Bab 11 : Awal dari Mimpi Buruk

275 15 1
                                    

Kirana sudah mencari hampir ke semua sisi di sekolah itu tapi nihil yang didapatkannya. Mungkin Rayhan bersembunyi dibalik kerumunan tapi setahu Kirana, Rayhan bukan tipe orang yang suka berada di keramaian seperti ini.

Kirana melihat Rio yang berjalan bersama seorang laki-laki, kemudian ia mendekatinya. "Kak." Panggil Kirana, Rio menoleh juga dengan anak laki-laki disampingnya. "Kak Rayhan mana?"

"Ada, di deket parkiran." Jawab Rio. Laki-laki disampingnya membisikkan sesuatu, "Ran, ada yang mau kenalan nih."

Kirana hanya menaikkan salah satu ujung bibirnya, ia tidak menyukai tingkah laki-laki itu. "Gue nemuin Kak Rayhan dulu." Kirana berjalan dengan cepat meninggalkan mereka.

Samar-samar terdengar Rio yang meneriaki namanya tapi tak gadis itu hiraukan.

Kirana melihat seorang laki-laki dari belakang dengan postur tubuh dan pakaian yang sama dengan Rayhan tapi ada yang janggal, asap beradu di sekitarnya.

Kirana memastikan agar ia tak malu karena salah orang, ia memanggil nama Rayhan tanpa embel-embel Kak. "Rayhan!" Laki-laki itu menoleh, Kirana benar. Itu Rayhan dengan sepuntung rokok menyala yang tersisa setengah. "Lo merokok?" Tanya Kirana dengan nadanya yang sudah kecewa.

"Gak." Jawab Rayhan.

Kirana menoleh kiri dan kanan, "Lo mau bilang rokok ditangan lo punya temen lo?" Kirana menunjuk ke arah rokok yang dipegang Rayhan.

Rayhan segera membuang puntung rokok itu, "Emang iya." Balas Rayhan, "Lo cuma salah paham, temen gue nitip terus dia pergi ben-"

"Temen lo disini cuma Rio kan? Terus maksud lo Kak Rio merokok gitu?" Tanya Kirana dengan nada yag cukup tinggi.

"Lo gak percaya sama gue?" Tanya Rayhan balik.

"Harusnya dari dulu gue gak usah percaya sama lo." Seru Kirana yang berbalik. "Jauhin gue."

Rayhan menahan Kirana, ia menarik tangan Kirana. "Kenapa lo gak pernah percaya sama gue!?" Teriak Rayhan.

"Lepasin!!" Kirana memberontak, Ia merasakan sakit yang cukup hebat. "Aww... Sakit, lepasin." Pintanya dengan suara yang parau karena menahan tangis. "Kak.. Gue mo-"

Seseorang menarik lengan Kirana dari sisi lainnya. "Lepasin gak?" Seru laki-laki yang datang menolong Kirana.

Rayhan menoleh, "Lo siapa?"

"Gue panitia disini yang bertanggung jawab sama keamanan disini. Kalo lo tetep berlaku kasar gini, gue bisa panggil satpam buat ngusir lo." Ancam anak laki-laki itu.

Rayhan melepaskan genggamannya, ia menatap Kirana yang mengelus tangannya yang terlihat memerah.

"Gue bakal berhenti, tapi bisa gak lo pergi dari sini dan jangan sentuh-sentuh dia." Balas Rayhan.

Laki-laki itu menurut dan mundur, "Gue bakal beneran pagi, tapi lo harus pergi."

Rayhan melangkah ke arah motornya kemudian ia menghidupkannya dan pergi dari lingkungan sekolah itu dengan kecepatan yang tinggi.

Laki-laki itu kembali mendekati Kirana, "Lo gak papa?" Tanya laki-lak itu.

Kirana mengangguk, "Thanks, Kak." Ucap Kirana, di pmr memang diajarkan untuk memanggil dengan panggilan Kakak kepada siapapun itu kepada anak sekolah lain terlepas dengan statusnya junior ataukah senior.

Laki-laki itu tersenyum, "Pacar lo yang tadi?" Tanyanya lagi.

"Bukan, Kak." Jawab Kirana.

"Lo kelas berapa?" Tanyanya lagi.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now