Bab 13 : Permulaan dari Derita

264 17 0
                                    

Gadis yang baru berusia 17 tahun itu keluar dari kamar Rayhan, ia memperhatikan sudut rumah itu mencari cara untuk kabur.

Mata Kirana membulat ketika mendapati dirinya sedang dipelototi sepasang mata yang menatap matanya tajam, seakan-akan ingin membunuhnya.

Sontak, ia berbalik dan segera duduk diatas sofa. Laki-laki yang menatapnya tajam tadi berjalan menaiki anak tangga, kemudian mendekatinya.

"Mau kemana, Sayang?" Tanya laki-laki itu dengan lembut tapi menimbulkan efek merinding bagi Kirana. "Kabur?"

"Ng-nggak." Jawab Kirana gemetar. "Cuma mau nonton, bosen."

Laki-laki itu kembali mengangkat salah satu ujung bibirnya. "Novel di lemari, nonton tinggal pilih dan anggap ini rumah kamu."

Mana ada rumah yang mengekang, gak leluasa bahkan cuma nyari udara segar pun sulit, batin Kirana.

Rayhan masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Kirana pergi ke kamar mandi. Tentu, ia tak lupa untuk melakukan kewajibannya. Ia masuk ke dalam sebuah kamar, seperti kamar untuk perempuan dan menemukan mukena.

Setelah itu, ia mulai mencari tahu kamar milik siapa ini. Dia menemukan sebuah buku bertuliskan, "Sehan Rabel Calviano." Nama belakang yang sama dengan Rayhan. Apakah itu adiknya? Atau kakaknya? Kirana menebak-nebak. Hingga seseorang memanggil namanya.

"Ran!"

"Kirana!"

Rayhan yang berteriak memanggil Kirana melihat sebuah kamar terbuka sedikit, ia berjalan mendekat dan melihat gadis yang dicarinya itu berdiri di depan pintu.

"Maaf, Kak. Tadi cuma numpang sholat." Ucap Kirana, ia takut Rayhan akan memarahinya.

Rayhan mengelus puncak kepala gadis itu, "It's ok, Ran. Kan aku udah bilang anggap aja rumah sendiri."

Kirana kembali duduk di atas sofa, diikuti Rayhan yang juga duduk di sampingnya.

Mereka menonton sebuah film teens-romance Jepang, berjudul "Ao Haru Ride"

Pikiran Kirana dipenuhi banyak pertanyaan, lalu ia teringat dengan kedua orang tuanya.

"Kak, orang tua gue pasti cemas." Ucap Kirana.

Rayhan tersenyum, "Aku udah chat Vinka, suruh dia telpon orang tua kamu bilang kalo kamu nginep dirumahnya."

"Pake hp siapa? Kakak?" Tanya Kirana yang takut pasti Vinka akan menggoda ataupun bicara yang tidak-tidak tentangnya.

"Kamu." Jawab Rayhan, "Lagian pasang pola hp R, mudah ditebak, Sayang."

Kirana sebenarnya merasa jijik dengan panggilan itu tapi ia harus menurut demi kelangsungan hidupnya. Ia bersyukur selama hidupnya sering membaca novel bergenre psycho-romance atau posesif. Setidaknya itu memiliki manfaat.

Mereka berdua hanyut terhadap film yang mereka tonton. Ia merasakan bahwa setiap beberapa menit, Rayhan akan memandanginya.

Rayhan turun ke bawah sebentar kemudian kembali ke atas dan masuk ke dalam kamarnya. Kirana juga menjeda film yang mereka tonton dan melakukan hal yang sama, beribadah di kamar tadi.

Ia tahu, Rayhan anak yang baik dan taat tapi ada sisi lain yang tak bisa ia kontrol. Itu bukan kemauannya, tapi dia juga tak bisa bertahan pada laki-laki itu.

Ketika Kirana keluar dari kamar itu, Rayhan sudah duduk di sofa dan melirik ke arahnya, "Masih laper?" Tanya Rayhan.

Kirana menggeleng, perutnya memang masih kenyang. Ia duduk di ujung sofa tapi Rayhan menarik gadis itu agar duduk di sampingnya.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now