Bab 10 : Perlombaan

277 15 0
                                    

Misi jurnal Kirana telah selesai. Kini, gadis itu fokus membantu anak-anak pmr yang akan menghadapi perlombaan.

Ia sudah jarang melihat Rayhan setelah pulang sekolah. Sepertinya, ia sudah tidak mengerjakan tugas rutinnya itu lagi.

Tulisan blog Kirana banyak diminati para murid di sekolah. Banyak para murid yang memposting foto di sosial media dengan hastag #Day1 #Day2 #review_challenge dan tak lupa men-tag akun sekolah.

Para murid memang harus memposting buku yang mereka baca lalu, melakukan review atau mengulas cerita dari buku tersebut.

Kirana merasa sangat tersentuh dengan antusias para murid yang mengikuti challenge tersebut tapi tentunya hal itu tidak akan terwujud tanpa ide Rayhan.

Kirana mengirim pesan kepada Rayhan,

Kak.

?

Besok kosong gak?

Kenapa?

Mau ngajak nonton anak pmr lomba. Gimana?

Gue bukan anak pmr.

Kirana berdecak membaca balasan Rayhan yang terlalu cuek.

Support sesama kan gak rugi. Sekalian gue mau ngajak lo makan or jalan diluar.

Dalam rangka?

Ucapan terima kasih, challengenya banyak peminat.

Yaudah, jam?

Jam sembilan, ketemuan langsung di tempat lombanya.

Mana gue tahu. Jam 9 di depan jalan lo turun kemarin.

Fine.

Dasar! Sesuka hati lo deh. Batin Kirana.

Lima menit sebelum pukul sembilan, Kirana sudah menunggu di pinggir jalan dan tak lama Rayhan tiba.

Kirana langsung meraih helm yang tergantung di motor Rayhan. Ia melihat kotak rokok di saku Rayhan.

"Lo merokok, Kak?" Tanya Kirana.

"Gak, punya temen. Udah janjian di tempat lomba, mau balikin." Jawab Rayhan.

"Kok bisa di lo?" Tanya Kirana yang seperti menginterogasi Rayhan.

"Dia nitip pas razia Pak Sofyan kemarin." Jawab Rayhan lagi.

Kirana memperhatikan gerak-gerik Rayhan, siapa tahu ia berbohong tapi gestur tubuhnya santai tanpa ada rasa cemas ataupun mencurigakan sedikitpun.

"Awas aja lo ya kalau sampe merokok, jauh-jauh dari gue." Ancam Kirana, "Langsung gue musuhin tujuh turunan."

"Iya, percaya sama gue." Balas Rayhan.

Kirana menaiki motor Rayhan, yang kini sudah menyusuri jalan raya.

Motor Rayhan memasuki area parkiran di sebuah sekolah yang sudah ramai. Laki-laki itu memilih untuk parkir di dekat gerbang, agar nanti lebih mudah dikeluarkan.

"Lo yang ngajak kesini, jangan ninggalin." Ujar Rayhan, yang melihat Kirana sudah melepaskan helm.

"Iya, makanya jangan jauh-jauh." Balas Kirana.

Lapangan sekolah itu sangat ramai dengan manusia, bahkan melangkah pun sulit. Kirana menggenggam tangan Rayhan agar tidak terpisah. Ia mencari ruang tunggu anak sekolahnya.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now