Part 45

150 7 1
                                    

Warning!!
Akan ada adegan 18+.
Pembaca diharapkan bijak dalam membaca dan menyikapi isi cerita
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Tolong! Kirana meneriakkan kata itu di benaknya. Semua keberaniannya menghilang, padahal ini yang ia tunggu saat orang itu datang menampakkan wajahnya. Kirana ingin mengamuk dan membalaskan kemarahannya tapi mengapa reaksi tubuhnya tak sesuai ekspektasinya? Dia tidak menyangka jika akan secepat ini. Dia butuh persiapan untuk bertemu dengan kesakitannya.

Bahkan, ketika ia diancam untuk tak bersuara saat motor berhenti di wilayah sebuah kontrakan, Kirana tetap diam seolah menuruti perintah sang penculik. Bodoh! Harusnya dia berteriak sehingga semua orang keluar dan menolongnya. Sayangnya, Kirana tak memiliki keberanian itu dan ia yakin jika orang yang menculiknya telah menyiapkan segala macam skenario jika pun orang-orang berdatangan.

Tubuh Kirana terdorong menghantam dinding dan orang yang menculiknya mengambil langkah lebar mendekatinya dengan tatapan mengintimidasi. Orang itu diliputi kemarahan yang besar dan sudah lama sejak Kirana merasakan semua ini. Terlebih, emosinya begitu campur aduk. Ia baru saja merasa sedih, putus asa, marah dan kini ia diliputi ketakutan penuh.

"Kak..." cicit Kirana ketakutan.

"Kamu tahu kan Ran kalau aku benci berbagi. Aku benci milikku diusik!" Bentak orang dengan topi hitam di kepalanya itu, "dan yang membuatku paling benci adalah kamu yang memulai segalanya!"

Tangan lelaki itu terangkat, sementara jari jemarinya mengusap yang lebih pada menekan pipi Kirana dan kemudian, turun melingkari leher gadis itu yang membuat sang empu tercekat. Kirana bisa melihat dengan jelas wajah orang yang mencekiknya yang merupakan seorang laki-laki yang dikenalnya. Tak ada yang berubah dari wajah itu bahkan kemarahan ini juga sama seperti yang dialaminya bertahun-tahun lalu.

"Rayyy..." suara Kirana terdengar ketakutan saat menyebutkan nama lelaki itu. Rayhan, ya lelaki yang menculiknya ini adalah Rayhan. Lelaki yang pernah mengobrak-abrik hidupnya.

Tuhan! Pekik Kirana dalam hati. Dia memang pernah merindukan lelaki itu, tapi dia tidak mau mati di tangan lelaki psikopat ini.

Di bawah alam sadarnya, kedua tangannya terangkat dan menangkup wajah lelaki di hadapannya. "Jangan..." Lirihnya tercekat diikuti usapan lembut yang diberikannya di wajah itu.

Perlahan, gadis itu bisa merasakan cengkeraman di lehernya mengendur dan itu dimanfaatkan Kirana untuk memajukan kepalanya hingga hidung mereka bersentuhan. Gila! Ia tahu bahwa yang dilakukannya gila tapi setidaknya sepadan dengan nyawanya.

Satu menit telah berlalu, namun tidak ada yang terjadi. Rayhan tahu bahwa gadis itu hanya menggodanya. Melalui tatapan mereka yang bertaut pun, ia tahu ada keraguan dan ketakutan di manik hitam itu. Seulas senyum sinis, terbit di bibirnya. Gadis itu kira ia selemah itu?

Rayhan menurunkan kedua tangannya  ke bahu Kirana yang menyebabkan dua tangan di pipinya terlepas. Diusapnya bahu itu pelan hingga lengan sebelum kembali naik lagi dan mencapai pipi. Sementara wajahnya, sedikit menunduk hingga membuat jarak tercipta di hidung mereka, namun kening mereka bersentuhan.

"Do it!" Embusan napas itu menerpa wajah Kirana hingga menimbukan efek merinding. "Ran..." panggilnya lagi saat tak mendapat jawaban.

"Lakukan kalau kamu mau selamat!" Perintahnya lagi.

Kirana meneguk saliva. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan seberani ini. Ia juga tak menyangka bahwa ternyata melakukan hal ini akan seberat ini. Dia tidak bisa.

"Why do you stop?" Bisik Rayhan dingin.

Bibir Kirana bergetar. Ia berusaha keras untuk mendekatkan diri, tapi sulit. Rasanya, dia ingin berlari tapi pasti tidak semudah bayangannya. Gadis itu yakin jika rumah ini telah dikunci rapat-rapat.

Rayhan menyeringai. Ia menyukai reaksi tubuh Kirana saat ini. Bergetar ketakutan. "You need a help?"

Lagi, gadis itu mencoba mendekatkan bibirnya. Nyaris bersentuhan, tapi ia berhenti dan tanpa sadar kembali mundur. Padahal, ia yang memulai semua ini. Ibuuuu! Pekiknya dalam hati.

Rayhan menunggu, tapi ia sadar bahwa permainan ini mulai memuakkan. Jadi, ketika gadis itu kembali bergerak maju, Rayhan tak memberikan pilihan untuk mundur.

Saat bibir mereka bersentuhan. Sensasi itu membuat keduanya terkejut. Kirana yang membeku, sementara Rayhan segera memperdalam ciuman mereka dengan merangkum wajah gadis itu kuat dan menahannya, cenderung merobek kulit itu dengan kuku-kukunya.

Di antara rasa sakit dan aneh itu, Kirana tidak tahu yang mana yang lebih dominan ia rasakan. Keduanya seolah bersatu membuat tubuhnya tersengat listrik dan menjadi kaku. Kirana tak bisa bergerak, setidaknya itu yang ia alami selama hampir satu menit lamanya. Sebelum ia kehabisan napas dan beruntung Rayhan melepaskannya.

"Kamu milikku." Desis Rayhan tepat di depan wajah Kirana. Lelaki itu tak melepaskannya meski hanya sejenak. Dia seolah tak puas memberikan kesakitan pada Kirana.

Dicengkeramnya dagu Kirana hingga sang empu meringis, yakin jika dagunya pasti lecet karena ulah kuku-kuku tajam itu. "Kamu dengar?" Tekannya sekali lagi, tapi yang terdengar hanya ringisan. "Jawab!" Bentak Rayhan marah. Lelaki itu bahkan sudah menekan dagu Kirana yang seperti meremukkan.

Gadis dua puluh tahunan itu meneteskan air mata dan itu semakin membuat lelaki di hadapannya muak.

"Aku gak butuh tangisan kamu, Kirana! Yang aku butuh adalah jawaban kamu dan janji kamu!"

"Ray, sakiiiittt..." rintih Kirana.

"Makanya, jawab!"

"Yyaaa.."

"Ngomong yang bener!" Rayhan melonggarkan cengkeramannya.

"I-iyaa. I'm yours, Ray." Mendengar itu Rayhan tersenyum puas dan menjauhkan tangannya dari wajah Kirana setelah meninggalkan gigitan di bibir ranum itu.

"Sekali lagi kamu dekatin Adit, aku gak akan segan-segan membuat dia terbaring koma bahkan mati sekalipun. Sementara kamu-" ia menatap tajam Kirana, "cacat dan terbaring lemah gak masalah bagiku. Kamu terlihat lebih cantik begitu." Rayhan tersenyum mengejek sebelum berbalik keluar dari kamar itu.

Sialan! Rayhan ternyata tidak berubah dan Kirana muak. Ia takkan sudi menjadi boneka lelaki itu lagi. Kirana takkan membiarkan dirinya menjadi orang yang sama seperti dua tahun yang lalu. Oleh karena itu, ia yang akan menyerang lelaki itu duluan.

Kirana menatap tajam punggung yang berjalan menjauh itu. Ia akan membalas dendam!

"Rayhan sialan!" Serunya seraya berlari maju hendak menyerang. "Gue gak akan  biarkan lo bertindak seenaknya!"

•••

Halo! Sorry banget ya udah lama banget gak upload. Author lagi sibuk skripsian tapi kedepannya, Author bakal lebih giat lagi nulis xixi~ terima kasih sudah setia membaca cerita ini

The Endless MomentWhere stories live. Discover now