah kanan dan benar-benar terkejut ketika menemukan Noah tertidur sembari duduk dan wajahnya terbaring di kasurnya. 

"No-ah," ucap Via lemah.

Mendengar suara lemah Via. Noah benar-benar segera terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih terlihat lelah, dia mengucek matanya dan meregangkan tubuhnya. "Lo udah sadar?" ucapnya yang segera bangun dan berdiri untuk memegang dahi Via.

"Sepertinya udah normal," Noah pun menuju meja belajar Via dan mengambil themometer, dia pun segera menyerahkan thermometer itu pada Via. Via mengambil dan meletakkannya pada mulutnya. "38 derajat," ucap Via.

"Syukurlah, lo istirihat dulu disini, jangan banyak gerak, gue masak bubur dulu. Entar gue bawain." 

Noah segera menuju dapur, membuka kulkas mengambil beberapa bahan dan segera membuat bubur untuk Via. Walaupun harus menguap beberapa kali ketika memasak, tapi dia benar-benar senang Via akhirnya sudah sadar. 

*******

"Ini," Noah menyerahkan pil obat yang sudah dia buka ketika Via selesai menyantap bubur yang dia makan. Setelah Via memasukkan obat itu ke dalam mulutnya dia pun segera memberikan segelas air.

"Ini udah jam berapa?" tanya Via.

"Jam delapan lewat tiga puluh menit," sahut Noah.

"Lo nggak sekolah?"

"Gue di skors," ucap Noah sembari tersenyum cringe.

"Kok bisa?" tanya Via kaget karena tidak tau bahwa Noah memukul Bagas di sekolah.

"Kebanyakan tidur di kelas, jadinya guru ngehukum biar gue sadar, kemarin sih gitu katanya," sahut Noah yang masih mempertahankan senyum cringenya.

Via benar-benar terlihat bingung sekarang, sudah hampir dua tahun Noah tidur di kelas dan kenapa baru sekarang mendapatkan hukuman. Lagi pula, alasan dia tidak pernah ditegur guru karena nilainya yang selalu bagus. 

"Udahlah, lanjut tidur aja, lo perlu istirahat," ucap Noah yang membantu Via berbaring dan menarik selimut untuk Via.

*********

Bagas menarik nafasnya panjang, dia membenarkan dasinya beberapa kali dan menarik jasnya untuk membuatnya tampak lebih rapi. Ini hari pertamanya masuk kerja, dengan surat sakit yang dia gunakan, dia tidak perlu ke sekolah. Dia juga sering tidak ikut kelas karena pekerjaan modellingnya, sekolah hanya meminta Bagas untuk mendapatkan nilai bagus pada ujian karena kesibukannya.

Bagas mendapatkan tugas dibagian tim creative dan kehumasan, langkah pertama yang harus dia lakukan adalah menemui kepala divisi tersebut. Bagas cukup senang di tempatkan diposisi tersebut. Posisi yang banyak berurusan dengan orang dan bahkan perusahaan lain, dia dapat segera mencari info tentang Mandala Grup dan mencari cara untuk menjatuhkan paman Raka.

Bagas mengambil gagang pintu itu dan kemudian membukanya.


My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang