Bab 2 : Cowok Aneh

561 21 1
                                    

Pertemuan mungkin tidak bisa dihindarkan, setiap harinya kita selalu bertemu orang baru tanpa kita sadari. Yang menjadi poin utamanya yaitu apakah kita akan bertemu dalam waktu yang lama? Ataukah hanya sebuah pertemuan singkat?

Kirana menepis jauh-jauh pikiran bahwa lelaki itu ialah Dit yang ia cari selama ini.

Ia terus berusaha mencari Dit di mimpinya, tapi nihil yang ia dapatkan. Jikalau hanya mimpi, lalu mengapa berulang?, batin Kirana.

Kirana enggan pulang ke rumah karena hanya untuk mencari Dit di tiap kelas. Iya, dia membuka absen kelas satu per satu untuk mencari siswa yang bernama Dit.

Lalu, mendekati serta mencari tau wajah ataupun postur tubuh orang dengan nama Dit. Dari siswa kelas sepuluh tidak ada satupun yang membuat Kirana bergetar ketika melihat ataupun dekat dengan orang tersebut.

Ia berusaha mencari di kelas sebelas, sepulang sekolah ia kembali beraksi membuka buku absen tiap kelas sebelas.

"Aditya Prawiranegara." Baca Kirana yang merasa tidak asing dengan nama ini. "Kelas sebelas ips tiga."

*Kok rasanya gak asing ya, apa dia Dit yang gue cari?* Batin Kirana, ia mencari tahu sosial media Aditya itu. Ia berdecak diiringi dengan senyuman menghias dibibirnya.

"Temen sd gue, wajar aja gak asing pas denger namanya." Kirana tertawa kecil.

Seseorang membuka pintu ruangan tersebut. Kirana menoleh, "Eh, sorry gue buka absen kelas l-" Kirana mengira itu salah satu murid kelas itu, ternyata itu adalah Rayhan. "Ettdah, gue kira siapa ternyata Kakak."

Laki-laki itu menatap Kirana heran seakan-akan gadis itu tertangkap basah telah mencuri sesuatu, "Lo ngapain dikelas orang?" Tanya Rayhan. "Pake acara buka absen orang segala."

Kirana memasang wajah memelas, siapa tahu laki-laki itu luluh untuk tidak menyebarkan tentang apa yang dilakukannya hari ini, "Ada misi khusus kak. Jangan bilang siapa-siapa ya, Kak." Pinta Kirana, ia tak mau orang lain mengetahui soal mimpi konyolnya itu.

"Misi apaan?" Rayhan mendekati Kirana dan melihat ke arah absen ditangannya.

"Sesuatu deh, Kak." Jawab Kirana yang gugup. Rayhan menatap wajah Kirana, ia seperti mencari tahu apa yang dilakukan gadis itu.

"Lo kenapa gugup? Kek maling abis ketahuan aja." Ujar Rayhan.

"Gak, Kak. Serius deh." Kirana berusaha meyakinkan Rayhan. "Kakak boleh deh periksa, gue gak ambil apa-apa kok."

Rayhan mengangkat bibirnya sebelah, "Bercanda doang. Eh, tapi lain kali kalo emang ada sesuatu bilang aja ke gue, entar gue temenin."

Kirana menghela nafas lega, "Kakak masih harus keliling?" Tanyanya yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Rayhan mengangguk, "Masih tiga kelas lagi."

"Yaudah gini deh, besok gue bantuin deh, Kak. Asal jangan bilang siapa-siapa ya soal ini." Pinta Kirana.

"Lo serius mau bantuin? Padahal gue cuma bercanda doang." Ujar Rayhan.

"Iya, serius. Asal Kakak tutup mulut aja gitu." Balas Kirana. "Yaudah, gue duluan, Kak." Kirana berjalan dengan cepat, ia masih tak mengerti dengan laki-laki itu.

Sudah lebih dari sepuluh menit, jemputan Kirana belum juga datang. Jalanan pasti ramai.

Rayhan berjalan menuju ke arahnya, Kirana berpikir mungkin Rayhan akan menggodanya soal tadi atau mungkin mereka akan mengobrol.

Tidak, dugaannya salah. Rayhan malah hanya melintasinya, seakan-akan tidak mengenal gadis itu sama sekali.

*Bentar-bentar, dia buta atau apa? Tadi sok misterius tetiba dateng, padahal gue yakin banget kelas ips tiga tadi udah dia datengin. Buktinya semua ac udah mati. Tapi, dia balik lagi.* Batin Kirana.

Ponsel Kirana bergetar, telpon dari Ibunya yang mengatakan, Ia sudah di depan gerbang.

