BAB 11 : Sarla

553 161 23
                                    


Via menunggu grab yang dia pesan dari depan rumah. Beberapa kali dia melihat ke arah layar handphone untuk memastikan letak mobil yang dia pesan. Setelah beberapa kali melihat ke arah jalan komplek. Seorang lelaki dengan motor sport warna merah berhenti tepat di depan Via. Dia membuka kaca helm sportnya ke atas.

"Ikut gue aja, gue dah bawain helm,"pinta Bagas yang memegang helm di tangan kirinya.

"Gue dah mesen grab Gas," jawab Via. Sebuah mobil parkir di depan rumah Via. Setelah memastikan plat mobinya, Via mengampiri mobil tersebut.

Melihat hal itu. Bagas turun dari motornya dan mendahului Via untuk bertanya pada sopir. "Berapa pa, biayanya?"

Bapa tersebut melihat kearah handphonenya, "Lima puluh delapan ribu mas," sahut Bapa tersebut.

"Gas, lo apa-apaan sih," Via mencoba membuka pintu belakang mobil dan mencoba masuk kedalam. Tapi langkahnya dihentikan oleh Bagas yang menahan pintu dengan tangan kanannnya.

Bagas mengambil uangnya dari saku, sebuah pecahan 100 ribu kemudian dia berikan kepada sopir tersebut. "Bapak jalanin aja orderannya, biar dia aku yang nganter. Kembaliannya ambil aja, oke pa?" ucap Bagas sembari memperlihatkan jempolnya.

"Gas ... Gue tu paling malas berangkat sekolah sama lo, biarin gue masuk," ucap Via sembari mencoba nyingkirin tangan Bagas.

"Nggak papa nih mas?" tanya sopir tersebut

"Iya pa, makasih ya pa. Udah ngertiin aku," ucapnya sembari tersenyum.

"Neng jangan gitu atuh ma pacarnya. Yang akur ya mas, moga langgeng."

"Siap pa, laksanakan," ucap bagas sembari memberi tangan hormat karena niatnya benar-benar dimengerti oleh bapak tersebut.

Sopir tersebut menancap gasnya dan meninggalkan mereka berdua. Via hanya dapat melihat Bagas kesal setelah mobil itu pergi meninggalkannya.

"Apa sih, kenapa lo malah jadi orang yang nyebelin kek gini!" ucap Via kesal dan bingung, yang tak pernah melihat teman masa kecilnya melakukan hal-hal aneh seperti ini.

"Gue akan ngejaga lo seperti kemauan almarhum paman. Karena itu, mulai sekarang aku yang nganter ke sekolah."

"Yang disuruh jaga itu Noah, bukan lo." "Ni orang kenapa juga, tiba-tiba jadi aneh," batin Via.

"Udahlah ikut aja," ucapnya sembari menyerahkan helm.

"Gas, sumpah. Gue itu paling males berangkat sama lo," tolak Via kembali.

"Kenapa?" tanya Bagas bingung.

"Masih perlu nanya? Fans bar-bar lo itu udah kelewatan. Apalagi ini udah satu bulan kan? Bisa-bisa mereka marah semua ke gue. Pertama kali ke sekolah dan tiba-tiba bareng cewek. Ah ... gue bisa gila ngebayanginnya."

"Lo pikir aja gimana bar-barnya fans k-pop, mereka sebelas dua belas sama fans Bagas," batin Via.

"Udahlah, nggak ada yang bakal ganggu pewaris Mandala Group," yakinkan Bagas.

"Lo harus tanggung jawab ya, kalo gue kenapa-napa," ucap Via yang mengambil helm dari tangan Bagas.

Bagas mengepalkan tangannya senang setelah ajakannya mengantar Via ke sekolah terkabul. Setelah Noah berada dirumah Via, dia terus berpikir bagaimana hubungan mereka dapat berjalan ke arah yang dia inginkan. Sebuah inisiatif yang memang harus dia lakukan, menurutnya.

Bagas menaiki motor sport merahnya, setelah mengancing helmnya. Via berusaha naik ke motor sport itu. Semampunya dia menjaga jarak agar tidak menyentuh Bagas.

My Little Agent (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang