Bab 8 : Proyek Jurnalistik

327 17 0
                                    

     Hari-hari di sekolah berjalan seperti biasa, Kirana disibukkan dengan tugas dan ekstrakulikuler. Itu semua ia lakukan untuk menunjang prestasinya yang tak seberapa itu.

     SMA berbeda dengan SMP, perguruan tinggi bukan sekolah abal-abal biasa. Masa depan dipertaruhkan disana. Hal itu tentunya harus dimulai sejak sekarang.

     Gadis itu tidak terlalu pintar dalam bidang akademik. Oleh karena itu, ia butuh organisasi yang bisa mendukung dan berguna untuknya nanti

     Kirana mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik dan palang merah remaja. Kedua organisasi di luar sekolah tersebut bermanfaat baginya sama-sama dapat menambah wawasan.

     Satu minggu sudah berlalu, selama itu tidak ada perubahan antara Kirana dan Rayhan. Laki-laki itu masih tetap sama, iya Rayhan yang bersikap acuh dan dingin kepada Kirana tapi hal itu tidak Kirana pedulikan karena buku yang ia pinjam belum selesai. Tentu saja, mencari masalah sama saja membuatnya kehilangan perpustakaan keliling.

     Kirana harus menyelesaikan proyek jurnalistik untuk website sekolah, kebetulan minggu ini adalah jadwalnya. Ia seringkali berdiri di balkon sekolah untuk memikirkan ide-ide baru tapi nihil yang didapatkan gadis itu. Otaknya hanya memikirkan kelanjutan kisah novel yang ia baca.

     Kirana menyelesaikan dua novel sekaligus, agar otaknya dapat berpikir dan tidak memikirkan kisah novel itu lagi. Ia berniat mengembalikan dua novel Rayhan kepada lelaki itu agar tak membayangkan dan kembali mengulang untuk membaca kisah novel itu yang sangat menarik.

     Selama proses belajar mengajar, ia enggan bertemu dengan Rayhan karena tahu sikap yang akan ia dapatkan dari laki-laki itu hanyalah ucapan ketus dan cuek. Toh, mereka juga tidak seakrab itu untuk saling bertegur sapa.

     Sepulang sekolah, Kirana menemui Rayhan yang berdiri di balkon di depan kelas laki-laki itu.

     "Kak Ray." Panggil Kirana, Rayhan menoleh. "Nih gue balikin, makasih ya." Ucap gadis itu seraya menyerahkan dua buku kepada laki-laki itu.

     Rayhan mengambil buku di tangan Kirana, "Cepet banget."

     "Gak fokus, lagi ada proyek jadi harus kejar target bacanya. Kalo gak dibalikin entar malah mau baca lagi." Jelas Kirana.

     Rayhan menaikkan salah satu alis, "Proyek Dit?" Goda Rayhan.

     "Bukan tapi proyek ekskul." Jawab Kirana, "Sisanya entar aku balikin nanti kalo udah ketemu ide proyeknya, terus baru dibaca."

     "Mau gue bantuin?" Tanya Rayhan menawarkan diri.

     "Emang paham buat blog?" Tanya Kirana balik.

     "Menurut lo?" Tanya Rayhan balik lagi.

     "Yah, gitu aja terus saling nanya." Ujar Kirana, "Yaudah langsung aja, gue itu mau buat sesuatu yang belum pernah di post tapi gak biasa gitu."

     "Kalo tema literasi gimana?" Saran Rayhan.

     Kirana menekuk wajahnya, "Basi."

     "Bukan jiwa baca buku pelajaran ta-"

     "Kirana!!" Seru salah seorang laki-laki yang memanggil Kirana dari arah lapangan.

     "Iya, Pan. Bentar lagi gue turun." Sahut Kirana.

     "Yaudah, Kak. Kalo ada ide bagus entar lo chat gue aja, lagian lo gak mau kan orang tau kita kenal di dunia nyata." Ujar Kirana yang sebenarnya menyindir sikap Rayhan. "Gue ekskul dulu."

     Kirana meninggalkan Rayhan tanpa mendengar pembelaan sedikitpun dan laki-laki itu juga tidak terlihat akan menjelaskan. Ia menuruni anak tangga satu persatu.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now