Bab 15 : PDKT (1)

266 14 0
                                    

Upacara baru saja selesai dilaksanakan. Semua anggota pmr berkumpul di lapangan untuk berfoto. Bukan hanya anak pmr, tetapi beberapa ekskul lain juga yang ikut dalam kegiatan tersebut seperti paskibra, pks dan pramuka.

Irfan mengajak Kirana untuk berfoto berdua dan saat itu juga Kirana merasa ada sepasang mata yang menatap mereka tajam. Namun, ia tidak menghiraukannya.

Setelah berhasil mendapatkan satu foto, Kirana menolak untuk mengambil lagi jika hanya berdua. Ia mengajak anak pmr lainnya terutama angkatan mereka untuk berfoto bersama.

Banyak anak laki-laki dari ekskul lain yang mengajak Kirana berfoto berdua tapi gadis itu menolak. Ia yakin bahwa Rayhan melihatnya karena perasaannya tidak mungkin salah.

Kirana mendongak melihat kesana-kemari mencari Rayhan dan menemukan pemilik mata tersebut yang berada di balkon lantai tiga. Rayhan memelototinya dengan tatapan membunuh. Gadis itu membalas dengan menjulingkan matanya dengan ekspresi konyol yang membuat Rayhan berdecak kesal karena gadis itu meremehkannya.

Kirana kembali diajak berfoto oleh teman-temannya yang lain. Seorang laki-laki mendekat ke arahnya dan tentu, gadis itu langsung melirik ke arah Rayhan yang memelototinya. Mencari situasi aman, Kirana berpindah ke samping teman perempuannya dan kembali melirik ke arah Rayhan yang kini menatapnya dengan mengangkat salah satu ujung bibirnya.

Pukul 12:30, waktunya istirahat kedua. Di jam seperti ini, Kirana biasanya akan membeli sebungkus nasi bersama Vinka di luar gerbang sekolah.

Kirana berdiri di pinggir lapangan, menunggu Vinka yang sedang mengobrol dengan Rio. Untungnya, Rio tidak mengucapkan apapun tentang kejadian hari itu. Jika tidak, ia pasti akan melaporkan perbuatannya kepada Vinka.

Di sesi menunggunya, ia melihat dua orang anak laki-laki yang seragamnya berbeda dari anak sekolahnya. Sepertinya bukan murid sekolahnya dan ia mengenali seragam tersebut, seragam anak SMAN 7 tempat mereka lomba kemarin.

Kedua anak itu melihat ke arah Kirana dan mendekatinya. Tentu, Kirana terkejut. Ternyata salah satu dari dua orang tadi adalah Adit.

"Kak, kalau boleh tahu ketua osisnya siapa ya?" Tanya teman Adit. "Atau ruangannya deh."

"Disitu, Kak." Kirana menunjuk ke arah sebuah ruangan.

"Ten, lo sendiri kesitu gak papa ya?" Ucap Adit. "Gue mau ngobrol bentar."

Awalnya temannya tidak setuju, terlihat jelas di raut wajahnya tapi akhirnya ia mengalah.

"Hai, Kak." Sapa Kirana.

"Lo yang kemarin kan?" Tanya Adit memastikan. Kirana mengangguk. "Pacar lo gimana? Eh bukan ya."

"Apasih." Balas Kirana, "Btw, makasih ya, Kak."

Adit hanya mengangkat salah satu alisnya. "Katanya lo mau chat gue, kok gak ada?"

"Duh, malu, Kak. Ya kali cewek chat duluan, ganjen amat gue." Ujar Kirana.

"Jadi gak ganjen?" Goda Adit.

Kirana tertawa kecil. "Gaklah, gue cuma bercanda doang kemarin."

"Yah, padahal gue udah nungguin." Jawab Adit dengan nada sarat kecewa.

"Apaan sih, kalau Kakak bilang ke cewek-cewek entar pada baper loh, Kak."

"Lo gak baper?" Tanya Adit, Kirana menggeleng, "Yah padahal maunya sama-sama baper."

Kirana menaikkan salah satu alisnya, apa dia tidak salah dengar? "Kakak lucu ih."

Adit tersenyum tipis. "Karena lo gak chat gue, coba sini gue aja yang chat lo." Adit mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Kirana.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now