Bab 17 : Stockholm Syndrome or Falling in Love?

249 17 0
                                    

Halo, para pembaca The Endless Moment!(◍•ᴗ•◍)

Saya selaku penulis berterima kasih karena kalian mau membaca cerita saya <3 Sebagai ucapan rasa terima kasih, saya akan usahakan sering upload cerita ini selama bulan juli karena liburan hehe.

Oh iya, sebagai informasi tambahan. Beberapa part, terutama di awal akan saya revisi karena banyak ejaan yang salah dan penggunaan kalimat akan saya perbaiki agar lebih menarik. Tapi, tenang. Saya gak akan mengubah alur cerita.^^

Don't forget to vote and give comment yaa! Love you'all<333

______________________________

Motor yang dikendarai Rayhan belok ke jalan dimana seharusnya ia berhenti. "Han, ihh." Kirana memukul pundak lelaki itu.

Rayhan berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas dan seorang wanita berdiri yang sedang menyiram tanaman.

"Lo tahu darimana rumah gue?" Tanya Kirana.

"Tahulah." Jawab Rayhan santai.

Wanita tersebut melihat mereka berdua yang masih di atas motor. Kirana menutupi wajahnya, tapi tentunya insting seorang ibu tidak akan salah ditambah tas Kirana yang sangat mudah untuk dikenali.

"Kirana!" Panggil wanita itu, yang kini membuka pagar. "Ngapain masih disitu?"

"Sore, Tante." Sapa Rayhan dengan senyuman.

"Sore." Balas Ibu Kirana, ramah.

Kirana terpaksa turun dari motor dengan malu. Ia takut Ibunya akan memberitahu Ayahnya.

"Iih, anak gadis satu ini." Ujar Ibu Kirana yang heran dengan perilaku putrinya itu. "Malu-maluin."

"Saya gak papa kan Tante nganter Kirana pulang?" Tanya Rayhan. Kirana tahu bahwa Rayhan sedang cari muka dan cari perhatian dengan orang tuanya.

"Iya, gak papa." Ibu Kirana mengangguk. "Tante boleh tahu namanya siapa?"

"Rayhan, Tante." Jawab Rayhan.

"Udah, Ih, Bu." Ucap Kirana.

Ibu Kirana tak menghiraukan ucapan putrinya yang melarangnya itu. "Boleh Tante minta nomor hp nya? Kan siapa tahu kalau Kirana belum pulang, bisa ngehubungin nak Royhan."

"Rayhan, Bu." Koreksi Kirana.

"Boleh, Tante. Mau saya sebut atau bisa minta di Kirana?" Ujar Rayhan masih mempertahankan image ramahnya.

"Oh, Kirana ada. Ya udah, nanti Tante minta di dia aja." Balas Ibu Kirana. "Makasih ya, udah anterin Kirana."

"Sama-sama, Tante." Jawab Rayhan. "Pulang dulu, Tan. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Jawab Kirana dan Ibunya.

Motor Rayhan melaju menghilang dari penglihatan Kirana dan Ibunya.

"Ran, kok gak bilang punya pacar?" Tanya Ibu Kirana menginterogasi.

"Bukan, pacar, Bu." Jawab Kirana.

"Iih, bilang aja. Ibu gak marah kok. Selama Ayah kamu gak tahu, gak papa." Wanita paruh baya itu terkikik. "Ibu kan juga pernah muda."

"Apa sih, Bu. Emang belum pacaran. Deket aja."

"Oh, belum. Tunggulah sebentar lagi." Goda Ibu Kirana.

"Iiihhh, Ibu mah." Gerutu Kirana kesal, "Nih ambil, Bu." Kirana memberikan sebungkus es krim kepada Ibunya. Lalu, masuk ke dalam rumah.

- - -

Semester dua dimulai, dengan sesosok Rayhan yang terkadang masih bersikap kasar dan terkadang melembut. Lelaki itu seolah menjadi misteri bagi Kirana. Tidak bisa ditebak, tapi ia masih harus berhati-hati.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now