Bab 22 : Iblis Posesif (2)

218 15 0
                                    

Sisa hari ini harus menjadi lebih baik. Sudah cukup tadi Kirana dipusingkan dengan soal-soal. Remaja itu memilih untuk menonton anak PMR latihan dan membantu mengoreksi apabila ada kesalahan. Serta, beberapa anak jurnalistik yang menghampirinya untuk menanyakan sebuah challenge menarik untuk diadakan atau kegiatan yang akan diunggah di web sekolah.

Challenge. Mendengar kata itu membuatnya mengingat Rayhan. Perjuangannya bersama laki-laki itu dalam memproduksi ide yang membuat dirinya cukup dikenal banyak orang di sekolah.

Mungkin, sikapnya terlalu berlebihan pagi tadi terhadap Rayhan. Kirana seringkali lupa dengan kepribadian lelaki itu. Kini, ia merasa bersalah.

Seorang laki-laki menepuk pundak Kirana yang tak lain ialah, Irfan. "Duh, Bu ketum jurnalistik melamun aja nih." Goda Irfan, yang mengundang decakan keluar dari mulut Kirana.

Gadis itu seringkali merasa kesal saat teman-temannya mengolok-olok jabatan yang didapatkannya ini. Memang benar ia seorang ketua ekskul jurnalistik tapi tidak harus ditekankan bukan?

"Minggat lo dari sini. Jijik gue." Hardik Kirana bercanda tapi ia memang menginginkan Irfan pergi dari hadapannya.

Irfan berdecih kemudian mengangkat salah satu ujung bibirnya. "Baru aja tiga minggu yang lalu diumumin sama Ayang Beb." Goda Irfan lagi. "Udah percaya aja, dia setia kok."

"Iya, gue yang gak setia. Puas lo?" Timpal Kirana.

Irfan yang tadinya berdiri kini duduk disamping Kirana. "Kenapa lo? Mau cari selingkuhan? Sini gue aja."

Kirana mengetuk kepala Irfan yang membuat laki-laki itu meringis. "Lo tuh ya gak berubah dari dulu."

Irfan mengacungkan dua jari di depan wajah Kirana. "Gue gi-" kalimatnya terpotong ketika melihat Rayhan yang melangkah dengan cepat ke arahnya.

Kirana melihat Irfan. "Eh, kok berhenti, Pan?" Tanya Kirana heran. Ia memperhatikan sorot mata Irfan yang memandang ke depan dimana Rayhan sudah berdiri tepat di depan mereka.

Lalu, tanpa sempat membiarkan Kirana bersuara, Rayhan menarik kerah baju Irfan dan melayangkan sebuah tinju di rahang laki-laki itu. Kirana yang panik segera menarik lengan Rayhan tapi lengan itu malah terayun ke atas yang menyebabkan wajah gadis itu terpukul di sekitar area hidung dan matanya.

Kirana terdiam. Rasa sakit itu langsung menyebar hingga ke puncak kepalanya. Rayhan yang masih terbawa emosi, mencengkram lengan kiri Irfan tapi pandangannya tertuju pada Kirana.

Tidak terima dipukul begitu saja, Irfan menggunakan kesempatan saat Rayhan lengah. Ia membalas pukulan seniornya itu dengan tangan kanannya yang membuat Rayhan kembali emosi.

Tatapan Rayhan kembali teralih pada Irfan. Ia menatap lelaki itu tajam seolah dalam hitungan detik ia bisa menghabisi Irfan jika tidak dihentikan.

Setelah merasa mendapatkan kekuatan yang cukup, Kirana mengabaikan rasa sakitnya dan mendorong Rayhan hingga lelaki itu terjatuh.

Dilambaikannya tangan ke arah juniornya. "Dek, terutama yang cowok bawa Kak Irfan ke uks ya? Tolong obatin." Pinta Kirana. Lalu, sekitar dua orang siswa membopong Irfan dan yang diikuti dua siswi anak PMR di belakangnya.

Kepala Kirana terasa berputar. Punggung tangan Rayhan yang mengeras tadi begitu kuat menghantam wajahnya.

Rayhan bangkit dan mendekati Kirana, berusaha menyentuh pipi gadis itu tapi Kirana melangkah mundur. Ia tidak sudi disentuh lelaki itu.

Kirana mendongak ke arah Rayhan, menatap laki-laki itu berang. "Puas kamu!?" Seru Kirana.

Rayhan kembali melangkah mendekati gadis itu tapi Kirana selalu mundur dan mundur. "Ran, please. Maaf."

The Endless MomentWhere stories live. Discover now