Bab 45

325 58 5
                                    

Paman Noah, Noah, dan Bagas dengan seksama mendengarkan rekaman yang berhasil mereka ambil melalui komputer milik paman Noah.

"Narkoba memang menyenangkan, kau akan di buat happy di dunia yang kejam. Mau coba narkoba dari Mandala Grup?"

Bagas benar-benar terlihat puas mendengarkan hasil rekaman itu, paman Raka benar-benar mengatakan sesuatu yang akan membuatnya masuk ke dalam penjara. Setelah mengepalkan tangannya dengan bangga, Bagas mengangkat tangannya dan meminta high five tanpa sengaja ke arah Noah. Bagas benar-benar membuat suasana tiba-tiba menjadi canggung. Mereka benar-benar tidak sedekat itu, tapi setelah kerja sama yang dibangun dalam satu malam, mereka berdualah yang mendapatkan bukti yang sangat sulit di cari itu.

Noah menatap tangan Bagas dengan canggung, setelah memukul wajahnya beberapa kali, dan benar-benar tidak menyukai Bagas. Apakah dia perlu membalas high five tersebut. Tapi, biar bagaimanapun dia harus menghargai usaha Bagas. Setelah keberanian Bagas dan tekadnya menahan rasa mabuk, Bagas pantas mendapatkan pengakuan dari Noah.

Noah pun mengangkat tangannya dan memberikan high five balasan kepada Bagas.

"Sepertinya sudah saatnya memberi tahu Via tentang keberhasilan kita," Bagas langsung mengambil hapenya dan mencoba untuk menghubungi Via.

"Apabila Via tau, berarti sudah saatnya kita memberikan bukti ini kepada polisi, sepertinya sekarang bukan saatnya," sahut paman Noah.

"Apa maksud paman? kita memang harus memberikan bukti ini lebih cepatkan, Via tidak boleh menderita lebih lama lagi!" sahut Bagas.

"Noah," ucap paman Noah melihat ke arah Noah.

Noah menggelengkan kepalanya dan mengangkat kelopak matanya untuk menolak keras.

"Noah ...." lirih Paman Noah.

"Apabila kita menyerahkan buktinya sekarang, Raka akan di tuntut untuk kasus narkoba saja, ada sesuatu yang ingin kami coba cari terlebih dahulu," terang Noah.

"Tentang?"

Setelah menghela nafasnya panjang. Noah mulai menceritakan dari awal bagaimana Noah bisa berada di rumah Via. Cerita Raka yang dulu berteman dengan ayah dan ibunya, dan karena suatu hal Raka membuat kedua orang tuanya meninggal. Raka yang membunuh ayah Via dan bagaimana semua bisnis haram yang dilakukan oleh Raka. Bagas seolah tak percaya mendengarkan semua cerita tersebut. Tapi wajah prihatin terhadap Noah benar-benar tak bisa hilang dari wajahnya. 

"Apa kalian sudah menemukan sesuatu?" tanya Bagas dengan wajah prihatin.

"Lo nggak perlu memasang wajah seperti itu. Kejadiannya sudah sangat lama, jadi sebenarnya akan sangat susah untuk menemukan bukti yang tertinggal," terang Noah.

"Sebenarnya aku ada sedikit rencana, kita akan membeberkan rekaman ini ke media dengan sensor di nama perusahaan. Setelah semua ini, Raka akan menjadi lebih temprament ketika mendengarnya, dia  terkenal sering lepas kendali ketika mabuk, dengan sedikit ancaman dan provokasi, ku harap dia terpancing dan mulai menguak sesuatu," sahut paman Noah.

Bagas teringat tentang begitu anehnya tingkah Raka ketika mabuk. Pada saat itu, tak berapa lama dia datang, ada seorang wanita menggunakan syal dan rambut kuncir terikat masuk. Dia terlihat kurang nyaman seperti Bagas. Karena merasakan hal yang sama, Bagas yakin itu adalah pertama kalinya dia ketempat ini. 

Dia terlihat gugup, entah bagaimana kehidupannya sampai dia mencoba untuk masuk ketempat seperti ini. Tak lama dia duduk, Raka melihatnya dengan penuh seksama. Wajah Raka terlihat aneh. 'Riska, lo masih hidup?' pertanyaan itulah yang tiba-tiba keluar dari mulutnya. Wajahnya  langsung berubah panik dan ketakutan. 'Riska, bagaimana bisa?' dia bahkan langsung menjambak rambutnya keras dengan kedua tangan.

