Bab 25 : Torture

186 12 0
                                    

Akhir pekan kali ini, digunakan dua insan itu untuk jalan bersama setelah sekian lama. Rayhan menawarkan Kirana untuk pergi ke toko buku. Tentu, Kirana setuju. Dia bisa menyarankan Rayhan untuk membeli buku idamannya, lalu dia akan meminjamnya nanti. Beruntung sekali memang dekat dengan orang seperti Rayhan.

Keduanya melihat-lihat buku dan membeli beberapa, Kirana satu dan Rayhan tiga. Dua dari buku yang dibeli lelaki itu adalah buku atas pilihan Kirana. Gadis itu pandai sekali membujuk Rayhan.

"Kak Ray, ganteng banget ya Allah hari ini. Sumpah, gak bohong deh."

"Ih, baik banget. Makin klepek-klepek kayak ikan kehabisan napas deh aku."

"Thank you, Kak Rayhan ganteng."

Sementara Rayhan yang mendengar segala bualan Kirana, hanya bisa memutar mata malas. Dia sudah hapal dengan tingkah gadis itu.

Setelah mendapatkan beberapa buku, mereka memilih untuk makan siang disebuah kafe yang cukup unik yang menempuh waktu sepuluh menit dari toko buku tadi. Keduanya makan dengan damai, diselingi dengan obrolan mengenai buku yang mereka beli tadi.

Di tengah kegiatan makan sepasang kekasih itu, beberapa orang laki-laki masuk ke kafe. Tidak hanya berisik, mereka juga menyebalkan. Terbukti saat salah satu dari mereka mendekati meja Kirana dan Rayhan.

"Hai, Ran!" Sapa salah satu dari kumpulan anak laki-laki tadi yang tak lain ialah Adit.

Kirana mendongak dan terbatuk-batuk. Rayhan segera menyodorkan segelas air kepada Kirana. "Eh, sorry, Ran."

"Lo ngapain disini, Kak?" Tanya Kirana dengan nada sedikit ketus, tidak suka.

Laki-laki itu menyunggingkan bibir. "Ini kan tempat umum dan-" Adit melirik ke arah Rayhan, "bukannya ini yang waktu itu."

Sial! Cowok gak tahu diri ini ngajak perang dunia! Maki Kirana di dalam hati. Sebagai respon untuk menutupi rasa kesalnya, gadis itu tertawa kecil yang cukup terdengar canggung. "Tuh gabung sama temen lo, Kak." Usir Kirana.

"Gue diusir nih?" Tanya Adit yang dibalas Kirana dengan mengedikkan bahu. "Foto kita berdua kemarin mana? Kok belum lo kirim?"

Anjirr!! Demi hidung Voldemort yang gak mancung dan gak juga pesek! Batin Kirana memaki di dalam sana.

Rayhan spontan melirik ke arah Kirana. Yang dilirik memilih membuka ponsel, mencari foto mereka kemarin tapi sialnya, ponselnya direbut oleh Adit.

"Hape gue!" Pekik Kirana.

Dengan santainya, Adit menggulir layar dan menemukan fotonya bersama Kirana di sekolah gadis itu beberapa waktu yang lalu. Kemudian, dikirimkannya foto itu kepada dirinya sendiri. Lelaki itu berusaha menggoda Kirana dengan mengangkat ke udara ponsel milik gadis itu, tetapi ponsel di tangannya segera diambil oleh Rayhan.

"Lo kenapa nih? Masih main kasar?" Tanya Adit dengan nada menantang yang tentu mengundang perhatian orang-orang di dalam kafe, termasuk teman-temannya.

Rahang Rayhan mengeras, ia berusaha menahan emosinya. Jika saja ini bukan tempat umum, sudah pasti Adit saat ini sudah tinggal nama atau ringannya, mengalami patah tulang.

Bukannya mencegah, salah seorang teman Adit malah mendekati meja Kirana dan Rayhan. "Ray!" Panggilnya.

