Bab 7 : Rumah Rayhan

340 16 0
                                    

     Buku menjadi suatu hal yang paling menghibur bagi Rayhan maupun Kirana. Dengan buku mereka dapat ikut merasakan emosi yang beragam yang tidak dapat mereka rasakan di dunia nyata.

     Ada begitu banyak buku yang telah disusun Kirana untuk ia pinjam, tapi tentunya tidak mungkin dirinya bisa membawa semua itu, yang ada Kirana akan dimarahi oleh Ayahnya.

     Kirana mengambil tiga buku terlebih dahulu, lalu akan meminjam sisanya setelah selesai membaca.

     "Soal Dit itu gimana?" Tanya Rayhan yang tiba-tiba membahas soal laki-laki di mimpi gadis itu.

     Kirana mengangkat bahu, "Gak tau." Jawab Kirana, "Aditya Mulawarman itu udah ketemu, Kak tapi yah masa punya gue hobi minggat dari sekolah terus suka merokok."

     Laki-laki ini mengernyitkan dahi, "Semuanya udah lo cek? Dari kelas sepuluh? Sebelas?" Tanya Rayhan lagi.

     Kirana mengangguk, "Semuanya diluar ekspektasi, ada juga sih beberapa yang baik. Kayak Aditya anak kelas sepuluh ipa satu, dia pinter terus ganteng. Fredit sepuluh ips dua, jago basket anaknya juga manis. Ananditto sebelas ipa tiga, cukup pinter, jago bela diri terus ganteng."

     "So?" Rayhan mengangkat salah satu alisnya, "Ada yang buat lo tertarik?"

     Gadis itu melirik Rayhan, "Gimana ya? Ya kali sama adik kelas." Kirana menghela nafas pertanda kecewa, "Kelas lo yang belum gue periksa, Kak. Ada nggak?"

     "Lo gak percaya sama gue?" Tanya Rayhan yang dibalas dengan gidikkan bahu. Ia mengambil ponselnya dikamar dan menyerahkan kepada Kirana. "Ada grup kelas disini, coba deh lo periksa nama anak dikelas gue. Totalnya ada 33 anak, disitu pas."

     Kirana memeriksa satu persatu nama pengguna, tak ada satupun dengan inisial Dit. "Nama lo siapa, Kak? RRC?" Tanya Kirana. "Republik Rayhan Cantik" Goda Kirana.

     Rayhan memutar mata, tak peduli dengan ucapan konyol gadis dihadapannya ini. "Terserah." Jawab Rayhan dengan malas.

     Gadis ini berdecih, "Ihh, pantesan gak ada yang mau temenan." Gumam Kirana.

     "Nilai gue sesuka hati aja terus." Seru Rayhan yang cukup kesal dengan gumaman Kirana.

     Ponsel Kirana berdering, sebuah panggilan masuk dari Ibu, yang tertulis di layar ponsel gadis itu. Tentunya meminta perempuan itu untuk pulang.

Ran, udah sore.

"Iya.. Iyaa..."

Pulang sendiri atau mau di jemput?

"Sendiri, Bu."

Yaudah, hati-hati.

"Iya, Bu."

     Ia melihat jam di layar ponselnya yang baru menunjukkan pukul 15:37, orang tuanya berlebihan, memang.

     "Nyokap?" Tanya Rayhan.

     Kirana mengangguk. "Enak ya, Kak. Bisa hidup sendiri tanpa harus diatur kek Kakak." Ucap Kirana, "Sendirian tapi bebas."

     Rayhan menyipitkan mata, sedikit heran dengan ucapan gadis itu yang menyukai hidup sepertinya. "Emang lo kenapa?" Tanya laki-laki itu lagi.

     Pandangannya kosong entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu. "Gue dirumah tinggal sama bokap nyokap, Kakak gue udah nikah dibawa sama suaminya. Nah tinggal gue, jadinya gue kesepian deh mana gak boleh ngapa-ngapain lagi." Jelas Kirana.

     "Bukannya lo suka di posesif-in?" Tanya Rayhan.

     "Yah, enak kalo posesif tapi disayang. Nah gue di kurung, di diemin aja gitu dirumah. Ngajak ngobrol ya kali apa aja diceritain, kalo topik abis mah abis." Curhat Kirana.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now