Bab 23 : Kompromi

203 14 0
                                    

"Yaudah, gue pulang. Mulai besok gak usah jemput gue. Anggap kita gak kenal." Seru Kirana dengan nada tinggi. Dibalik pintu ia menahan tawa. Sebenarnya itu semua hanya taktik Kirana agar Rayhan mau membuka pintu.

Rayhan berdiri, mana mungkin ia bisa jauh dari gadis itu. Apalagi tak melihatnya untuk selamanya. Ia membuka pintu lebar-lebar dan tubuhnya terdorong hingga membuatnya terjatuh karena ulah seseorang yang memaksa masuk.

Kirana menutup pintu dan duduk di ujung ranjang Rayhan. Ia membiarkan laki-laki itu bangkit sendiri dengan wajah sedikit kesal.

Dijulurkan lidah, membuat Rayhan semakin jengkel sekaligus senang dengan kenyataan bahwa orang yang dicintainya ini tidak benar-benar pergi meninggalkannya.

Rayhan berdiri dan mendorong bahu Kirana hingga gadis itu terlentang diatas ranjangnya. Kemudian ia ikut tidur di sampingnya.

Kirana menghadap ke arah Rayhan. "Oh, jadi ini laki-laki yang sok hebat, cemburuan, temperamental, sok ganteng padahal emang udah lumayan." Ujar Kirana menghardik dan mencibir dengan nada rendah, membuat laki-laki dihadapannya ini tertawa. Lalu, mencubit hidung Kirana yang tentu membuat sang empu meringis kesakitan. Hidungnya terkena pukulan tadi.

"Aawwww... Sakit." Kirana menepuk tangan Rayhan dengan keras, kemudian mengelus hidungnya yang terasa hampir patah itu. "Ini yang kena pukulan kamu tadi tahu."

Rayhan bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke arah Kirana. Dielusnya batang hidung gadis itu. "Aku obatin ya?" Ujar Rayhan menawarkan diri, "bi-" Kirana menutup mulut laki-laki itu dengan tangannya.

Ia ikut bangkit dan mengambil tasnya di bawah, di samping ranjang. Dikeluarkannya plastik yang berisi obat-obatan dan peralatan yang dia ambil di uks tadi.

Kirana mengambil plastik yang berisi es tapi es itu sudah mencair. "Yahh cair." Gumam Kirana sedih. "Eh, tapi masih dingin masih ada yang beku dikit." Kirana mengambil kain lap tangan yang selalu ia bawa dan melapisi plastik es tadi. Lalu, ditempelkannya pada pipi Rayhan yang terlihat merah dan mulai membiru.

Rayhan menyunggingkan bibirnya, saat menatap gadis di depannya yang terlihat mengkhawatirkan dirinya.

"Gak usah pake senyum. Diem aja." Tegur Kirana. Ia risih ditatap seperti itu.

"Kamu bisa gak, gak usah pake cantik?" Goda Rayhan yang membuat Kirana menekan luka memar di pipinya dengan es. "Uhh."

∆∆∆

Usai mengompres wajah Rayhan, tak lupa Kirana juga mengobati tangan Rayhan yang tergores. Ia mengerjakan itu semua dengan hati-hati.

Namun, Rayhan tahu bahwa Kirana juga butuh diobati. Dengan tangan kirinya, laki-laki itu mengambil kain yang berisi air es dan ditempelkannya pada area hidung gadis itu.

Kemudian, mereka kembali merebahkan tubuh diatas kasur yang empuk itu. Siapa sih yang dapat menolak pesona dari benda satu itu.

Kirana melirik Rayhan yang membuat laki-laki itu menaikkan salah satu alisnya. "Kak Ray, sayang sama aku?" Tanya gadis itu tiba-tiba. Iya, demi laki-laki ini ia bahkan rela meninggalkan Dit, lelaki di mimpinya.

Rayhan menyibak rambut Kirana. "Ragu?" Tanya Rayhan balik, gadis itu mengangguk. "Ran, aku bahkan udah cinta. Udah hampir setahun aku kenal kamu, tapi itu gak buat aku bosen. Even, make me love you more. I love you every second and everytime I see you."

Sebenarnya tak ada keraguan dalam diri Kirana, hanya saja ia ingin laki-laki di sampingnya ini hidup dengan normal. Bisa menikmati indahnya persahabatan dan kekeluargaan juga cinta. Hidup cuma singkat untuk di sia-siakan. Terlebih, ia ingin Rayhan bahagia.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now