Rayhan menoleh dan menemukan Martino, orang yang sangat ia benci. Tangannya mengepal dan Kirana bisa melihat itu, urat-urat yang menonjol di punggung tangan itu. Seketika, ia kembali teringat dengan cerita Rio.

Tanpa menunggu lama, Kirana berdiri dan menarik Rayhan. "Sorry, kita duluan, Kak."

Rayhan melepaskan genggaman Kirana dengan sedikit menghempaskannya. Lalu, ia melangkah ke arah kasir, dia masih mengingat itu. Hampir saja, mereka meninggalkan kafe tanpa membayar.

Tak menghiraukan apapun termasuk Kirana yang kini ketakutan, Rayhan mengendarai motornya dengan cepat. Hampir saja, ia menabrak pengendara lain. Di dalam hati, Kirana hanya dapat berdoa agar selalu dilindungi.

Dengan tak sabaran, Rayhan mengetuk-ngetuk yang lebih ke menggedor pintu rumahnya, tapi tak ada jawaban. Sepertinya Bi Diah sedang pergi dengan Sehan.

Ia mengangkat pot bunga kecil di atas meja dan menemukan sebuah kunci. Dibukanya pintu rumah, kemudian menutupnya dengan perlahan agar tak menarik perhatian orang yang lewat.

Lalu, ditariknya Kirana secara paksa ke atas. Rayhan hendak membawa gadis itu ke dalam kamarnya, tetapi Kirana menolak. Perasaannya tidak enak, ia sudah paham dengan sifat laki-laki itu kalau sedang kumat.

Namun, Rayhan mengangkat tubuh gadis itu dan melemparkannya ke atas ranjang. Setelahnya, Rayhan tergesa-gesa mengunci pintu.

Melihat itu, Kirana bangkit dan duduk, diambilnya bantal yang ada di atas ranjang itu. Sementara Rayhan melepaskan jaket tebal dari tubuhnya kemudian mendekati Kirana dan menyudutkannya ke ujung ranjang yang di belakangnya dinding.

Ia mencengkram wajah Kirana kuat-kuat hingga gadis itu meringis kesakitan. Salah satu tangannya merogoh saku celana, mengambil ponsel milik Kirana yang tadi ia letakkan di sana. Kemudian, ia menggulir layar gadis itu dan membuka galeri yang berisi salah satu foto Kirana dengan Adit.

Rayhan mengangkat salah satu ujung bibir, membentuk senyuman sinis. "Kamu itu bandel, kalau diomongin gak ya gak. Bilangnya gak merespon tapi ini apa?!" Seru Rayhan. Urat lehernya menonjol menandakan ia sedang emosi berat. "Apa perlu aku buat tanda kalo kamu itu milik aku. Milik aku!!!"

Kirana meringis, air matanya perlahan mengalir. Rayhan menyeka air mata Kirana, kemudian mendekatkan bibir ke telinga gadis itu.

"No.. no.. gak usah takut. It's not hurt, Dear.." Bisik Rayhan.

Rayhan mulai menciumi leher Kirana dengan buas. Kirana menangis semakin menjadi saat wajah Rayhan mulai bergerak ke arah wajahnya dan tangan milik lelaki itu masuk ke dalam bajunya, bergerak perlahan membuat sensasi yang menjijikkan.

"Ray.. Ray.. Aku mohon." Lirih Kirana masih terisak. Rayhan menarik tangannya dari tubuh gadis itu dan menutup mulut itu dengan jari telunjuknya.

"After this, gak ada yang bakal ganggu kamu." Bisik Rayhan.

Disaat seperti ini, Kirana mendorong Rayhan dan mencoba kabur tapi ditahan laki-laki itu. Kirana kembali memukuli Rayhan hingga lelaki itu terjerembap. Digunakannya kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu. Ia berhasil memegang daun pintu dan menaik-turunkannya agar pintu terbuka.

Sial! Terkunci!

"Mencoba kabur, Sayang?" Bisik Rayhan tepat di daun telinga Kirana yang menyebabkan tubuh gadis itu gemetar hebat.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now