Part 33 : The Truth

190 16 0
                                    

Hai👋🏻
Sorry ya karena proses uploadnya lama dikarenakan Author sibuk kuliah TT
So, karena kalian sudah sabar menunggu, selamat menikmati part ini dengan cerita yang extra panjang dari biasanya. <3

- - -

Plaakkkk...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Rayhan, "itu permintaan dari Bi Diah." Lega rasanya setelah Kirana dapat mengeluarkan emosinya. "Dia titip itu karena dia sayang sama lo biar lo sadar."

"Dan soal gue, lo ada otak kan buat mikir? Siapa yang bisa bertahan sama cowok kayak lo? Siapa yang bisa langsung terima setelah perlakuan lo kemarin?"

Rayhan mengusap pipinya yang merah, kemudian meraih tangan Kirana. "Terus, kenapa lo nggak bilang minta waktu? Malah bilang nggak peduli kalau gue mati? Itu udah cukup buat gue tahu kalau lo pengen gue mati."

"Karena gue marah dan sekarang kalau lo sampe mati atau kalau terjadi apa-apa sama lo. Gue sumpah nggak akan pernah mau liat muka lo." Kirana berteriak tepat di depan muka Rayhan. "Di dunia mana pun, di dimensi mana pun dan berapa kali kehidupan di dunia ini gue nggak akan pernah mau ketemu lo."

Laki-laki dihadapannya ini menatap dengan penuh harap. "Jadi, lo mau maafin gue kan? Kasih gue kesempatan?"

Kirana menoleh ke belakang dan tatapannya bertemu dengan sorot mata Mama Rayhan yang membuatnya mau tak mau luluh. Wanita itu berteriak meminta tolong lewat tatapan itu, agar dirinya mau memaafkan sehingga putranya itu menghentikan tindakan bodohnya.

"Nggak usah, Kirana!" Tegas Papa Rayhan. Pria itu melangkah mendekati Rayhan dan Kirana. "Nggak ada satupun perempuan yang mau disakiti dan dikasih janji palsu."

"Lo tau apa?" Rahang Rayhan mengeras dan Kirana bisa melihat itu. Ia terlihat seperti akan menghabisi pria di hadapannya itu dalam satu kedipan mata.

Papa Rayhan menyengir, "saya tau segalanya. Kalau kamu memang ingin perempuan bertahan, kamu seharusnya bisa melawan hasrat gila kamu."

Dari ucapan pria itu dan cara ia bersikap dengan santai, Kirana sudah bisa menebak kalau Ayah dan anak ini sama saja. Ia bisa membaca bahwa Papa Rayhan pernah berada di posisi yang sama. Mungkinkah?

"Lo gak tau apa-apa!" Sentak Rayhan keras, lalu melangkah mundur mendekati pinggir balkon. "Karena lo gak pernah di posisi gue. Lo gak pernah peduli sama hidup gue, kecuali penyiksaan dan ruangan sempit sialan itu!"

Bukannya tersinggung atau marah, pria yang menjadi Papa Rayhan itu mendongak. "Silakan jangan buang-buang waktu." Ucapnya santai seraya menggerakkan alis mata dan lehernya ke arah bawah gedung.

"Papa!!!!" Teriak Sehan.

"Biarin Sehan, kita nggak akan rugi kehilangan satu orang di rumah." Ujar pria itu, "tinggal kita buktikan siapa yang akan rugi."

Rayhan merentangkan tangan dan memejamkan mata, mencari angin yang pas untuk melompat. Dia muak dengan semua permainan dan drama dalam hidupnya. "Gue bilang juga apa, Ran. Nggak ada yang peduli sama gue. Mendingan gue ma-"

"Iya, gue maafin lo!!" Seru Kirana yang membuat Rayhan kembali membuka mata. "Gue maafin lo!" Kali ini, sebulir air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya. Dia tidak bisa kehilangan Rayhan, tidak di depan matanya dan tidak setelah Kirana merasakan kesakitan lelaki itu.

"Jangan Kiranaa! jangan paksain sesuatu yang kamu gak suka. Kamu berhak bahagia." Nasihat Papa Rayhan. Pria itu berusaha membuju Kirana agak tak memaafkan sang putra.

Mama Rayhan melangkah maju kemudian mengelus pundak Kirana diikuti Sehan di belakangnya. "Reynaldi" lirihnya, "cukup."

"Nggak apa-apa, Sef."

The Endless MomentWhere stories live. Discover now