Melihat hal itu, wanita bersyal dan rambut kuncir pun langsung pergi keluar ruangan. Dia benar-benar takut melihat tingkah Raka. Akan tetapi setelah mengkonsumsi narkoba, dia mulai kembali terlihat tenang. 

"Apa kalian tau tentang Riska?" tanya Bagas.

Noah yang menunduk sembari berpikir, langsung memalingkan wajahnya ke arah Bagas. Dengan wajah tak senang, dia menatap Bagas tajam. "Dia ibu gue, dari mana lo tau nama itu?"

Melihat wajah Noah yang seperti itu, Bagas pun langsung tertunduk, "Gue ngedenger namanya di club, paman Raka mengucapkannya beberapa kali," sahut Bagas.

"Bisa kau jelaskan lebih banyak?" tanya paman Noah.

Bagas pun mulai menceritakan apa yang terjadi di club. Mendengar nama itu adalah nama dari ibu Noah. Bagas sangat yakin, ibu Noah adalah salah satu penyebab tempramentnya Raka menjadi tidak karuan. 

"Apa kita perlu mencari wanita tersebut?" tanya Bagas, setelah ceritanya selesai. 

"Entah kenapa, walaupun ini sangat penting, gue nggak terlalu suka melibatkan orang lain, apalagi dia bukan orang yang kita kenal," sahut Noah sembari menunduk. Dia sebenarnya sangat ingin mencari orang itu dan meminta bantuannya. Tapi dia takut orang itu kenapa-kenapa. Apalagi dia sedang berhadapan dengan pembunuh sekarang.

"Tapi kita nggak punya opsi lain. Kalo kita ingin memprovokasi paman Raka, maka ngemanfaatin wanita yang mirip ibu lo itu jalan satu-satunya," sahut Bagas.

Bagas memang benar, mereka menemukan kelemahan Raka sekarang. Mengusik kelemahannya adalah jalan tercepat untuk menemukan bukti lain.

"Tidak, sepertinya kita masih memiliki opsi lain," sahut Paman Noah. "Bukan hanya Riska, masih ada dua orang lagi yang dapat memprokovasi Raka. Alan dan Evan."

"Apa paman tidak ingin melibatkan wanita dalam mencari bukti ini?" tanya Bagas. 

"Tidak, sama seperti Noah, aku juga tidak ingin melibatkan orang lain, ditambah dengan kondisi yang sudah mulai berbahaya ini. Kita memilikinya, seseorang yang sangat mirip dengan salah satu dari mereka. Seorang anak yang sangat mirip dengan ayahnya, Evan."

Bagas dan Paman Noah langsung melihat ke arah Noah. Noah pun hanya bisa memberikan telunjuknya ke wajah  dengan penuh tanda tanya.

"Apakah paman punya fotonya?" tanya Bagas.

"Tentu," Paman Noah langsung mencari foto Evan di komputernya. Foto kenang-kenangan dari kakaknya, foto saat wisuda dan berfoto dengan teman-temannya. 

"Kalo dilihat dengan seksama mereka memang mirip, hanya stylenya saja yang berbeda," ucap Bagas. "Noah harus pake pakaian yang lebih rapi dan rambutnya perlu di klimis."

Noah benar-benar tidak suka apabila poninya diangkat, rambut berponi adalah identitasnya dari dulu.

"Sepertinya ada yang salah dengan mata kalian," ucap Noah.

Bagas langsung berlari dan mengambil air dalam kulkas, setelah membasahi kedua tangannya dengan air, dia merapikan rambut Noah seperti ayahnya di masa lalu.

"Apa yang lo lakuin?" Noah terlihat cukup kesal ketika Bagas mulai merapikan rambutnya.

"Paman, minjam kaca matanya," Bagas mengambil kaca mata paman Noah dan memakainnya pada Noah. Kaca mata minus dengan frame persegi panjang. "Bagaimana? sangat mirip kan?" tanya Bagas dengan wajah takjubnya. Bagas bahkan mengambil foto Noah dan mencoba memperlihatkannya pada Noah.

"Kau benar-benar terlihat seperti Evan," mata paman Noah mulai terlihat berkaca-kaca ketika mengingat mendiang kakaknya. 

"Udah gue bilangkan, kadang sebuah gaya rambut benar-benar dapat mengubah wajah seseorang," sahut Bagas. 

Noah mulai terlihat menurunkan poninya yang diangkat oleh Bagas. "Sudah saatnya menyusun rencana kan?" tanya Noah kepada mereka berdua. 

"Baiklah, ayo kita susun rencana untuk membuat Raka mengungkapkan kebusukan yang telah dia lakukan selama ini!" sahut paman Noah.

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang