Part 31 : Dia menghilang (2)

169 15 1
                                    

Tidak butuh waktu lama, tidak sampai setengah jam Rio sudah tiba di depan rumah Kirana. Tentu saja, meminta izin agar Kirana bisa keluar.

"Bu, boleh ya Kirana keluar. Demi tugas sekolah. Kan ini semua juga karena Ibu yang nggak nyuruh sekolah hari ini." Kata Kirana mencoba membujuk sang Ibu.

"Tapi, kamu masih sakit." Balas Ibu Kirana menolak.

"Udah mendingan, kok. Masa sih Ibu tega sama Kak Rio, dia rela kesini karena disuruh pacarnya buat jemput aku."

"Pacar siapa?" Tanya Ibunya.

"Pacar Vinka. Dia disuruh Vinka jemput aku. Iya kan, Kak?" Ujar Kirana, mengode ke arah Rio agar mengikuti drama yang ia lakukan.

Rio mengangguk, "iya, Tante. Katanya takut Kirana kenapa-kenapa kalau pergi sendiri."

"Tuh kan kurang baik apalagi si Vinka."

"Yaudah, iya deh iya." Ujar Ibu Kirana yang terpaksa menyetujui permintaan putri bungsunya itu.

Tanpa basa-basi, Kirana langsung masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian dan keluar dengan membawa tas kecil agar Ibunya percaya bahwa ia akan kerja kelompok.

"Kirana pergi, Bu." Teriak Kirana yang sudah berada di atas motor.

"Pergi dulu, Tan." Ikut Rio.

Motor yang dikendarai Rio pergi menjauh dari rumah berwarna putih itu. Berbelok-belok hingga keluar dari area perumahan.

"Ran, kita mau kemana?" Tanya Rio. "Ke rumah dia dulu?"

Kirana mengangguk, "iya, Kak."

Sekitar belasan menit kemudian mereka tiba di rumah Rayhan karena Rio berkendara cukup cepat. Dari pagar, dua remaja itu melihat seorang wanita paruh baya yang mereka kenali duduk di kursi yang berada di teras rumah dengan raut wajah yang terlihat khawatir.

"Bi Diah." Panggil Kirana.

Wanita itu menoleh dan berjalan menuju pagar, "Kirana." Sahutnya.

Kirana celingak-celinguk ke arah pekarangan rumah, "sepi banget, Bi. Mana yang lain?" Tanyanya seraya berjalan mendekati wanita itu, lalu mencium punggung tangannya diikuti oleh Rio di belakangnya.

"Ini Rio kan?" Tanya Bi Diah yang mencoba mengalihkan pertanyaan Kirana. Rio mengangguk, "udah lama kamu nggak main kesini."

Rio mengangkat salah satu ujung bibir, "hehe, iya, Bi."

"Bi." Panggil Kirana lagi, "yang lain kemana? Sehan? Rayhan?" Bi Diah tetap diam. "Bibi?"

"Iya, Bi. Rayhan mana?" Tanya Rio kali ini.

Kirana menggenggam tangan wanita itu, "Tolong kasih tahu Kirana, Bi. Perasaan Kirana nggak enak." Ucap Kirana sedikit memohon agar Bi Diah mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

Bi Diah menatap Kirana dalam-dalam, gadis itu tulus. Tapi, bukankah seharusnya dia membenci keluarga ini? Setelah semua yang terjadi, dia masih peduli? Kamu bodoh apa terlalu baik, Kirana.

Sungguh beruntung, laki-laki yang mendapatkan kamu. Alangkah lebih baik kalau itu Rayhan, tapi-

"Bi... Bibiiiii."

Wanita itu tersentak dan mengelus puncak kepala Kirana, "Bibi, boleh minta tolong nggak?" Kirana mengangguk. "Tolong cari Rayhan, Bibi yakin kali ini dia bakal nekat."

"Dia anak yang baik, dia cuma nggak pinter ngontrol diri. Maafin dia ya? Bibi nggak mau sampai kehilangan dia."

Entah kekuatan apa yang ada dibalik ucapan Bi Diah, yang pasti mampu membuat hati Kirana ikut tersentuh. Tatapan sendu dari wanita itu membuatnya ingin meneteskan air mata.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now