Kirana melintasi Rayhan dengan sedikit tersenyum, "Duluan, Kak." Tapi, Rayhan malah acuh dengan keberadaannya.

*What? Dia itu freak, asli.* Teriak Kirana dalam batinnya.

Setibanya dirumah, Kirana langsung menanyakan kepada Vinka tentang Rayhan. Mungkin, ia akan mendapatkan sedikit informasi melalui Rio yang sekelas dengannya.

Esoknya, Kirana langsung menanyakan kepada Vinka respon Rio.

"Vin, Kata Rio apaan?" Tanya Kirana.

"Katanya, Rayhan itu anak baik-baik. Lagian kenapa sih, Ran?" Jelas Vinka.

Kirana menekuk wajahnya, "Lebih spesifik gitu, gak jelas tau gak sih." Rutuk Kirana.

Vinka menghela nafas, "Ya dia cuma bilang, Rayhan itu cukup pendiem ya kecuali kalo lo ajak ngobrol, anaknya ramah tapi bawaannya aja cuek gitu. Paham?" Ujar Vinka, Kirana diam masih mendengarkan, "Sejauh ini sih gak ada masalah."

"Please, bagi gue dia itu freak banget tau gak sih." Seru Kirana yang kesal.

Vinka menaikkan alisnya sebelah, "Freak gimana, Ran?" Tanya Vinka heran.

"Kemarin itu, dia ngajak gue ngobrol tapi gue duluan turun kan ya. Habis itu pas dia turun, seakan-akan gak kenal gue." Jelas Kirana.

"Gini ya, emang dia tau nama lo?" Tanya Vinka lagi.

"Gak, tapi ya posisinya kita itu abis ngobrol paling nggak ya senyum." Ujar Kirana.

Vinka meletakkan tangannya di pundak Kirana, "Gini ya, Ran. Lo itu jangan kebanyak negatif thinking. Lagian dia mau ngajak lo ngobrol lagi tapi dia gak tau nama lo."

Kirana memutar matanya, *Iya, gue aja terus yang disalahin.* Batin Kirana.

Setelah pulang sekolah Kirana kembali melakukan aksinya. Ia bersembunyi di salah satu ruangan dan menunggu Rayhan masuk kemudian melalui ruangan itu.

Iya, dia ingin melanjutkan aksinya yang tentunya tidak ingin diketahui orang lain termasuk Rayhan, lagi.

Rayhan sudah memasuki ruangan tempat ia bersembunyi untuk mematikan ac, setelah ia keluar sekitar sepuluh menit kemudian Kirana baru melakukan aksinya.

Kirana tersenyum, kali ini gue gak mungkin halu. Soalnya lo emang beneran udah ngecek disini.

Ia mulai memeriksa buku absen dikelas ips empat yang kemarin harus tertunda karena kehadiran Rayhan tapi ia tidak menemukan tanda-tanda Dit.

Kirana keluar dari ruangan tersebut, ia melangkah ke arah ruang yang menjadi target selanjutnya. Kelas dua belas.

Dua belas ipa satu, ia tak menemukan satupun. Ia keluar dari ruangan tersebut, di disudut lantai dua. Ia melihat ada kepulan asap.

"Eh? Kebakaran?" Gumam Kirana, ia mendekati sumber asap tersebut yang berasal dari ruang dua belas ips tiga.

Ia tersandung pot bunga yang berada di tengah jalan. "Aww.." Rintihnya. Kirana melanjutkan langkahnya ke dalam ruangan itu.

Ia melihat Rayhan yang berdiri dengan puntung rokok menyala ditangannya. "Lo merokok, Kak?" Tanya Kirana.

"Nggak." Jawa Rayhan singkat.

Kirana mengarahkan dagunya ke arah puntung rokok ditangan Rayhan, "Terus ditangan lo apaan? Permen rokok atau sedotan?" Kirana menyengir.

"Punya orang." Jawab Rayhan.

Kirana melirik ke kanan dan kiri, ia tertawa. "Makhluk halus ya? Jelas disini cuma ada lo."

"Emang harus lo tahu?" Tanya Rayhan.

"Terserah lo deh, bukan urusan gue juga. Cuma mau bilang jangan keseringan merokok, gak baik. Lagian gak cocok sama image muka lo, Kak." Ujar Kirana yang terlihat seperti menyindir. "Ac nya dimatiin jangan lupa, terus asapnya dibuang. Kasian anak orang besok."

Rayhan hanya diam memperhatikan gadis itu yang terlihat menyebalkan.

Kirana memilih untuk pulang karena ia merasa tak baik untuk melanjutkan misinya karena Rayhan yang masih berada disekolah.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now