Part 30 : Dia menghilang

177 10 0
                                    

Sudah dua jam lebih Kirana mengurung diri di dalam kamar dan sudah sekitar satu jam ia tertidur setelah menangis. Saat ia terbangun, ia mendengar suara bising diluar.

Gadis itu menerka-nerka, tidak mungkin Rayhan masih di luar sana kan? Tidak ingin pusing karena menerka, ia bangkit lalu keluar dari kamar dan menemukan kedua orang tuanya bersama Mbaknya, Diana dan Trisna, suaminya mengobrol di ruang keluarga.

Diana berdiri kala matanya menangkap sosok adiknya, "ehh, Mbak pulang bukannya di sambut malah bengong."

Kirana tersenyum tipis, lalu mencium punggung tangan Diana dan Trisna, "Mbak, kapan sampe?" Tanyanya.

"Setengah jam yang lalu, pas kamu masih tidur." Diana mengelus puncak kepala adiknya itu, "kamu kenapa? Loyo banget mana mata kamu sembab."

"Aanuuu-"

"Adik kamu sakit, habis jatuh dari motor pas mau belajar di rumah temennya." Timpal sang Ibu.

"Isshh, sok-sokan mau belajar motor malah jatuh kan." Ujar Diana sembari menarik Kirana untuk ikut duduk bersama, "Mbak tu kangen banget sama kamu, nggak ada yang bisa diomelin." Katanya bercanda.

Kirana berdecih, "tuh kan. Hati-hati, Mas. Kalau Mbak Diana ceramah pake earphone aja. Emang hobinya gitu."

Trisna terkekeh, "udah tobat Ran kalau di rumah orangnya kalem, baik juga sama suami." Jawaban itu membuat Diana tersipu.

"Disogok berapa, Mas?" Sindir Kirana yang membuat kedua orang tuanya serta Diana dan Trisna tertawa.

Diana menaik-naikkan alis, "korupsi itu namanya."

"Yeee, iyalah daripada nanti di cemberutin sama Mbak sepanjangan."

Ibunya mencolek lengan gadis itu, "itu ada kue di atas meja, makan sana nanti habis."

Kirana mengangguk, ia berdiri dan melangkah ke arah meja makan. Menikmati kue-kue dan susu yang dibeli khusus untuk menambah staminanya.

"Kirana udah punya pacar belum, Bu?" Ujar Diana. Ia sengaja ingin memancing sekaligus memantau adiknya karena setahunya Kirana itu tidak menyukai hubungan sejenis itu, tapi siapa tahu jika adiknya itu telah menemukan seseorang yang tepat.

Hal itu tentu saja membuat Kirana yang sedang makan tersedak. "Uhuukkk.... Uhukkk..."

"Santai dong, Ran. Biasa aja, jangan grogi." Goda Diana. "Gimana ada, Bu?"

Ayah Kirana juga ikut antusias mendengar jawaban istrinya, dirinya akui kalau sudah jarang mengobrol dengan putri bungsunya itu karena sibuk bekerja. Hanya sesekali di akhir pekan.

Wanita paruh baya itu menggeleng, membuat Kirana bernafas lega. "Tapi, waktu itu ada yang nganterin ke rumah."

"Siapa? Cowok?" Ujar Ayah Kirana cepat.

Kirana menggeleng berharap Ibunya tidak membahas soal Rayhan atau lukanya malah akan semakin mendalam. Apalagi, jika Ayahnya tiba-tiba ingin bertemu laki-laki itu.

Ibunya mengangguk. Ah, Ibu!

"Nggak ada!" Seru Kirana yang membuat semua orang terkejut dan melihat ke arahnya, "dia cuma kakak kelas di sekolah."

"Kakak kelas atau kakak apa nih?" Goda Diana di waktu yang tidak tepat.

"Bukan siapa-siapa," tegas Kirana, "Kakak kelas ya cuma kakak kelas!" Teriaknya sinis.

"Ran, kenapa bilang gitu?" Ujar Ayahnya marah. "Nggak sopan ya."

Kirana menunduk saat menyadari kesalahannya, "maaf, Yah, Ibu, Mbak Diana, Mas Trisna. Kirana nggak maksud gitu, karena bawaan pusing jadi agak sensitif."

The Endless MomentWhere stories live. Discover now