Bab 14 : Permulaan dari derita (2)

255 16 0
                                    

Kirana lelah.

Tanpa sadar ia terlelap di pelukan Rayhan. Ketika ia membuka matanya, Kirana heran dengan suasana kamar dimana ia tertidur dan merasakan perih di lengan juga merasakan seseorang menggenggam tangannya.

Rayhan terbangun dari tidurnya ketika merasakan tangan yang digenggamnya bergerak.

"Ran." Panggil Rayhan.

Kirana sempat terkejut tapi ia mengingat yang dialaminya kemarin. Ia bersyukur, setidaknya Rayhan tidak menyentuh tubuhnya dan melakukan hal yang tidak-tidak.

Rayhan melirik ke arah jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul dua malam. "Masih malam, Ran. Tidur lagi."

Kirana hanya mengangguk dan laki-laki itu kembali terpejam. Ia tidur dengan posisi duduk di pinggir kasur. Bukannya itu melelahkan, pikir Kirana.

Kirana memaksa matanya untuk tidur kembali tapi matanya sulit sekali menutup. Diperhatikannya isi kamar Rayhan yang tertata dengan rapi dan sesekali menatap wajah laki-laki itu yang terlelap bagaikan malaikat tapi berbalut dengan kepribadian iblis.

Sudah lima belas menit lebih ia terjaga. Namun, matanya tetap tidak mau menutup.

Kirana merasakan tangannya yang digenggam Rayhan, semakin erat. Ia menatap wajah Rayhan yang menitikkan air mata. Sepertinya laki-laki itu bermimpi buruk.

"Jangan, Ma.

Aku masih waras, aku gak gila.

Pa, tolong. Aku gak suka disini.

Papaaaa..." Teriaknya.

Rayhan sepertinya bermimpi buruk sehingga Kirana tak kuasa untuk tidak mengelus puncak kepala laki-laki itu. Ia berhenti ketika Rayhan sudah tidak lagi bersuara.

"Kirana." Panggil Rayhan. Kirana menoleh tapi mata laki-laki itu masih menutup, sepertinya ia kembali bermimpi. Tapi, kenapa harus namanya, pikir gadis itu.

"Jangan... Jangan pergi, Ran.

Bantu aku, bawa aku dari sini, Ran.

Kiranaaaa... Kamu gak boleh pergi sama dia. Tolong, Kiranaaaaaaaaaaaa!!" Teriaknya lebih kencang dari sebelumnya. Rayhan sontak terbangun yang membuat Kirana mengernyitkan dahi karena lelaki itu meneriaki namanya.

Rayhan melingkarkan tangannya ke tubuh Kirana posesif. "Han?" Panggil Kirana.

Rayhan menoleh. "Jangan tinggalin aku." Pinta laki-laki itu dengan nada memohon.

Kirana merasa iba dengan keadaan Rayhan, ada banyak masa lalu yang kelam di hidup laki-laki ini. Dia ingin menjauh tapi disisi lain, ia juga ingin membantu Rayhan.

Pelukan laki-laki itu melonggar, Kirana mengelus kepala laki-laki itu. "I'm here, Han." Ucap Kirana yang membuat Rayhan tersenyum lega.

Rayhan meregangkan tubuhnya yang merasa pegal karena posisi tidurnya yang salah, tapi tak mungkin Kirana mau satu ranjang dengannya.

Kirana memperhatikan laki-laki itu, ia tahu rasanya duduk seperti itu. Ranjang itu berukuran king size sebenarnya cukup untuk dua orang bahkan lebih. Gadis itu menggeser posisi tidurnya ke sisi ranjang lainnya.

"Han, lo tidur disini." Ujar Kirana, bukan tawaran lebih tepatnya perintah.

Rayhan semakin jatuh terhadap gadis itu. Ia menyukai pesona Kirana yang tulus apalagi pesona itu baru ditunjukkan hanya kepada dirinya.

"Gak papa?" Tanya Rayhan yang dibalas dengan anggukan kepala.

Sebelum itu, Kirana meletakkan dua guling sebagai penghalang antara mereka. Satu guling masih mudah bersentuhan bukan? jadi dua guling lebih baik.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now