Bab 9 : Ide

271 17 0
                                    

     Di sekolah, Kirana sudah ditagih oleh seniornya di ekskul jurnalistik tentang materi blog yang akan Kirana posting di web sekolah.

     "Lo gimana sih! Harusnya bisa fokus dong, lo harus bisa bagi waktu antara jurnal sama pmr." Seru Ghea, salah satu senior Kirana yang terkenal dengan senior tanpa ampun alias kejam.

     "Maaf, Kak. Tapi, gue janji kok, blog gue bakal menarik perhatian banyak siswa." Jawab Kirana sambil menunduk ke bawah. Gadis itu takut jika ia menatap mata seniornya itu, ia akan dianggap sok berani dan menjadi bulan-bulanan mereka.

     "Gue gak butuh janji lo. Lo harus bisa profesio-"

     "Sorry, Ghe, Lan. Gue permisi ada urusan sama Kirana." Ujar Rayhan yang telah menarik lengan Kirana dan melangkah menjauh meninggalkan dua senior Kirana yang masih geram untuk menceramahi gadis itu.

     "Ihh, gatau situasi banget sih lo!" Rutuk Ghea yang tidak terima diperlakukan seperti itu.

     Rayhan membawa Kirana menjauh dari dua senior Kirana tadi. Kirana menghela nafas lega, "Thank you banget deh, Kak." Ucap Kirana.

     "Kasian amat hidup lo." Gumam Rayhan.

     "Terserah, yang penting gue seneng." Balas Kirana. "Kalian mah enak bisa marah gitu seenaknya sembarang tempat karena ngerasa udah jadi supersenior tapi nih ya, kalo gue udah kayak kalian gak bakal deh marahin ditempat umum."

     "Apanya yang enak? Sebentar lagi lulus, sosialisasi lagi sama orang baru." Timpal Rayhan.

     "Yah, nanti gak ada yang bantuin gue lagi." Ucap Kirana dengan nada kecewa.

     "Lo sedih gak ada gue?" Tanya Rayhan.

     "Bukan karena gak ada lo, tapi gak ada otak lo, Kak. Gue butuh otak lo." Jawab Kirana.

     Rayhan memutar matanya, "Nyesel gue nanya."

     Kirana tersenyum, "Kecuali kalo lo baik sama gue, mungkin bakal gue pertimbangin. Ya kan temen?" Goda Kirana, ia menaik-naikkan alis matanya itu.

     Rayhan berdecak. "Pulang sekolah entar gue bantuin." Rayhan melangkah meninggalkan Kirana.

     "Tinggalin aja terus iya." Teriak Kirana, ia memilih kembali masuk ke dalam kelas.

- - -

     Bel tanda pulang berbunyi, Kirana berdiri di balkon. Ia melihat anak pmr yang sedang sibuk mempersiapkan peralatan untuk latihan. Beberapa hari lagi, memang akan ada perlombaan tapi khusus perdana untuk anak kelas sepuluh.

     "Semangat, dek!!" Teriak Kirana dari lantai dua.

     "Kak Ran, sini." Seru anak pmr kelas satu.

     "Woy, Ran. Disuruh turun tuh pada kangen sama lo." Ujar Irfan.

     "Iya, Ran. Turun." Teriak anak pmr lainnya yang satu angkatan dengannya.

     "Iya deh iya." Ucap Kirana menuruti permintaan teman-temannya.

     Kirana mengajari para juniornya itu dengan sabar, tentunya diselingi canda tawa agar tidak merasa bosan.

     Gadis itu melirik ke arah kelas-kelas, memeriksa Rayhan telah selesai dengan tugas rutinnya itu atau belum tapi tak ada tanda-tanda kehadiran Rayhan.

     "Dek, materi Kakak sampe sini dulu ya. Semangat lombanya!" Ucap Kirana menyemangati mereka.

     "Makasih, Kak. Doain menang yaa?" Balas mereka.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now