Sore itu akan diumumkan pemenang lomba yang telah diadakan selama tiga hari. Kirana enggan untuk pulang, ia yakin bahwa salah satu tim pmr dari sekolahnya akan membawa piala terutama tim tandu laki-laki.
Seseorang berlari ke arah Kirana dengan nafas yang tak beraturan, ia menepuk pundak Kirana. "Ran!!" Panggil laki-laki itu yang ternyata adalah Rio, "gue butuh bantuan lo. Please, ikut gue."
"Kenapa, Kak?" Tanya Kirana yang heran dengan Rio yang terlihat cemas.
"Ray.. Rayhan, Ran. Mau mukulin anak orang." Jawab Rio dengan sedikit terbata-bata.
Raut wajah Kirana berubah, pupil matanya melebar. "Yaudah, ayo."
Kirana menaiki motor Rio, yang kini melaju ke jalan yang cukup sepi dan jauh dari sekolah tadi.
Kirana membayangkan siapa yang dipukul Rayhan, apakah anak tadi siang? Adit? Pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan.
Motor itu berhenti disebuah gudang yang cukup tua, Kirana melihat motor Rayhan yang terparkir sembarangan disitu. Ia turun dari motor dan mengikuti Rio yang telah berjalan masuk ke dalam gudang itu.
Ia melihat seorang laki-laki yang jatuh dengan luka lebam di wajahnya. Kirana mengenali laki-laki itu, dia yang tadi bersama Rio di sekolah itu. Kirana menghela nafas lega karena bukan Adit yang dipukuli tapi apa hubungannya laki-laki itu dengan Rayhan?
Rio berusaha menghentikan Rayhan yang masih berusaha memukuli dengan membabi buta tapi ia malah terkena kepalan Rayhan.
Gadis itu melirik Rayhan yang sedang emosi, dengan wajah merah dan tatapan matanya tajam yang mampu membunuh siapapun yang berani menatapnya.
Kirana bingung harus melakukan apa, bisa saja nanti ia ikut terpukul. Tapi, jika ia tidak menghentikannya, Rio dan laki-laki itu bisa saja kehilangan nyawanya.
Ia memberanikan diri untuk maju, ia merentangkan tangannya dengan mata yang tertutup berusaha menghalangi Rayhan untuk melanjutkan aksinya.
Rayhan hampir saja melayangkan tinjunya ke arah Kirana. Tapi, ia sudah telanjur kalap. Tangannya mendorong gadis itu ke samping yang menyebabkan Kirana terjatuh dan merintih kesakitan.
Rayhan kembali melanjutkan aksinya, ia menarik kerah baju Rio. "Banci lo, pake acara bawa cewek segala!" Seru Rayhan dan melayangkan tinjunya lagi tapi kali ini ditepis oleh Kirana menggunakan tangannya.
Kirana merasakan sakit yang dengan cepat menyerbu tangannya. Tapi, ia tak menghiraukan rasa sakit itu. Nyawa orang lebih penting, pikir gadis itu.
Ia berdiri dan memelototi Rayhan tajam, "Apa? Kakak mau pukul lagi? Sini pukul gue!" Seru Kirana, "Lo kenapa coba, Rio itu temen lo. Sadar, Rayhan!!!"
Rayhan menarik napas kasar, dirinya masih dipenuhi emosi tapi ia mencoba menyadarkan dirinya agar tidak melukai gadis itu lagi. Bagaimanapun dia masih tahu bahwa gadis itu adalah Kirana.
Gadis itu sudah terluka, Rayhan menatap tangan Kirana yang membiru karena tinjuannya serta sikunya yang lecet karena terjatuh di lantai.
Ia menarik rambutnya, "Haaaahhh.." erangnya frustasi. Rayhan berusaha menyadarkan dirinya tapi sulit, amarahnya masih terlalu besar.
Kirana tak tega melihat Rayhan yang merenggut rambut dengan kasar. "Kak, udah!!" Teriak Kirana, ia menarik paksa tangan Rayhan. "Jangan nyakitin diri lo sendiri."
Laki-laki itu menatap Kirana tajam, emosi masih mengambil alih dirinya. "Apaaa!? Lo ngapain disini!?" Tanya Rayhan dengan nada tinggi, seperti membentak. "Peduli apa lo sama gue? Lo sendiri gak pernah percaya sama gue."
YOU ARE READING
The Endless Moment
FantasiMimpi itu membuat Kirana terlalu ambisius untuk mencari seseorang yang mungkin akan menjadi takdirnya. Tapi, siapakah lelaki yang ada di dalam mimpinya itu?